NovelToon NovelToon
Genggam Tangan Ku, Jangan Pergi

Genggam Tangan Ku, Jangan Pergi

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Qatar love
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: siscaatann

Megha Anantasya, gadis ceria yang terjebak dalam cinta sepihak pada Bima Dirgantara, berjuang melawan penolakan dan dinginnya hati pria yang dicintainya. Meskipun usaha dan harapannya tak pernah padam, semua usaha Megha selalu berakhir dengan patah hati. Namun, saat mereka kembali bertemu di kampus, Megha menyimpan rahasia kelam yang mengancam untuk merusak segalanya. Ketika perasaan Bima mulai beralih, kegelapan dari masa lalu Megha muncul, mengguncang fondasi hubungan mereka. Di tengah ketidakpastian, Megha menghadapi kenyataan pahit yang tak terhindarkan, dan Bima harus berjuang melawan penyesalan yang datang terlambat. Ketika semua harapan tampak sirna, cinta mereka terjebak dalam tragedi, meninggalkan luka mendalam dan pertanyaan tanpa jawaban: Apakah cinta cukup untuk mengalahkan takdir yang kejam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siscaatann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERJUANGAN MELAWAN WAKTU

Waktu seolah berlari, dan Megha merasakan setiap detik berlalu dengan cepat. Dengan semakin dekatnya tanggal keberangkatannya ke luar negeri, perasaan campur aduk memenuhi hatinya. Di satu sisi, dia bersemangat untuk memulai petualangan baru dan mengejar impian yang selama ini dia idamkan. Di sisi lain, ada rasa cemas dan sedih karena dia tahu bahwa waktu yang tersisa bersama Bima sangat terbatas.

Setiap hari, mereka berdua berusaha menciptakan momen-momen berharga. Megha ingin mengingat setiap detail, setiap tawa, dan setiap kata yang mereka ucapkan. Dia ingin memastikan bahwa hubungan mereka tidak hanya meninggalkan kenangan, tetapi juga kekuatan yang akan mengikat mereka meski terpisah jarak.

Mengisi Hari-hari Terakhir

Megha dan Bima merencanakan akhir pekan yang penuh dengan aktivitas yang mereka nikmati. Mereka mulai dengan mengunjungi tempat-tempat yang selalu ingin mereka jelajahi bersama. Salah satu tempat yang mereka kunjungi adalah sebuah kafe kecil di pinggir kota yang terkenal dengan pemandangannya yang indah.

“Malam ini, kita harus mencoba semua makanan di sini!” seru Bima sambil tersenyum lebar, matanya berbinar penuh semangat.

Megha tertawa. “Lo selalu bersemangat, Bim. Tapi jangan sampai kita kekenyangan dan enggak bisa bergerak ya!”

Mereka memesan berbagai hidangan, mulai dari makanan penutup yang manis hingga makanan berat yang lezat. Selama makan, mereka berbagi cerita tentang impian dan harapan mereka, menggali lebih dalam apa yang ingin mereka capai di masa depan. Megha merasakan bagaimana setiap percakapan membuat ikatan mereka semakin kuat, dan dia ingin mengingat momen ini selamanya.

“Gue masih enggak percaya lo berani mengambil langkah ini, Meg. Ini adalah keputusan yang besar,” Bima berkata, serius. “Tapi gue bangga sama lo.”

“Gue juga bangga sama lo, Bim. Kita berdua punya impian dan kita akan mencapainya. Mungkin ini juga saatnya untuk kita saling percaya satu sama lain,” jawab Megha, menyentuh tangan Bima dengan lembut.

Kenangan di Setiap Sudut

Hari demi hari berlalu, dan mereka terus menciptakan kenangan baru. Suatu sore, mereka memutuskan untuk pergi ke taman dan bermain frisbee, sebuah permainan yang sering mereka lakukan di masa lalu. Mereka tertawa dan berlari, seolah-olah waktu tidak ada artinya.

Saat matahari mulai terbenam, mereka duduk di bangku taman, menikmati pemandangan indah. “Gue selalu ingin mengingat momen-momen ini, Bim. Momen di mana kita bisa bersenang-senang tanpa memikirkan apapun,” kata Megha dengan mata berbinar.

“Gue juga. Ini semua terlalu berarti buat gue. Apa pun yang terjadi, kita harus ingat bahwa kita telah menjalani semua ini bareng,” Bima menjawab, mengelus punggung tangan Megha.

Malam itu, mereka berbagi cerita tentang masa lalu mereka, mengenang semua hal lucu dan mengharukan yang pernah terjadi. Mereka berdua tertawa hingga perut mereka sakit dan menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk berbicara.

Menciptakan Kenangan Abadi

Mereka memutuskan untuk membuat proyek kecil—sebuah album foto untuk mengabadikan semua momen berharga yang mereka lalui. Mereka mengambil foto-foto di setiap kesempatan, menuliskan catatan kecil di sampingnya tentang apa yang mereka rasakan saat itu.

Megha merasa senang bisa menghabiskan waktu seperti ini. Setiap foto yang diambil bukan hanya sekadar gambar, tetapi sebuah pengingat akan semua yang telah mereka lalui bersama. “Nanti pas lo udah pergi, gue akan melihat album ini setiap hari. Ini akan jadi pengingat betapa berharganya kita,” katanya sambil tersenyum.

Bima mengangguk setuju. “Dan kita bisa terus membuat kenangan, meskipun jarak memisahkan kita. Kita harus saling berbagi foto dan cerita. Enggak ada yang bisa menghalangi kita untuk saling terhubung,” jawabnya.

Saat-Saat Menegangkan

Namun, di balik semua tawa dan kebahagiaan itu, ada saat-saat ketika Megha merasa gelisah. Dia mulai menyadari bahwa waktu yang tersisa semakin sedikit, dan itu membuatnya sulit untuk bersikap positif. Suatu malam, ketika mereka sedang duduk di taman, Megha tiba-tiba merasa tertekan.

“Bim, gue… gue kadang merasa cemas tentang semua ini. Apa yang terjadi jika kita enggak bisa mempertahankan hubungan ini saat kita terpisah?” tanya Megha, suara berat.

Bima menatapnya, merasakan kepedihan yang mendalam. “Meg, kita bisa melakukannya. Selama kita saling berkomunikasi dan berusaha, enggak ada yang tidak mungkin. Ingat, ini adalah perjalanan kita bersama.”

Megha menghela napas, berusaha menenangkan dirinya. “Tapi terkadang, gue merasa semua ini terlalu berat. Seakan-akan kita berjuang melawan waktu dan kenyataan yang ada,” ungkapnya, air mata mulai menggenang di matanya.

Bima meraih tangan Megha dan menggenggamnya erat. “Enggak ada yang lebih berharga daripada apa yang kita miliki sekarang. Kita harus terus berjuang untuk itu. Jangan biarkan kekhawatiran mengalahkan kita,” ujarnya dengan lembut.

Menemukan Kekuatan

Malam itu, setelah berbicara, Megha merasa sedikit lebih tenang. Dia menyadari bahwa meskipun waktu mungkin terbatas, cinta dan dukungan yang mereka miliki adalah hal yang lebih kuat. Mereka berdua berkomitmen untuk tidak membiarkan ketakutan menghalangi mereka.

Hari-hari berlalu, dan mereka terus merencanakan aktivitas untuk mengisi waktu yang tersisa. Mereka melakukan hal-hal kecil, seperti memasak makanan favorit satu sama lain, menulis surat, dan membuat video singkat untuk mengenang momen-momen indah.

Suatu sore, saat mereka sedang berjalan-jalan di tepi danau, Bima berhenti sejenak dan memandang Megha. “Meg, gue ingin membuat sesuatu untuk lo. Sesuatu yang akan selalu mengingatkan lo tentang kita,” katanya, wajahnya serius.

“Apa itu?” tanya Megha, merasa penasaran.

Bima mengeluarkan sebuah gelang sederhana dari saku. “Ini adalah simbol dari ikatan kita. Setiap kali lo memakainya, ingatlah bahwa kita akan selalu terhubung, tidak peduli seberapa jauh jaraknya,” ungkap Bima, menyerahkan gelang itu dengan hati-hati.

Megha terharu melihat perhatian Bima. “Bim, ini indah! Makasih banyak! Gue akan memakainya setiap hari,” jawabnya sambil mengenakan gelang itu di pergelangan tangannya.

Hari-Hari Terakhir yang Berarti

Seiring hari keberangkatan Megha semakin dekat, mereka berdua berusaha memaksimalkan waktu yang tersisa. Mereka mengunjungi tempat-tempat yang penuh kenangan, seperti taman tempat mereka pertama kali bertemu dan kafe tempat mereka sering menghabiskan waktu.

Satu malam terakhir sebelum keberangkatan, mereka memutuskan untuk menonton film favorit mereka. Saat film berakhir, Bima menyalakan lilin dan menyiapkan makan malam sederhana. Suasana terasa intim dan penuh kehangatan.

“Ini malam terakhir kita sebelum lo pergi, Meg. Gue ingin kita menikmati setiap detiknya,” Bima berkata sambil menyajikan makanan.

“Malam ini terasa sangat spesial, Bim. Gue merasa beruntung bisa berbagi momen ini sama lo,” jawab Megha, mencoba menyimpan semua rasa dan suasana ke dalam ingatannya.

Mereka makan sambil berbicara tentang masa depan, saling berbagi harapan dan impian. Megha berjanji untuk mengupdate Bima tentang semua hal yang terjadi di hidupnya, dan Bima berjanji untuk selalu mendukungnya.

“Lo siap untuk menghadapi dunia baru, Meg?” tanya Bima saat mereka selesai makan.

“Siap. Selama gue tahu lo ada di samping gue, enggak ada yang perlu dikhawatirkan,” jawab Megha, menatap mata Bima dengan penuh harapan.

Perpisahan yang Menyakitkan

Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu dan sekaligus ditakuti itu tiba. Megha berdiri di bandara, bersiap untuk terbang ke tempat yang baru. Saat dia melihat sekeliling, perasaan campur aduk memenuhi hatinya. Dia ingin pergi, tetapi sekaligus tidak ingin meninggalkan Bima.

“Gue akan merindukan lo setiap detik, Meg,” Bima berkata, mengeluh lembut. “Tapi ingat, ini bukan akhir. Ini adalah awal dari perjalanan kita.”

Megha mengangguk, air mata menetes di pipinya. “Gue juga, Bim. Gue akan mengingat semua kenangan indah yang kita buat bersama.”

Mereka berpelukan erat, merasakan kehangatan dan cinta satu sama lain. “Sampai jumpa, sahabat,” Megha berbisik, merasa berat untuk melepaskan.

“Jaga diri baik-baik, Meg. Gue akan selalu menunggu kabar dari lo,” jawab Bima, merelakan sahabat

Perjuangan Melawan Waktu (Lanjutan)

Megha melangkah perlahan menuju gate keberangkatan, menoleh sekali lagi untuk melihat Bima. Dia bisa melihat ekspresi campur aduk di wajah sahabatnya, sebuah perpaduan antara dukungan dan kesedihan. Hatinya bergetar, tetapi dia tahu ini adalah langkah yang harus diambil. Dengan setiap langkah, dia merasa seolah-olah meninggalkan sebagian dirinya, namun di sisi lain, harapan baru mulai mengisi ruang kosong itu.

Ketika Jarak Memisahkan

Setelah Megha pergi, Bima merasakan kesepian yang mendalam. Hari-hari terasa lebih panjang dan lebih sepi tanpa kehadiran Megha di sampingnya. Dia berusaha menjalani rutinitasnya, tetapi setiap sudut kota dan setiap kenangan yang mereka buat bersama selalu mengingatkannya pada sahabatnya yang kini berada jauh di tempat lain.

Di setiap pagi yang dingin, Bima menemukan dirinya mengingat momen-momen kecil yang mereka lalui. Saat makan pagi, dia menyisakan satu porsi untuk Megha, membayangkan senyumnya ketika dia mencicipi makanan itu. Saat berolahraga, dia mendengarkan lagu-lagu yang selalu mereka putar bersama, merindukan tawa dan obrolan yang mengisi ruang di sekitarnya.

Terkadang, Bima mencoba untuk mengalihkan pikirannya dengan bertemu teman-teman lain. Namun, tidak ada yang bisa menggantikan kehadiran Megha. Dia mulai merindukan suara tawa yang ceria, dukungan yang tulus, dan diskusi mendalam yang hanya bisa mereka lakukan satu sama lain.

Membangun Jembatan Jarak

Di sisi lain, Megha juga merasakan kesedihan yang dalam. Hidup di tempat baru tidak seindah yang dia bayangkan. Meski dia menyukai pengalaman baru yang didapatkan, kesepian sering kali mengintai di sudut hatinya. Setiap kali dia melihat foto-foto mereka, ingatan akan kebersamaan itu terasa begitu kuat.

Dia mulai menjadwalkan waktu untuk berbicara dengan Bima. Mereka sering mengadakan video call, saling berbagi cerita tentang kehidupan baru mereka. Megha menceritakan tentang kelas-kelas yang dia ikuti, teman-teman baru yang dia temui, dan hal-hal kecil yang membuatnya tersenyum. Sementara itu, Bima bercerita tentang proyek-proyek kuliahnya dan bagaimana dia terus mendukung satu sama lain meskipun terpisah jarak.

Suatu malam, saat berbicara melalui video call, Megha melihat wajah Bima yang lelah. “Bim, lo baik-baik aja?” tanyanya dengan khawatir.

Bima tersenyum, meski dia tahu itu hanya topeng. “Iya, Meg. Gue baik-baik aja. Cuma sedikit sibuk. Banyak tugas yang harus diselesaikan,” jawabnya, berusaha terlihat positif.

“Lo harus jaga kesehatan, ya. Gue enggak mau lo kelelahan,” Megha berkata, mencoba menyemangatinya.

“Gue akan. Enggak ada yang lebih penting daripada kesehatan, kan?” Bima menjawab sambil tersenyum.

Tali yang Terikat Kembali

Seiring waktu berlalu, mereka berdua semakin terbiasa dengan jarak. Bima mulai menemukan cara untuk menjaga kehadiran Megha dalam hidupnya meskipun jauh. Dia mengirimkan paket kecil berisi makanan favorit Megha, surat-surat cinta yang penuh kenangan, dan barang-barang yang mengingatkannya pada momen-momen bahagia.

Megha menerima paket-paket itu dengan penuh rasa syukur. Setiap kali dia membuka paket dari Bima, dia merasakan seolah-olah ada bagian dari Bima di dalamnya. Surat-suratnya selalu membuatnya tersenyum, dan makanan yang dia kirimkan terasa seperti pelukan hangat dari sahabatnya.

Mereka berdua terus saling mendukung meskipun terpisah jarak. Setiap pesan dan panggilan yang mereka lakukan selalu menjadi pengingat bahwa cinta dan persahabatan mereka tak terpisahkan oleh apapun, termasuk jarak.

Panggilan di Tengah Malam

Suatu malam, saat Megha terbangun dari tidur, dia merasa cemas dan kesepian. Dia meraih teleponnya dan memutuskan untuk menghubungi Bima. Setelah beberapa dering, Bima mengangkatnya.

“Meg, lo baik-baik aja? Kenapa lo nelpon jam segini?” Bima bertanya, suaranya masih serak karena baru saja terbangun.

“Bim, gue merasa kesepian. Ini sulit. Kadang-kadang gue merasa kayak kehilangan semuanya,” Megha menjawab dengan suara bergetar.

Bima menghela napas, merasa berat mendengar sahabatnya berada dalam keadaan itu. “Meg, lo enggak sendirian. Kita bisa melalui ini bareng-bareng. Ingat, kita selalu punya satu sama lain,” ujarnya lembut.

“Tapi Bim, gue di sini dan lo di sana. Rasanya sulit untuk mengabaikan jarak ini,” Megha mengungkapkan perasaannya.

“Jarak memang ada, tapi ikatan kita lebih kuat dari itu. Kita harus saling percaya. Ini semua akan berlalu, Meg. Kita akan menemukan cara untuk bertemu lagi,” Bima berusaha menenangkan sahabatnya.

Harapan di Ujung Perjalanan

Hari-hari berlalu, dan walaupun mereka terpisah, harapan tetap ada di dalam hati mereka. Megha terus berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupannya yang baru, sambil tetap menjalin komunikasi dengan Bima. Dia menyadari bahwa meskipun jarak dapat menghalangi fisik mereka, cinta yang mereka miliki dapat mengatasi segala rintangan.

Satu malam, saat berbicara dengan Bima, Megha merasakan semangat baru. “Bim, gue ingin kita membuat rencana. Mungkin kita bisa merayakan hari jadi kita di tempat yang baru saat gue kembali?” usulnya.

Bima terlihat bersemangat. “Itu ide yang bagus, Meg! Kita bisa mencari tempat yang kita inginkan. Mungkin kita bisa menjelajahi tempat baru bersama-sama,” jawabnya, wajahnya berseri-seri.

“Dan kita harus membuat banyak kenangan baru. Gue pengen kita tertawa dan berbagi cerita seperti dulu,” tambah Megha.

Mereka mulai merencanakan segala sesuatu, merayakan mimpi dan harapan mereka untuk masa depan. Mereka merasakan energi positif yang membangkitkan semangat satu sama lain. Meski tantangan tetap ada, mereka yakin bahwa semua ini akan membuahkan hasil.

Persahabatan yang Tak Terbatas

Dengan setiap panggilan dan pesan, Megha dan Bima terus memperkuat ikatan mereka. Mereka menyadari bahwa cinta dan persahabatan mereka adalah sesuatu yang berharga. Meski mereka terpisah oleh jarak, mereka selalu saling mendukung dan menjadi penyemangat satu sama lain.

Waktu terus berjalan, dan meskipun tantangan muncul, Megha dan Bima tahu bahwa mereka akan selalu menemukan cara untuk menghadapi semuanya. Dengan harapan dan cinta yang saling mengikat, mereka terus melangkah maju menuju masa depan yang penuh kemungkinan.

Refleksi di Ujung Jalan

Saat Megha menatap bintang-bintang di langit malam dari tempat tinggal barunya, dia merasakan kedamaian. Setiap bintang yang bersinar mengingatkannya pada Bima dan semua kenangan indah yang mereka ciptakan bersama. Dia tahu bahwa meskipun perjalanan mereka dipenuhi dengan ketidakpastian, cinta dan persahabatan mereka akan selalu menjadi cahaya yang membimbing mereka.

“Selamanya, Bim,” bisiknya kepada angin malam, berharap bahwa pesan ini akan sampai ke sahabatnya. “Kita akan melewati semua ini bersama.”

Dengan tekad yang kuat, Megha siap menghadapi masa depan, berpegang pada janji bahwa cinta dan persahabatan mereka akan selalu menjadi bagian terpenting dari hidupnya. Dia tahu bahwa meskipun jarak mungkin memisahkan mereka, hati mereka akan selalu terhubung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!