Kesalah pahaman dua sahabat lama membuat putri salah satu di antara mereka harus menanggung derita. Ratia, putri dari keluarga Atmojo yang trus di kejar dan harus di habisi oleh keluarga Baskoro.
Ratia kecil terpaksa di sembunyikan di sebuah negara, di mana hanya kakeknya saja yang tau. Bertahun-tahun di cari, keberadaan Ratia tercium. Namun dengan cepat kakeknya menikahkan Ratia pada keluarga yang kaya dan berkuasa. Ternyata hal itu membuat Ratia semakin menderita, Aksara memiliki banyak wanita di hidupnya. Perlakuan tidak menyenangkan trus Ratia dapatkan dari suaminya itu. Dengan kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Ratia dia berhasil meluluhkan hati sang suami, namun Ratia terlanjur membenci suaminya Aksara. Rasa benci Ratia pada sang suami dan keluarganya membuat dia ingin mengakhiri hidup. Namun dengan segala cara Aksara mencegah hal itu, dan membuat Ratia luluh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rickaarsakha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Keluarga 3
Dua hari, dua hari lagi. Kata-kata itu terus berputar di pikiran Ratia. Bagaimana mungkin, bahkan dua hari yang lalu dia baru saja pulang ke rumah dari persembunyian yang lama. Setelah bertahun-tahun muak di kekang oleh Erina, sedikit kebebasan dia rasakan ketika Erina pergi dan Pak Muh tidak begitu ikut campur urusan pribadinya. Dan satu tahun terakhir, setelah dia berhasil menyelesaikan rentetan pendidikan yang menguras pikirannya dia berhasil mendapat pekerjaan yang baik.
Dan sekarang, dia harus menikah dengan seorang Pria yang menakutkan. Membayangkan apa yang akan dia hadapi ke depan, membuatnya berpikir jika menembak Birawa Baskoro adalah solusi ter baik. Pergilah ke akhirat manusia terkutuk, begitulah jeritan hati Ratia.
"Hei Ratia, Ratia!" Aksara menggoncangkan tubuh gadis di depannya itu.Bahkan dia harus pindah ke kursi yang ada di samping Ratia. Melihat Ratia yang masih belum berkedip, seolah nyawanya sudah terbang membuat Aksara sedikit panik.
Apa gadis ini pingsan, tapi matanya terbuka?. Aksara
Pada akhirnya Aksara memilih untuk menjitak kepala gadis itu.
"aaahhh sakit, apa yang anda lakukan tuan?" Sakit, itu yang dia rasakan. Dia bahkan menatap calon suaminya dengan marah.
Aduh sakit sekali, kenapa dia menjitak ku. Dan kenapa dia duduk di sini? Ratia
''Kau bengong cukup lama tadi, apa kau dengar apa yang akun katakan barusan?" Menatap Ratia, tentu saja dia dengar bahkan hampir pingsan.
"Apa yang mana tuan?" mendengar jawaban Ratia, membuat pria itu mengangkat sebelah alisnya.
"Baiklah, aku anggap kau setuju dengan apa yang aku katakan barusan."
Hei yang mana Tuan, yang dua hari itu. Tentu aku tidak setuju. Ratia
"T-tapi tuan, kita kan baru bertemu satu kali, bagaimana mungkin?"
Berusaha mencari kata-kata yang tepat agar bisa sedikit mengulur waktu. "Bahkan tuan saja belum mengenal ku sepenuhnya."
"Jangankan kamu, buyut mu saja aku sudah kenal!" Jawaban cepat dan telak.
"Apaaaa." Ratia menutup mulutnya yang tanpa sengaja terbuka lebar. Dia bahkan kebingungan akan megatakan apa lagi.
"Aku yang belum mengenal mu, atau kau yang belum mengenal calon suami mu ini?" Nada bicara Aksara sedikit menggoda, membuat gadis itu memutar mata malas.
Aku merinding, calon suami. Cihh .Ratia
"Apa hari ini saja kita menikah, biar kamu bisa langsung ikut pulang dengan ku. Kau akan mengenalku setelah menikah, bukankah itu lebih baik?" berbicara dengan gampang, senang sekali melihat wajah calon istrinya yang bertambah panik.
Lihat kau sangat panik, hahaha. Aksara
"Kita akan menikah dua hari lagi Tuan,'' pada akhirnya menerima pilihan pertama.
Dua hari lagi cukup lama, apa aku sempat bunuh diri ya hahhaha. Ratia
"Begitukah?" Terlihat Aksara menimbang sesuatu. Mimik wajah laki-laki nampak serius.
Lihat kau saja nampak ragu kan, apa kau takut wanita lain kecewa. Dasar pria pemabuk. Ratia
Ditengah Aksara yang masih menimbang sesuatu, tiba-tiba perut Ratia berbunyi. Menandakan cacing-cacing di perutnya sudah menjerit.
Ya tuhan aku lapar sekali.Ratia
Suara perut khas orang lapar tentu saja dapat didengar oleh Aksara. Ratia bahkan belum makan dengan benar hari ini, tidak hari ini saja bahkan semenjak pulang ke rumah.
"Sudah jam berapa ini," Aksara mengangkat tangannya melirik sesuatu. "Ayo kita kembali kerumah, ini sudah jam makan siang." tanpa peduli dan melihat Ratia Aksara melangkah kembali di mana keluarga mereka berkumpul.
"Bagaimana apa kalian sudah mengobrol banyak?'' Tanya sang Kakek saat Aksara sudah kembali duduk si sofa dan Ratia pun sudah bergabung kembali.
"sudah kek, kami bicara banyak tadi." Aksara nampak tersenyum cukup lebar, membuat sang Kakek sedikit terkejut. Bahkan laki-laki itu bertanya-tanya di hatinya apa yang sudah terjadi di taman belakang, sehingga mimik wajah Aksara nampak ada kebahagian.
"wah bagus kalau begitu." dia seolah kehabisan kata-kata, apa yang terjadi tidak seperti dugaannya.
"Nak Aksara dan Pak Suseno, sebaiknya kita makan siang dulu. Kami sudah menyiapkan semuanya." Karena memang waktu sudah tengah hari rasanya akan lebih baik menjamu tamu saja. Begitu batin Hanggoro.
Selama jamuan makan siang, Jagad Suseno dan lainnya masih sibuk mengobrol. Termasuk Aksara, pria itu sesekali ikut menimpali apa yang menjadi perbincangan di meja makan. Namun tentu saja berbeda dengan sang calon mempelai wanita, Gadis itu hanya diam. Rasa lapar nampaknya membuat mulutnya hanya sibuk mengunyah.
Dua hari lagi aku akan menikah, keterlaluan. Aku benci hidup ku, apa memang aku harus menembak laki-laki tua yang bernama Birawa baskoro itu? Aaaahhh tapi bagaimana?. Ratia
Gadis itu masih sibuk berperang dengan hatinya, tetap berusaha mencari cara agar terhindar dari pernikahan yang sudah di depan mata. Meskipun dia sebenarnya tau, itu sangat mustahil.
''Jadi kapan baiknya pernikahan ini kita laksanakan Pak Suseno?" Kusuma yang sudah menghabiskan isi piringnya lebih dulu. Nampaknya kakek-kakek ini juga sudah sangat lapar.
"Kami berdua sudah sepakat Kek, kami akan menikah dua hari lagi." Jawaban Aksara membuat Kusuma dan yang lainnya begitu terkejut, beberapa yang masih mengunyah bahkan sampai tersedak.
"Benarkah?"Jagad Suseno memastikan lagi, apa dia tidak salah dengar pikirnya.
"Iya, bahkan menurut ku itu terlalu lama Kek."
"Apa, jadi menurut Nak Aksara kapan waktu yang pas?" Hanggoro nampaknya sudah menguasi diri, setelah menghabiskan air di gelasnya. Dia tersedak tadi.
"Besok saja lebih baik," Semua mata membulat, apa lagi mata gadis itu. Pandangannya seketika gelap.
"Karena tidak mungkin malam ini kan?" Berkata lagi, namun kali ini memandang calon istrinya.
Lihat, bahkan dia hampir pingsan.Aksara
"Te-tentu saja besok waktu yang tepat." Hanggoro pun ikut gelagapan, semua di luar perkiraannya.
"Bagaimana Nak Ratia, besok waktu yang tepat. Kita akan melangsungkan Pemberkatan terlebih dahulu?" Suseno nampak sudah menguasai dirinya dengan baik.
"Kenapa dipercepat Tuan, bukankah kita sudah sepakat dua hari lagi?" Ratia menjawab setelah beberapa saat terdiam. Namun pandangannya masih sama,gelap.
"Kenapa harus dua hari lagi, kalau bisa besok?" Menjawab tanpa menatap yang bertanya, memang sedikit angkuh. Bahkan apa yang dia katakan bukanlah jawaban yang di inginkan gadis itu. "Kita hanya perlu melakukan pemberkatan saja, kalau untuk resepsi akan di persiapkan kapan pun kan bisa."
Aku sama sekali tidak punya kesempatan apa pun untuk menghabisi Birawa Baskoro itu. Aku hanya punya kesempatan untuk bunuh diri saja. Ratia
"Benar nak, lebih cepat lebih baik." Dewi menepuk lengan putrinya dengan lembut, seolah mentransfer sedikit kekuatan. Tidak ada lagi sanggahan dari Ratia, menandakan kesepakatan sudah di ambil dan final.
Sepulangnya Jagad Suseno dan calon suaminya, Ratia berdiri di balkon kamarnya. Melihat beberapa burung di atas sana, terbang dengan bebas.
Menjadi burung saja rasanya akan lebih baik. Jika reinkarnasi itu ada aku ingin menjadi burung saja lah. Ratia
Entah berterbangan ke mana pikiran gadis itu, dia hanya duduk di balkon yang cukup tinggi.
Apa aku lompat saja ya dari atas sini. Ratia
Terlihat dia menimbang apa yang akan dia lakukan, dan bersiap mengambil ancang-ancang.
double up