Lintang Anastasya, gadis yang bekerja sebagai karyawan itu terpaksa menikah dengan Yudha Anggara atas desakan anak Yudha yang bernama Lion Anggara.
Yudha yang berstatus duda sangat mencintai Lintang yang mengurus anaknya dengan baik dan mau menjadi istrinya. Meskipun gadis itu terus mengutarakan kebenciannya pada sang suami, tak menyurutkan cinta Yudha yang sangat besar.
Kenapa Lintang sangat membenci Yudha?
Ada apa di masa lalu mereka?
Apakah Yudha mampu meluluhkan hati Lintang yang sekeras batu dengan cinta tulus yang ia miliki?
Simak selengkapnya hanya di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Tidur di rumah Yudha
Malam semakin larut. Yudha sudah tak sanggup lagi membujuk Lion yang kekeh ingin tidur dengan Lintang, sedangkan gadis itu tak ingin ikut dengannya. Masih seperti tadi, mereka duduk di ruang tamu. Andreas dan Yudha hanya menjadi pendengar setia Lintang yang terus bercerita pada Lion.
Lion mulai menguap, tangannya terus menggenggam erat baju Lintang. Sedikitpun tak ingin lengah dan terlepas yang berakhir fatal. Yaitu pulang tanpa Lintang.
"Lion udah ngantuk?" tanya Lintang dengan lembut. Jemari lentiknya terus mengusap kening Lion yang tertutup perban putih.
Lion menggeleng, mencoba membuka matanya yang terasa berat. Menegakkan kepalanya yang sedikit pusing, tersenyum penuh kepalsuan, padahal sudah ingin terlelap dalam mimpi.
"Aku mau bobo di kamar dengan tante cantik," ucap Lion dengan pelan.
Lintang mengerutkan alisnya, tidak mungkin membawa Lion ke kamarnya yang sempit. Belum lagi ranjang yang sedikit rapuh. Takut Lion tidak nyaman tidur di sana.
Yudha membisu, ia tak bisa lagi berkata apa-apa, membujuk Lintang pun sama nyolotnya seperti Lion. Apalagi kalau sudah marah membuat telinga Yudha risih.
"Kalau begitu kita pulang ya?" Kali ini Andreas yang angkat bicara, ia pun sudah tak sanggup untuk terus menunggu, sedangkan besok harus bergelut dengan pekerjaan kantor yang menumpuk.
Lion tetap menggeleng dan mengeratkan pelukannya membuat Lintang semakin bingung. Hanya ada dua pilihan yang sama-sama sulit, yaitu tidur di rumahnya sendiri bersama Lion di ranjang yang sempit dan banyak nyamuk atau ikut Yudha ke rumahnya.
"Lintang, sekarang cepat katakan, kamu mau ikut pak Yudha atau tidur di sini?" desak Andreas. Sebab, ia pun butuh istirahat cukup untuk mengembalikan otaknya yang sedikit bergeser.
"Baiklah, saya akan tidur di rumah pak Yudha."
Alhamdulillah
Bagaikan tersiram air es, sekujur tubuh Yudha terasa sejuk, akhirnya batu itu kembali runtuh.
"Tapi dengan satu syarat," imbuh Lintang yang membuat Andres dan Yudha saling tatap.
"Apa?" tanya mereka serempak. Yudha mulai merinding mendengar permintaan Lintang, takut jika ia tak bisa memenuhi syarat yang diajukan gadis itu.
"Bapak tidak boleh masuk ke kamar Lion selama saya ada di sana."
"Baiklah, aku setuju. Besok kamu boleh langsung kerja seperti biasa."
Lintang memasukkan beberapa baju ke dalam tas. Meskipun berulang kali Yudha melarangnya membawa baju dan ingin membelikannya, tak membuat Lintang terpengaruh.
"Sini, biar aku yang bawa." Yudha meraih tas yang menggantung di tangan Lintang dengan paksa, tak peduli dengan tatapan gadis itu yang nampak sinis padanya, yang terpenting malam ini ia bisa tidur dengan tenang tanpa mendengarkan Lion mengigau.
Selang tiga puluh menit, akhirnya Andreas sukses membawa rombongan tiba di depan rumah mewah keluarga Anggara.
Bangunan mewah berlantai dua dengan gaya khas itu tampak memukau. Beberapa lampu menghiasi setiap langit-langit menyempurnakan keindahannya.
Yudha membukakan pintu untuk Lintang. Gadis itu enggan untuk keluar, lagi-lagi penghinaan Yudha pada ibunya melintas sehingga membuat rasa benci nya membuncah.
Yudha membungkuk, menatap Lintang yang tampak cuek padanya.
"Mama dan papa orang baik. Mereka tidak tahu kalau waktu itu aku yang menolakmu. Sekarang kita masuk, sepertinya kamu capek."
Memutar balikkan fakta, itulah yang dilakukan Yudha kala itu. Ia mengatakan kepada kedua orang tuanya, jika keluarga Lintang lah yang menolak dirinya, hingga mereka tidak mengurus lagi akan perjodohan itu dan menganggap semua sudah batal.
Lintang turun dari mobil. Berjalan pelan sambil menggendong Lion, mengikuti langkah Yudha dari belakang, sedangkan Andreas langsung pulang untuk beristirahat.
Lampu masih menyala terang. Bu Indri dan pak Radit yang ada di ruang keluarga langsung menghampiri Yudha yang baru saja membuat pintu. Menatap Lintang yang ada di samping Yudha dengan tatapan datar.
"Ma, Pa. Lion meminta Lintang untuk tidur di sini. Dia nggak mau pulang kalau Lintang nggak ikut."
Yudha menjelaskan dengan gamblang.
"Nggak papa, yang penting dia tidak mencelakai cucuku lagi," jawab Bu Indri ketus.
Lintang hanya bisa menunduk tanpa bicara, ingin menyapa tapi takut jika kehadirannya menjadi pengganggu, akhirnya ia memilih diam seribu bahasa. Berharap bisa melewati malamnya dengan baik.
Yudha melanjutkan langkahnya menuju kamar Lion yang ada di lantai dua.
Meletakkan tas Lintang di samping lemari lalu mendekati gadis itu yang membaringkan tubuh kecil Lion.
"Aku tinggal dulu. Kalau kamu butuh sesuatu, tekan tombol ini, pasti akan ada seseorang yang datang." Menunjuk tombol berwarna merah yang ada di samping nakas.
Lintang mengangguk mengerti. Menatap punggung Yudha yang menghilang bersamaan pintu yang tertutup rapat.
Yudha menemui kedua orang tuanya yang masih duduk di ruang keluarga.
Wajah lelahnya membuat pak Radit merasa iba, apalagi mengingat nasibnya saat ini, kerja kerasnya tak dihargai oleh istrinya yang berani berselingkuh. Ketulusannya dibalas dengan kejahatan keji.
"Ada apa, Yud?" tanya pak Radit. Menatap wajah Yudha yang nampak serius.
Yudha menautkan sepuluh jarinya. Mengungkap semuanya mungkin akan membuat hubungan Bu Indri dan Lintang membaik.
"Pa, Ma, apa kalian ingat kejadian lima tahun yang lalu?" ucap Yudha basa-basi. Bingung harus mulai dari mana untuk mengembalikan nama baik Lintang.
"Kejadian yang mana?" tanya Bu Indri antusias.
Banyak kejadian di masa itu, termasuk meninggalnya sang mertua.
"Kakek menjodohkan ku dengan cucu sahabatnya."
Bu Indri langsung menangkap ucapan Yudha. "Gadis yang sudah menolak kamu?" tanya bu Indri memastikan.
"Sebenarnya kejadiannya tidak seperti itu, Ma," sergah Yudha.
"Lalu?" sahut pak Radit yang mulai curiga.
"Aku yang menolaknya."
Terkejut, itu pasti, Bu Indri merasa ditipu mentah-mentah oleh putranya sendiri.
"Maksud kamu?"
"Aku yang sudah menolaknya, karena waktu itu aku mencintai Natalie. Aku tidak ingin meninggalkan dia demi gadis yang tidak aku kenal."
"Kenapa kamu baru cerita sekarang?" pekik Bu Indri. Mencaci kebodohannya sendiri yang percaya begitu saja dengan omongan Yudha tanpa mencari tahu.
"Karena sekarang aku bertemu dengan gadis itu lagi, Ma. Ibunya terkena gangguan jiwa gara-gara perbuatanku. Dia sangat membenci ku. Tapi karena Lion, dia masih mau berhubungan dengan keluarga kita."
Bi Indri menatap pak Radit, ia langsung bisa menyimpulkan ucapan Yudha.
"Maksud kamu gadis tadi, yang selalu dipanggil Lion dengan sebutan tante cantik?" tanya Bu Indri memastikan lagi.
Yudha kembali mengangguk. "Iya, namanya Lintang, dia selalu mengutamakan Lion daripada Kebenciannya. Meskipun membenciku, Dia sangat menyayangi Lion seperti anaknya sendiri."
Bu Indri langsung menyesali sikap ketusnya pada Lintang.
"Mama mau ke mana?" tanya Yudha pada Bu Indri yang hampir meninggalkan ruangan.
"Menemui Lintang, Mama mau minta maaf padanya."
"Jangan sekarang, Ma. Kasihan, dia mungkin sudah tidur."
Mendengar ucapan Yudha, Bu Indri mengurungkan niatnya dan kembali ke kamar.
🤡 lawak kali kau thor