NovelToon NovelToon
Sketsa Baby Bee

Sketsa Baby Bee

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Unik Muaaa

"Panggil Bee aja seperti biasa. Gak ada akan ada yang curiga kan kalau kita in relationship, namaku kan Bilqis keluarga panggil aku Bi."

"We have no relationship."

Samapai kapanpun aku akan mengingat kalimat itu.

>_<

Bahkan hubungan yang aku pahami, lain dari hubungan yang kamu pahami.

Kamu tidak salah.

Aku yang salah mengartikan semua kedekatan kita.

Aku yang begitu mengangumimu sejak kecil perlahan menjelma menjadi cinta, hingga salah mengartikan jika apa yang kamu lakukan untukku sebulan terakhir waktu itu adalah bentuk balasan perasaannku.

Terima kasih atas waktu sebulan yang kamu beri, itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasakan layaknya seorang kekasih dan memilikimu.

Tolong jangan lagi seret aku dalam jurang yang sama, perasaanku tulus, aku tidak sekuat yang terlihat. Jika sekali lagi kamu seret aku kejurang permainan yang sama, aku tidak yakin bisa kembali berdiri dan mengangkat kepala.

This is me, Bee Ganendra.
I'm not Your Baby Bee Qiss anymore

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Unik Muaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjadi Bubur

"Wahahahaaaa ..."

Aku meloncat-loncat kegirangan sembari tertawa lepas karna memenangkan taruhan balapan dengan Bang Tio.

Dengan perasaan bahagia aku menghampiri Bang Tio dan memainkan jemariku meminta bayaran padanya. Wajah Bang Tio terlihat tidak rela menyerahkan uangnya untukku.

"Mario!, lo ngalah ama Qis ya?!."

Bang Tio membentak Mari yang baru saja menjadi lawanku balapan motor.

Ini balapan pertamaku di sirkuit ini, sebeumnya aku hanya sering datang dan tidak berani ikut balapan jalanan karna tidak ingin Bang As marah dan melapor pada Bunda. Meskipun begitu, aku sudha sering bapan dengan Bang Ar di sirkuit legal tempat biasa pembalap latihan, jadi jangan meremehkanku.

Aku memasukkan uang kemenanganku kedalam ransel dengan dagu terangkat menatap Mario yang baru saja turun dari motor sportnya.

"Lo bo'ong ya bilang gak pernah balapan?!" Hardiknya.

"Yeh ... Gak percaya, tanya tuh Bang Tio, gue pernah balapan apa enggak di sini."

"Dia adik Leon, Dia gak pernah balapan di sini, tapi gak tau di tempat lain gimana" ucap Bang Tio menatapku dengan mata memicing.

Aku tertawa kecil.

"Leon temen lo itu?" Tanya Mario melangkah semakin mendekat.

"Iya Leon yang itu" jawabku, "Leon yang pernah ngalahin pembalap nasional di sirkuit ini" jelasku dengan bangga.

"Dan akan menghancurkan motor lo bentar lagi."

Mataku membulat mendengar suara itu, suara milik Bang As.

Aku menatap keseluruh penonton balapan malam ini, mereka terdiam dan menatap kearahku, tidak ... Maksudku kearah belakangku.

Tentu saja aku sadar siapa di belakangku, sehingga aku meringis sebelum berbalik badan dan menyengir, namun ... Cengiranku luntur karna di samping Bang As ada Bang Ar yang menatapku dengan tajam penuh ancaman.

Dengan wajah cemberut aku menoleh pada Bang Tio, "lo udah janji gak ngsih tau A ..."

"Lo yang lupa, siapa Abang lo" potong Bang As.

Dengan takut aku melirik bang Ar yang memperlihatkan layar ponselnya padaku, Bang Ar melacak keberadaanku melalui cip yang terpasang di tubuhku.

Yup ... Seluruh anggota keluarga Ganendra mempunyai cip di dalam tubuh kami masing-masing. Di mana ditanam?, hanya Bang Ar yang tahu. Semua demi keamanan kami, karna masa lalu Ayah dan nama besar Ganendra membuat kami selalu berhati-hati.

"Itu Kaisar ama Gara kan?!."

"OMG!!!, gue gak nyangka malam ini bisa ngeliat si legenda bareng pembalap zaman ini!."

"Sumpah beruntung Banget jadi Qis dikelilingi cowok keren, ganteng-ganteng lagi."

Telingaku mendengar nama yang dia gunakan di area balap ini, sehingga mata seketika beredar mencari keberadaannya.

Dia di sini ...

Sagara ....

Gara di sini ...

Dia pasti sudah tahu tentangku yang selalu pergi ketempat ini.

*-*

Bukan di dalam mobil atau membawaku ketempat lain, tetapi Bang Ar dan Bang As langsung menyidangku di depan mobil, membiarkan aku menjadi tontonan Elio dan Dia.

Sejak dia bercanda mengajakku untuk pacaran, aku tidak perduli lagi dengan gengsi ataupun takut dia tahu bagaimana burukku atau bagaimana perasaanku, toh dia juga sudah tahu dan jawaban atas perasaanku sudah jelas, jika dia tidak memiliki perasaan yang sama denganku.

"Sekarang kalian sudah satu tim untuh satu misi, jadi silahkan tukar nomor ponsel" kata Bang Ar yang akhirnya mengakhiri omelannya padaku.

"Aku sudah punya nomor mereka" ucapku tampa mengalihkan tatapanku dari sepatuku yang mengorek tanah.

"Tapi mereka gak punya Bi" Terdengar lembut, Bang As sepertinya tahu jika aku sedang kesal.

"Kosong delapan dua ...."

Aku mulai menyebutkan nomorku, tetapi hanya Elio yang mengeluarkan ponsel dan mulai mengetik di layar ponselnya.

Kuangkat kepalaku dan menatap dia yang ternyata menatap kearahku sejak tadi, dia tidak mengeluarkan ponselnya untuk menyimpan nomorku, dan aku tidak perduli.

*-*

Jika bukan karna paksaan Bang Ar yang meminta tanggung jawabku, aku tidak akan berada di sini, di gedung lantai tiga An Angel.

"Abang tidak tahu kamu kenapa tidak mau bertemu dengan Elio atau Sagara, tapi kamu sudah masuk dalam permasalahan ini, jadi harus kerjakan sampai selesai."

Aku adalah orang pertama yanh datang, jadi aku membunuh kebosananku dengan bermain game di leptopku.

Krek ...

Pintu masuk lantai tiga terbuka, aku kira salah satu Abangku yang datang, ternyata saat aku mengangkat kepalaku dia yang datang lebih dulu, sendirian tampa Elio di belakangnya.

Kami sempat bertatapan sejenak, sebelum aku yang memutukan dan kembali bermain game.

"Gue minta maaf kalau kata-kata gue buat lo gak nyaman waktu itu."

Kuhentikan gerakan tanganku, diam sejenak sebelum kembali mendongak menatap dia langsung yang duduk di atas karpet sepertiku, tepat di depanku, jarak kami hanya di batasi meja kecil.

Tatapan kami bertaitan membuatku menghela nafas dan kembali menatap layar leptop.

"Tapi apa yang gue ucapin beneran kok Bi" ucapnya lirih.

Kukepal tanganku kuat karna mendengar dia memanggilku dengan Bi.

"You amaze me."

Aku tersenyum sinis seblum menatapnya dalam, mencoba mencari kebenaran seblum akhinya tertawa kecil.

Kutopang kepalaku dengan sebelah tangan, "dan apa yang gue ucapin waktu itu juga beneran. Gue suka semua tentang lo."

"Bi, gue gak lagi bercanda jadi ..."

"Apa wajah gue terlihat bercanda?" Potongku dengan nada serius.

Dia diam menatapku dalam, sepertinya dia akan mencari kebohongan pada diriku sehingga membuatku tersenyum sarkas.

Aku menghela nafas dan bersandar pada sofa yang berada di belakangku, "Jadi tolong jaga jarak, jangan sok dekat. Jangan sekalipun memuji gue, kalo lo gak mau gue mengharap lebih."

Setelah mengatakan itu, aku berdiri dan menutup layar leptopku hendak pergi.

Sekali aku jujur, maka kejujuran yang akan terus aku ucapkan. Sekali aku mengungkapkan isi hatiku, maka sulit untuk kembali menutup mulutku. Toh nasi sudah menjadi bubur, tinggal tambah pelengkap aja, jika sudah lengkap menjadi bubur Ayam, dimakan atau tidak terserah, itu hak dia. Toh aku jiga tidak terlalu mengharapkan balasan.

"Kita belum selesai bicara, jangan pergi."

Dia menghadang langkahku.

Aku tersenyum lebar, "selesai, karna aku tahu endingnya apa."

"Memangnya apa?."

"Tidak" jawabku dengan penuh keyakinan, "karna masa lalu di antara kita."

Aku melangkah kesamping menghindarinya, dan kembali melanjutkan niatku pergi dari sana.

Sebelum membuka pintu, aku masih sempat melirik dia, dia masih di sana berdiri di tempat tampa bergerak sedikitpun.

Kembali, aku harus sadar diri akan posisiku.

*-*

1
Rini Anggraini
hai thor salam kenal....saya suka baca novelnya,tp g tau jg alurnya gimana cuma ngalir ngikut aja,maaf klo boleh tau alur ceritanya kearah mana ya,soale belum nemu,ini cerita ttg cinta ato gmna ....🙏🏼🙏🏼😊
Efi Nurwardani
tidak sabar menanti mu thor
Unique: Terima Kasih 😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!