Rea, wanita polos yang tidak paham soal begituan.
"Tuan, kenapa punya tuan jadi keras?"
"Astaga Rea, apa kamu belum pernah melihat yang seperti itu?" Rea menggeleng.
"Tuan kenapa buka-buka, saya malu!"
***
Kisah seorang wanita yang dijadikan sebagai penghangat ranjang majikannya dengan gaji yang mahal. Sebenarnya Rea ingin menolak, tapi mengingat jika sang ibu membutuhkan biaya untuk berobat akhirnya Rea pasrah.
Lalu bagaimana jika semakin lama Rea menggunakan perasaannya pada sang Tuan muda? Rasa cinta yang tidak seharusnya datang itu terus saja mengalir begitu deras.
Apakah Rea akan mendapatkan balasan dari Tuan Kenzo yang nyatanya memang sudah tertarik pada Rea sejak pertama kali bertemu.
Jangan lupakan jika Kenzo seorang Casanova yang sudah sangat berpengalaman dengan dunia wanita.
Simak kisah cinta rumit Kenzo dan Rea hanya di sini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Navizaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 ( Rea Tidur seranjang dengan Kenzo )
Happy Reading.
Rea mengambil kompres diatas kening Kenzo, kemudian mengecek kembali suhu tubuh majikannya itu. Tadi suhu tubuh Kenzo memang sempat tinggi bahkan berkeringat dingin. Kenzo sempat mengigau berkali-kali, tapi kemudian tenang kembali.
"Sudah turun panasnya, tapi masih anget," gumam Rea sambil menempelkan tangan satunya di dahinya sendiri. "Tuan Ken, minum obat penurun panas ya?" Bisik Rea. Wajahnya didekatkan pada telinga Kenzo.
Sebisa mungkin Rea harus membangunkan Kenzo untuk minum obat, agar suhu tubuh Kenzo kembali normal. Tapi Rea sempat meminta pada Kelvin untuk di panggilkan dokter, tapi Kelvin menolak dan menyuruh Rea hanya mengompresnya saja.
Namun semakin larut malam, panas tubuh Kenzo semakin tinggi. Tentu saja hal itu membuat Rea khawatir. Sekarang baskom yang berisi air hangat untuk mengompres sudah dingin, tapi nyatanya panasnya belum juga turun.
"Tuan, sebaiknya tuan minum obat penurun panas," Rea sedikit menggoyang lengan Kenzo agar pria itu terbangun. Rea benar-benar takut jika nanti terjadi apa-apa dengan Kenzo.
Namun majikannya masih belum mau membuka mata, terpaksa Rea harus mengganti kompresnya dengan air hangat yang baru. Rea menjauhkan dirinya dan akan beranjak dari tempat tidur. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam dan Rea sama sekali belum tidur.
Mana bisa dia tidur kalau melihat keadaan majikannya seperti itu. Rea jadi teringat ibunya yang dulu pernah sakit parah. Rea dan adiknya mengurus sang ibu sampai semalam tidak tidur.
"Jangan pergi," Rea terkejut saat Kenzo tiba-tiba mencekal lengannya.
Rea melihat wajah Kenzo yang masih menutup mata, keringat dinginnya bermunculan lagi. "Tuan,, saya hanya akan pergi mengambil air panas dulu, ini airnya sudah dingin," ujar Rea melepaskan tangan Kenzo yang melingkar di lengannya.
"Jangan pergi," Kenzo bergumam kembali.
Rea merasa kasihan terhadap Kenzo, kemudian dia mengurungkan niatnya untuk pergi mengambil air panas di dapur dan akhirnya membiarkan Kenzo menggenggam lengannya.
"Kenapa kamu pergi!!"
"Kenapa!" Rea sedikit tersentak ketika Kenzo semakin banyak mengigau dan berteriak.
"Tuan, saya tidak akan pergi," ujar Rea mengelus lengan Kenzo. Sebenarnya Rea sedikit penasaran dengan tingkah Kenzo yang seperti ini.
Apakah dia memiliki masa lalu yang buruk? Ah, Rea tidak boleh kepo dengan segala macam urusan majikannya di masa lalu bukan. Dia cukup bekerja dan menjaga Kenzo dengan baik dengan merawatnya seperti ini.
"Aaakkk! Pergi! Kenapa kamu datang lagi!! Pergi!!"
"TUAN!" Rea kali ini benar-benar merasa ketakutan ketika tiba-tiba Kenzo mendorong dan hal itu hampir saja membuat Rea terjungkal kalau tangan Kenzo tidak menahannya.
"Hahh, haah, hahh!" Kenzo terbangun dengan nafas yang tersengal-sengal serta tangannya yang menarik Rea karena mendengar suara jeritan Rea baru saja.
"Rea, kamu tidak apa-apa?" Tanya Kenzo khawatir. Tadi di alam mimpi dia sempat melihat Rea yang meneriaki namanya.
"Tu-tuan,, tadi tuan mengigau dan mendorong saya, makanya saya menjerit," jawab Rea masih ketakutan.
Mata Kenzo melembut, kemudian dia menarik Rea masuk ke dalam pelukannya. "Maaf, tadi aku bermimpi buruk," jawab Kenzo memberikan penjelasan.
Sudah beberapa waktu dia tidak mengkonsumsi antidrepesan karena memang sekarang hidupnya lebih stabil. Meskipun terkadang jika kelelahan dia masih sering mendapati mimpi-mimpi buruk itu.
"Iya tuan, saya tahu, tubuh tuan panas, saya harus mengambilkan obat untuk tuan agar panasnya turun," ujar Rea yang mendapatkan gelengan dari Kenzo.
"Tidak perlu, temani aku tidur, sebenarnya aku takut tidur sendirian, jadi tidurlah disini," Kenzo menepuk ranjangnya, mengisyaratkan jika Rea harus selalu menemaninya tidur tiap malam.
"Saya tidur seranjang dengan tuan?"
"Hahaha, tenang saja, aku tidak akan memaksamu untuk melayani itu kalau sedang tidak enak badan seperti ini," ujar Kenzo menjawab keraguan di wajah Rea.
Baru kali ini dia melihat seorang gadis yang takut dia sentuh, padahal Kenzo sudah menawarkan uang yang banyak. Biasanya kalau para wanita lain sudah pasti akan memberikan tubuhnya secara suka rela, bahkan tanpa dia bayar pun pasti mau.
Siapa yang tidak mau dengan Kenzo yang memiliki tubuh atletis dan wajah yang tampan seperti ini, mungkin hanya Rea saja, karena kepolosan gadis itulah membuat Kenzo selalu gemas terhadap Rea.
"Ehmm, baiklah Tuan, akan saya temani tidurnya, tapi tuan harus minum obat ya, sekarang badan tuan tambah panas," Rea menyentuh pipi Kenzo dan Kenzo langsung menyentuh tangan itu.
"Aku tidak butuh obat penurun panas, karena sekarang ada kamu yang akan menjadi obatku," Kenzo menarik tengkuk Rea dan mencium bibirnya.
Rea yang awalnya terkejut dan tidak bisa, akhirnya sekarang sudah bisa membalas ciuman itu. Kenzo melepaskan kancing baju Rea satu persatu, keduanya larut dalam ciuman. Sampai saat Kenzo membuka piyama yang Rea pakai dan melemparkannya ke lantai. Kenzo juga melepaskan pakaiannya yang tadi sempat diganti oleh Rea karena terkena keringat.
"Tuan, apa yang akan anda lakukan? Bukankah anda telah berjanji?"
"Aku hanya akan mengajakmu tidur, tidak melakukan apa-apa selain ciuman ini, " Kenzo membaringkan tubuhnya yang tidak memakai pakaian bagian atasnya, begitupun dengan Rea yang hanya memakai bra saja, tapi kain bawah mereka masih melekat utuh.
Rea menurut dan tidur di samping Kenzo, mereka saling menghadap dan mata mereka bertemu. Rea merasakan debaran di dadanya semakin cepat, dia takut kalau Kenzo mendengarnya. Rea sebenarnya merasa agak kedinginan karena bajunya terlepas meskipun Ac di kamar itu tidak menyala tapi hawa dingin merasuk ke kulitnya.
"Selama malam tuan, ayo kita segera tidur, ujar Rea.
"Iya, selamat tidur Rea," Kenzo mengecup bibir Rea sekilas kemudian menarik selimut yang tadi dia pakai untuk menutupi tubuhnya dan juga tubuh Rea.
Kenzo mendekap Rea dan meletakkan kepalanya Rea didadanya. Biarkan malam ini Kenzo memeluk Rea semalaman, karena Kenzo hanya butuh Rea untuk menormalkan suhu tubuhnya agar cepat turun.
Rea juga yang tadinya merasa kedinginan menjadi hangat karena sentuhan kulit ke kulit yang membuat keduanya merasa nyaman.
"Good night, Rea!"
Keesokan harinya, Rea terbangun terlebih dahulu dan segera bangkit dari atas tempat tidur. Dia tidak mau membangunkan Kenzo yang masih sakit, dia juga akan mengatakan pada Kelvin jika Tuan Kenzo masih belum terlalu pulih.
Rea mengambil piyama atasannya yang ada dilantai, tadi malam dia sempat tidak bisa tidur karena dipeluk Kenzo, tentu saja Rea berdebar-debar, hati dan perasaan nya mulai luluh. Rea jadi ingin berada disamping Kenzo terus menerus, padahal dia tahu jika itu pasti tidak akan mungkin terjadi.
Rea menghela nafas, menghilangkan rasa aneh yang muncul dihatinya untuk Kenzo.
'Sadar Rea, kamu itu siapa? Kamu hanyalah pelayan tuan Kenzo, dan jangan berbesar hati hanya karena tuan Kenzo memperlakukan mu sedih berbeda, karena kenyataannya tuan Kenzo melakukan semua ini bukan hanya denganmu saja,' Rea harus segera menepis perasaan itu.
Rea tahu jika Kenzo pernah tidur dengan pelayan pribadinya dan mungkin hal itu sudah hal biasa untuk seorang Kenzo Dimitri.
aku udah ikut deg 2kan...nanggung authorr..../Facepalm/