NovelToon NovelToon
Time Travel Terjebak Di Tahun 1990

Time Travel Terjebak Di Tahun 1990

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:49.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Monika (23), seorang aktris multitalenta dengan karier gemilang, harus menghadapi akhir hidupnya secara tragis, kepleset di kamar mandi! Namun, bukannya menuju alam baka, ia justru terbangun di tubuh seorang wanita asing, dalam satu ranjang dengan pria tampan yang tidak dikenalnya.

Saat matanya menyapu ruangan, ia segera menyadari bahwa dunia di sekitarnya bukanlah era modern yang penuh teknologi. Ia terjebak di masa lalu, tepatnya tahun 1990! Sebelum sempat memahami situasinya, penduduk desa menerobos masuk dan menuduhnya melakukan dosa besar: kumpul kebo!

Lebih parahnya lagi, tunangan asli pemilik tubuh ini datang dengan amarah membara, menuntut pertanggungjawaban. Monika yang dikenal mulut tajam dan suka tawuran harus mencari cara untuk keluar dari kekacauan ini. Bagaimana ia bisa bertahan di masa lalu? Dan siapa sebenarnya pria tampan yang terbangun bersamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kau Gugup Sekali

Lin Momo yang merasa badannya lengket setelah seharian berjalan-jalan, ingin mandi agar segar. "Ya sudah. Aku ingin mandi dulu."

Yan Zhi menghela napas lega dalam hatinya. Untung saja Lin Momo tidak bertanya lebih jauh.

Yan Zhi, yang masih sedikit gugup, langsung berkata dengan sedikit tergagap, "B-biar aku yang membuatkanmu air panas! Tunggu sebentar, aku akan memasaknya dulu!"

Lin Momo mengangkat satu alisnya, menahan tawa.

"Kau kenapa? Gugup sekali?" godanya.

"Aku tidak gugup!" sanggah Yan Zhi cepat, namun wajahnya sedikit memerah. "Aku hanya… ingin memastikan air mandimu cukup hangat. Jangan sampai kau kedinginan."

Lin Momo terkekeh. "Baiklah, baiklah, aku tunggu."

Yan Zhi segera pergi ke dapur untuk memanaskan air. Sementara menunggu air mendidih, ia melirik ke arah Lin Momo yang sedang melepas sepatu dan duduk di kursi dengan santai.

"Jadi, apa yang kau lakukan hari ini?" tanyanya sambil mengecilkan api kompor.

Lin Momo tampak antusias. Matanya berbinar saat menjawab, "Tadi aku merias istri direktur."

Yan Zhi menoleh, sedikit terkejut. "Istri direktur?"

Lin Momo mengangguk penuh semangat. "Ya! Jika aku dekat dengannya, siapa tahu jabatanmu akan naik! Minimal jadi wakil direktur."

Ia tersenyum bangga. "Bukankah aku sangat cerdas?"

Yan Zhi terdiam sejenak, menatap istrinya yang tampak begitu percaya diri dengan rencana itu. Dalam hati, ia hanya bisa berkata, "Lin Momo, aku ini pemilik pabrik, tak perlu jadi wakil direktur."

Namun, bukannya membantah, Yan Zhi malah tersenyum. Istrinya ini ternyata peduli padanya, meski dengan cara yang agak unik.

"Kenapa kau sangat peduli dengan jabatanku?" tanyanya akhirnya.

Lin Momo langsung menjawab tanpa ragu, "Tentu saja! Jika jabatanmu naik, statusmu berubah, dan aku akan menjadi istri wakil direktur. Bukankah itu sangat keren?"

Yan Zhi mendengar jawabannya dan tersenyum kecil. Awalnya, ia mengira Lin Momo benar-benar peduli padanya, ternyata istrinya lebih peduli pada status. Namun, meskipun begitu, ia tetap merasa sedikit senang karena setidaknya Lin Momo masih memikirkan dirinya.

Ia mengangguk pelan. "Baiklah, terima kasih, Momo. Semoga aku cepat diangkat jadi wakil direktur."

"Jadi.. Apa yang kau bawa tadi?" tanya Yan Zhi.

"Perlengkapan rias." jawab Lin Momo.

Yan Zhi menoleh sekilas. "Perlengkapan rias? Buat apa?"

Lin Momo tertawa kecil. "Tentu saja untuk merias wajah adik dari istri direktur, saat hari pernikahannya nanti. Makanya tadi aku membawa kresek itu isinya perlengkapan rias yang baru."

Yan Zhi mengerutkan kening. "Jadi kau ingin menjadi seorang perias?"

Lin Momo terkekeh. "Bisa dibilang begitu. Aku memang suka merias wajah orang lain. Lagipula, ini adalah salah satu kesempatan bagiku untuk menunjukkan kemampuanku."

Yan Zhi mengangguk pelan. "Itu bagus. Tapi jangan terlalu lelah."

Lin Momo tersenyum. "Tentu saja, aku tahu batasanku."

Yan Zhi menatap istrinya yang tampak begitu bersemangat. Dalam hati, ia tersenyum kecil.

Lalu, Yan Zhi menuangkan air panas ke dalam ember kayu lalu mencampurkannya dengan air dingin agar suhunya pas. Ia kemudian membawa ember itu ke kamar mandi.

"Airnya sudah siap," katanya. "Kau bisa mandi sekarang."

Lin Momo berdiri dan meregangkan tubuhnya. "Terima kasih, Yan Zhi. Kau sangat perhatian."

Yan Zhi sedikit terkejut mendengar pujian itu. Ia mengalihkan pandangannya dan berdeham pelan. "Jangan berpikir macam-macam. Aku hanya tidak mau kau sakit."

Lin Momo tersenyum jahil. "Ya, ya, aku tahu. Kau tidak perlu malu begitu."

Yan Zhi meliriknya sekilas sebelum akhirnya berjalan kembali ke ruang utama. Sementara Lin Momo masuk ke kamar mandi untuk mandi.

Saat air hangat menyentuh kulitnya, Lin Momo merasa rileks. Ia tersenyum kecil, mengingat bagaimana Yan Zhi tadi begitu cemas menunggunya di jalan, lalu memakaikannya mantel.

"Dia sebenarnya perhatian, hanya saja sikapnya dingin." pikirnya.

Setelah selesai mandi, Lin Momo hendak mengenakan pakaian gantinya, tetapi baru sadar bahwa ia lupa membawanya ke dalam kamar mandi.

Merasa tidak punya pilihan lain, ia melilitkan handuk di tubuhnya dengan erat, lalu membuka pintu sedikit dan menyembulkan kepalanya.

"Yan Zhi..." panggilnya dengan suara setengah berteriak.

Yan Zhi, yang sedang duduk di ruang utama, menoleh ke arah suara itu. "Ada apa?" tanyanya sambil berjalan mendekat.

Ketika ia sampai di depan kamar mandi, pandangannya langsung tertuju pada Lin Momo yang hanya menampakkan kepalanya, tetapi bayangan siluet tubuhnya yang terbungkus handuk samar-samar terlihat dari balik cahaya ruangan. Menyadari hal itu, Yan Zhi dengan refleks langsung membalikkan badan.

"A-ada apa?" tanyanya dengan suara agak tegang.

Lin Momo menggigit bibirnya, merasa sedikit malu tetapi tetap memberanikan diri untuk bicara. "Bisa tolong ambilkan baju tidurku? Aku lupa membawanya."

Yan Zhi menghela napas, mencoba mengabaikan situasi yang sedikit canggung ini. "Baik. Warna apa? Dan di mana aku bisa menemukannya?"

"Di lemari bagian kanan, di rak atas. Ada satu setel baju tidur berwarna krem dengan motif bunga kecil," jawab Lin Momo.

Yan Zhi mengangguk cepat. "Oke, tunggu sebentar."

Tanpa menoleh lagi, ia segera berjalan ke kamar untuk mengambilkan baju tidur Lin Momo, berusaha mengendalikan pikirannya yang tiba-tiba dipenuhi bayangan tak perlu.

Yan Zhi membuka lemari dan mulai mencari pakaian tidur yang diminta Lin Momo. Matanya dengan cepat menemukan setelan berwarna krem dengan motif bunga kecil yang terlipat rapi di rak atas.

Ia tersenyum kecil ketika menemukannya, tetapi saat hendak mengambilnya, pakaian itu terlepas dari genggamannya dan jatuh ke lantai.

"Sial..." gumamnya pelan.

Ia berjongkok untuk memungutnya, tetapi begitu tangannya menyentuh kain itu, ia terdiam sejenak.

Pakaian tidur ini... sangat pendek.

Yan Zhi menelan ludahnya, pikirannya langsung berkelana ke arah yang seharusnya tidak ia pikirkan. Bagaimana jika Lin Momo mengenakannya? Ia bisa membayangkan bagaimana pakaian itu akan terlihat di tubuh ramping istrinya.

"Astaga... aku memikirkan apa, sih?!" katanya dalam hati, menggelengkan kepalanya dengan cepat untuk mengusir bayangan yang muncul.

Dengan sedikit panik, ia segera melipat kembali pakaian itu sebaik mungkin dan buru-buru menuju kamar mandi. Ia tidak mau Lin Momo berteriak lagi dan menarik perhatian.

Sesampainya di depan pintu, ia mengetuk perlahan sambil berkata, "Ini bajumu. Cepat pakai dan istirahat, ya."

Suaranya terdengar sedikit lebih rendah dari biasanya, tetapi ia berharap Lin Momo tidak menyadarinya.

Ia berdiri sejenak di depan pintu, menunggu tangan Lin Momo menyambar pakaian itu, lalu segera melangkah pergi sebelum pikirannya kembali berulah.

Yan Zhi sudah berbaring di ranjangnya, matanya menatap langit-langit dengan pikiran yang masih dipenuhi kejadian barusan. Ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya.

Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka, dan Lin Momo masuk dengan pakaian tidur yang tadi ia berikan. Yan Zhi melirik sekilas, dan seperti yang ia duga, pakaian itu memang sangat pendek. Ia buru-buru mengalihkan pandangan, takut pikirannya kembali melantur.

Lin Momo tidak menyadari kegugupan Yan Zhi. Ia hanya melihat suaminya sudah bersiap tidur dan segera ikut merebahkan diri di sisi ranjangnya.

"Selamat malam," ucap Lin Momo dengan suara lembut.

Yan Zhi menoleh sedikit, menatap wajah istrinya yang terlihat tenang.

"Selamat malam," balasnya, lalu memejamkan mata, meninggalkan segala pikiran kotor nya dan menyalahkan pakaian tidur Lin Momo yang terlalu pendek.

1
Dayu Santi
Luar biasa
SAL💞🇲🇾
aduh tamunya dtg plk ..lanjut
isgiyarsi isgi
Luar biasa
Ayu Dani
suka dech sama ceritanya
Eka Uderayana
Yan Zhi.... sungguh suami idaman 😍... beruntung nya Lin momo punya suami seperti Yan Zhi
panty sari
thor lagi seru malah terpotong atuh kapan Jadi bocil nya
Salsabila Arman
lanjut
sahabat pena
yaitu ibumu tamu yg tak undang🤣🤣🤣alamat kena jewer mak nih yan zi nikah ga bilang2🤣🤣🤣dpt pukulan sapu, apa kemoceng.,apa sendal 🤣🤣🤣🤣senjata pusaka mak2 kita klo marah 🤣🤣🤣
Lala Kusumah
wah itu pasti mama mertua mu Momo 🤭😍
Ajeng Sri Pramudya
pasti ibunya yan zi yang datang (mertua momo, mertuanya momo pasti seneng banget ya menantunya itu momo dan ngak menyangka ternyata anaknya sudah sold out nikahnya sama momo lagi
menantu idaman bangettt... 😁
panty sari
senjata makan tuan kualat Wu Yuan
lily
up
Aeriah Kayla
yeah gantung Thor.
azh
semangat up ka author
lily
up
RJ 💜🐑
semangat buat karya nya thor 💪🏻💪🏻
karina
up lagi
RJ 💜🐑
Wu Yuan bodoh 😤😤😏
sahabat pena: senjata makan yu wan🤣🤣
total 1 replies
Narimah Ahmad
makanlah apa yang kau tabur itulah kau tuai 👍
lily
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!