Alisya gadis yatim piatu yang masih berkuliah di sebuah universitas ternama, karena mendapatkan beasiswa dari kecerdasannya,
Alisya bekerja paruh waktu di sebuah Cafe setelah pulang dari kampusnya.
Dia selalu di bully karena di anggap gadis miskin yang tak layak untuk di jadika teman.
Suatu hari dia di jadikan bahan taruhan oleh pria populer yang ada di kampus tersebut.
Hingga menyebabkan alisya hamil di luar nikah. Namun pria tersebut tidak mau bertanggung jawab.
Erik Putra Dinata, pria berusia 22th yang menghamili Alisya namun tidak mau bertanggung jawab.
Dia anak orang kaya namun memiliki sifat yang sombong dan angkuh.
Arsen Davidson lelaki tampan dan baik hati yang selalu menolong Alisya merupakan seorang CEO dari Global Group namun dia selalu merahasiakan identitasnya.
Penasaran kan siapa yang akan di pilih Alisya?
Yuk simak kelanjutan ceritanya...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
"Semoga kamu tidak akan menyesalinya kak, dan untukmu Dad, Mom, Rani sangat kecewa dengan keputusanmu" ucap Rani dengan tatapan penuh kecewa kepada kedua orang tuanya dan juga kakak nya. Rani berdiri dan akan beranjak dari meja makan tersebut.
"Rani tetap duduk di tempatmu" titah David. Namun Rani tak memperdulikan nya.
Gilang yan khawatir akan mempengaruhi kehamilan istrinya itu akhirnya pergi menyusulnya, dia juga tidak begitu suka dengan sikap mertuanya.
Semua orang menatap ke tangga, Rani turun bersama Gilang dengan membawa kopernya yang di bawa oleh Gilang suaminya.
Rani akan pergi sementara dari mansion Dinaga sampai keluarga nya berubah baru dia akan kembali.
"Kamu mau kemana sayang" tanya Siska yang melihat putrinya membawa dua koper.
"Aku akan tinggal berdua dengan Gilang Mom" sahut Rani dengan wajah datar tanpa ekspresi. Siska bangkit dari tempat duduk nya menghampiri putri bungsunya itu.
Siska tau putrinya kecewa dengan dirinya, namun Siska bisa apa, semua keputusan ada di tangan papa mertuanya dan juga suaminya. Siska tidak mempunyai wewenang apapun di keluarga itu.
"Kamu akan meninggalkan Mommy sayang" tanya Siska sambil memegang kedua tangan putrinya.
"Masih ada kak Erik yang akan menemanimu Mom" jawab Rani sambil melengoskan wajah nya ke arah lain. Rani tidak tega melihat wajah sedih dari mommy nya.
"Tapi Sayang.." ucapan Siska ke potong ketika melihat Rani menggelengkan kepalanya, pertanda putrinya itu tidak mau di bantah.
"Rani akan kembali jika rasa kecewa di hati Rani sudah hilang mom. Rani seorang perempuan sama sepertimu mom, Rani sebentar lagi juga akan menjadi seorang ibu, Rani bisa merasakan apa yang perempuan itu rasakan mom, Rani saja yang hamil di dampingi kalian terkadang Rani masih mengalami kesulitan, apa lagi perempuan itu mom, kita tidak tahu kehidupan seperti apa yang dia jalani, dan dengan teganya kalian membuang perempuan itu dengan buah hatinya tanpa belas kasih, dimana sebenarnya hati kalian?" Rani bicara dengan lantang sehingga orang yang ada di ruangan itu mendengar perkataan Rani. Gilang mengelus bahu istrinya untuk menenangkan emosi Rani.
Gilang tidak bisa ikut campur, karena ini urusan keluarga mereka.
Namun perkataan Rani tidak bisa mengetuk hati Erik yang begitu keras seperti batu.
"Kamu tidak tahu apapun jadi berhenti berbicara omong kosong" sentak Erik.
"Apa yang tidak Rani mengerti kak, tolong kasih tau Rani, apa ternyata benar dugaan Rani kalau gadis kecil itu memang putri kandung kakak yang tak pernah kakak akui" cecar Rani yang membuat Erik merasa terpojok.
"Rani kecewa denganmu kak, kakak yang selama ini Rani banggakan ternyata hanya seorang lelaki pengecut yang tidak mau bertanggung jawab dengan apa yang kamu perbuat" ucap Rani dengan penuh penekanan.
Kemudian Rani menatap ke arah Opa serta Daddy nya.
"Dan untuk kalian opa dan juga Daddy. Apa harta uang kalian punya selama ini masih kurang hah, apa kekuasaan masih menjadi prioritas utama kalian? Sampai kapan? Sampai kapan kalian akan berhenti dari ambisi kalian itu, jangan sampe di hari tua kalian nanti akan penuh dengan rasa penyesalan" ucap Rani tegas. Sebelum Opa serta Dady nya bicara Rani sudah terlebih dahulu mengajak Gilang untuk pergi dari rumah itu.
Gilang akan membawa Rani ke rumah nya, tinggal bersama kedua orang tuanya, bisa saja Gilang membawa Rani ke rumah pribadinya tapi Gilang tidak mau terjadi apa-apa dengan istrinya, pasal nya istrinya itu sedang mengandung jadi biar nanti mama nya bisa menjaga serta mengawasi Rani ketika Gilang sedang pergi.
Ketika sudah di dalam mobil Rani langsung menangis di pelukan suaminya. Dia memukul mukul dadanya yang terasa sesak.
Gilang mendekap istrinya dengan penuh kasih Sayang, membiarkan istrinya melamoiaskan semua rasa yang ada di hatinya.
"Sudah ya nangisnya, takut nanti baby nya kenapa napa" ucap Gilang dengan penuh perhatian.
"Aku malu dengan mu sayang, kenapa klakuan keluargaku begitu keji" sahut Rani yang masih sengeluarkan air matanya sambil bersandar di dada Gilang.
"Aku bangga sudah memilihmu dan menikahimu menjadi istriku sayang, au wanita yang baik dan selalu peduli dengan orang lain tanpa memandang harta yang mereka miliki" sahut Gilang yang begitu bangga dengan sifat istrinya.
"Bagaimana kalau gadis itu benar anak kak Erik sayang, aku kasihan dengan anak itu, pasti dia mengalami banyak kesulitan di hidupnya" lirih Rani sambil mengusap perutnya yang sudah membesar.
"Jangan terlalu di pikirkan, nanti aku akan mencari tau kebenaran nya terlebih dahulu" sahut Gilang menenagkan istrinya.
*
*
*
Sedangkan di rumah Alisya. Dia merasa heran karena putrinya tidak mau bangun, padahal jam sekolah sudah terlewat.
"Sayang bangun" panggil Alisya menepuk bokong Reva pelan.
"Mama badan Leva dinin" gumam Reva masih memjamkan mata dan terlihat mengigil di bawah selimut sambil memeluk bonekanya.
Alisya yang penasaran langsung mengecek kondisi tubuh Reva, Alisya menempelkan punggung tangan nya ke dahi Reva.
"Ataghfirullah.... Kamu demam sayang" kaget Alisya langsung bergegas ke belakang mengambil baskom yang sudah di isi air hangat dan tak lupa mengambil kain untuk mengompres Reva.
"Peluk Leva ma" rengek Reva. Alisya naik ke ranjang putrinya lalu merebahkan tubuhnya di samping putrinya, Alisya medekap Reva dengan penuh kelembutan dan juga kasih sayang.
Alisya merasa sedih, biasanya putrinya akan bawel tapi ini hanya terbaring lemah di tempat tidur.
Mungkin Reva sakit karena kecapekan, kemarin dia main hingga sore dan memakan banyak es krim.
"Kita ke rumah sakit ya sayang" ajak Alisya
"No mama, Leva tatut di suntik" lirih Reva sambil menduselkan wajahnya di dada sang mama.
"Tenang saja gak akan di suntik sayang, kalau gak di periksa nanti Reva lama sembuhnya" bujuk Alisya. Akhirnya putrinya itu mau juga di ajak periksa ke dokter.
Alisya pergi membawa Reva ke rumah sakit, orang suruhan Arsen sudah langsung bergerak mengawasi Alisya dan juga Reva dengan jarak yang lumayan jauh, Arsen meminta mereka tidak terlalu mencolok supaya tidak membuat Alisya curiga dan juga risih.
Bukan hal yang sulit untuk Arsen dan anak buah nya mengetahui tempat tinggal Alisya.
Tiba di rumah sakit Alisya langsung menggendong Reva menuju ke poli anak.
Tak butuh lama nama Reva langsung di panggil oleh suster untuk di periksa.
Dokter menyuruh Alisya untuk membaringkan tubuh Reva ke atas brankar.
Dokter mulai memeriksa keadaan Reva.
"Tak ada yang perlu di khawatirkan, anak ibu hanya sedikit kecapekan, dan tolong jangan di kasih minus es terlebih dahulu" ucap Dokter setelah selesai memeriksa Reva.
Bersambung
Happy reading guys🙏
yang ada keluarga pamannya alisya habis sama arsen & erik
mati2 deh sana