Gibran Erlangga terpaksa menikahi Arumi Nadia Karima karena perjodohan orang tuanya yang memiliki hutang budi.
Dua tahun pernikahannya Gibran selalu perhatian dan memanjakan Arumi.
Arumi mengira dirinya wanita paling beruntung, hingga suatu hari kenyataan pahit harus ia terima.
Gibran ternyata selama ini menduakan cintanya. Perhatian yang ia berikan hanya untuk menutupi perselingkuhan.
Arumi sangat kecewa dan terluka. Cintanya selama ini ternyata diabaikan Gibran. Pria itu tega menduakan dirinya.
Arumi memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka. Saat Arumi telah pergi barulah Gibran menyadari jika ia sangat mencintai istrinya itu.
Apakah Gibran dapat meyakinkan Arumi untuk dapat kembali pada dirinya?.
Jangan lupa tekan love sebelum melanjutkan membaca. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Meninggalkan Kantor.
Gibran mengumpulkan semua barang-barang miliknya ke dalam satu kardus yang tadi di minta Gibran pada office boy.
Setelah semua barang dimasukkan, Gibran duduk karena kelelahan. Ia kembali memandangi seisi ruangan.
Gibran meminta seluruh ketua masing-masing devisi masuk ke ruang rapat. Semua karyawan menjadi heran. Tak biasanya rapat melibatkan semua bagian.
Gibran masuk setengah jam kemudian. Setelah yakin semua telah ada diruangan, Gibran memulai rapat.
Di awali dengan permohonan maaf dari Gibran, ia menyampaikan jika mulai hari ini tak bisa lagi berada diperusahaan, dan sudah tidak lagi bisa memimpin perusahaan.
Tampak wajah kesedihan dari karyawan. Sebagai pimpinan Gibran sangat baik dan perhatian. Apa lagi jika ada keluarga karyawan yang mengalami kesulitan, dengan senang hati ia akan meminjamkan uang untuk karyawannya itu.
Gibran menyalami seluruh karyawan satu persatu setelah itu pamit. Selain sedih, karyawan juga jadi bertanya, kenapa ia sampai mengundurkan diri.
Gibran melajukan mobil menuju tempat tinggalnya. Sampai di kamar, ia duduk di ranjang tempat biasanya ia dan Arumi bermesraan.
Setiap malam Arumi akan tidur dilengannya sambil memeluk tubuhnya. Arumi akan cepat terlelap jika Gibran mengusap punggung istrinya itu.
Gibran mengusap kasur itu. Baru kemarin rasanya ia dan Arumi bercinta. Hari ia harus mengakhiri semuanya. Tidak akan ada lagi rengekan manja Arumi.
Gibran mengumpulkan semua pakaiannya. Walaupun Papa Arumi tidak memintanya meninggalkan rumah, tapi ia cukup sadar diri. Ia akan pergi dari rumah pembelian mertuanya sebagai hadiah pernikahan mereka dulunya.
Gibran berpamitan pada pekerja di rumah sna memberikan amplop buat mereka. Pekerja menjadi heran dan bertanya-tanya, kenapa Gibran pergi meninggalkan rumah.
Mobil yang dikendarai Gibran kembali melaju membelah jalanan ibu kota. Mobilnya menuju rumah kediaman orang tuanya.
Gibran tak tahu harus berkata apa nanti pada kedua orang tuanya. Rasanya ia belum siap menghadapi kedua orang tuanya.
Aku tak pernah berpikir, jika yang aku lakukan pasti akan menyakiti hati kedua orang tuaku. Aku yang hanya menuruti emosi dan egoku. Padahal telah ada gadis baik yang sempurna dihadapanku, tapi mata hatiku tertutup untuk menerimanya. Saat ini semua telah menjadi bubur, aku harus menelan semua kesalahan yang telah aku lakukan.
Gibran masuk dengan membawa dua koper pakaiannya. Ayah yang duduk di kursi roda menjadi kaget melihat kedatangan Gibran dengan dua tas koper.
"Mau kemana kamu membawa koper sebesar itu?" tanya Ayah.
"Mulai hari ini aku akan tinggal bersama ayah dan ibu."
"Apa maksud perkataanmu?"
"Aku dan Arumi telah berpisah," gumam Gibran, tapi masih dapat di dengar ayah. Ia memegang dadanya yang terasa sesak.
"Apa yang kamu lakukan. Aku sudah mengingatkan kamu dari dulu. Pasti Arumi telah mengetahui selama ini kamu membohongi dirinya!" ucap Ayah dengan suara tinggi.
Ibu yang berada di samping ayah, mengusap lengan ayah agar ia sabar. Ibu tak ingin darah tinggi ayah kumat, dan akan mengakibatkan jantungnya kumat.
"Gibran, dari awal ayah dan ibu telah mengingatkan kamu. Bangkai, bagaimanapun ditutupi baunya akan tercium juga. Mana ada wanita apa lagi seorang istri yang bisa menerima cintanya dibagi," ujar Ibu.
Gibran hanya menunduk, tak berani menatap ayah dan ibunya. Ia tak pernah berpikir semua akan mendapatkan dampak dari apa yang ia lakukan.
Bersambung
makin menarik alur ceritanya..😁😁😁
GIBRAN YG SALAH, GIBRAN YG MARAH 😡😡.
tapi cinta mu pada Arumi tak bisa di paksakan.
lebih baik sama Alana saja😉