NovelToon NovelToon
Ku Yakin Bahagia Datang

Ku Yakin Bahagia Datang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Pernikahan Kilat / Percintaan Konglomerat / Keluarga / Cinta Murni
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Gendhis Az-Zahra Bimantoro harus menerima takdir kematian ayahnya, Haris Bimantoro dalam sebuah kecelakaan tragis namun ternyata itu adalah awal penderitaan dalam hidupnya karena neraka yang diciptakan oleh Khalisa Azilia dan Marina Markova. Sampai satu hari ada pria Brazil yang datang untuk melamarnya menjadi istri namun tentu jalan terjal harus Gendhis lalui untuk meraih bahagianya kembali. Bagaimana akhir kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Iblis Betina yang Kejam

Setelah gagal mengintimidasi Malizi di depan umum, Stefanny mencari cara lain untuk menghentikan wartawan muda itu. Ia tahu, kekuatan uang dan pengaruh keluarganya bisa ia gunakan untuk membungkam Malizi. Dengan segala cara, Stefanny mencoba mendekati Malizi, menawarkan sejumlah uang yang sangat besar agar ia mau berhenti memberitakan tentang kejahatan keluarganya.

"Ambil uang ini, dan lupakan semua yang kamu lihat dan dengar," kata Stefanny dengan nada yang merayu. "Ini akan menjadi keuntungan besar untukmu."

Stefanny menunjukkan setumpuk uang tunai yang sangat banyak. Jumlahnya cukup untuk membuat siapa pun tergiur. Namun, Malizi tidak tergoda. Ia menatap uang itu dengan tatapan jijik dan jijik.

"Uang ini tidak bisa membeli idealisme saya," kata Malizi, dengan nada yang tegas. "Saya tidak akan pernah mengkhianati kebenaran."

Stefanny terkejut mendengar jawaban Malizi. Ia tidak menyangka bahwa ada orang yang begitu teguh pada prinsipnya. Ia pikir, semua orang di dunia ini bisa dibeli dengan uang.

"Kamu yakin? Kamu tidak mau berpikir lagi?" tanya Stefanny, dengan nada yang tidak percaya.

"Saya sudah memikirkannya matang-matang," jawab Malizi. "Saya tidak akan pernah menjual harga diri saya demi uang."

Stefanny semakin marah mendengar jawaban Malizi. Ia merasa harga dirinya direndahkan. Ia kemudian mencoba untuk menekan Malizi dengan kekuasaan dan pengaruh keluarganya.

"Kamu harus tahu, kami adalah keluarga yang berkuasa," kata Stefanny, dengan nada yang penuh ancaman. "Kamu tidak akan pernah bisa menang melawan kami."

"Kebenaran akan selalu menang," jawab Malizi, dengan nada yang tenang namun penuh keyakinan. "Saya tidak takut dengan kekuasaan kalian."

Stefanny yang sudah kehabisan akal, akhirnya pergi meninggalkan Malizi dengan perasaan yang marah dan kesal. Ia tahu, ia telah gagal membujuk wartawan muda itu. Ia harus mencari cara lain untuk menghentikan Malizi.

****

Dengan geram, Marina dan Khalisa, dua wanita yang dikenal kejam dan licik itu, akhirnya turun tangan langsung untuk membungkam Malizi. Mereka sadar betul bahwa wartawan muda ini adalah "hama" yang dapat merusak tirani bisnis mereka yang selama ini mereka bangun dengan susah payah. Mereka tidak mau hal itu terjadi.

"Kita tidak bisa membiarkan dia terus mengusik kita," kata Marina, dengan nada yang penuh amarah. "Dia harus dihentikan."

"Betul," timpal Khalisa, dengan nada yang tidak kalah geram. "Dia bisa merusak semua yang sudah kita rencanakan."

Marina dan Khalisa kemudian menyusun rencana untuk "menghabisi" Malizi. Mereka tidak ingin mengambil risiko dengan membiarkan wartawan itu terus memberitakan tentang kejahatan mereka. Mereka ingin Malizi tahu akibatnya jika berani melawan mereka.

"Kita harus memberikan dia pelajaran," kata Marina, dengan nada yang penuh dendam.

"Kita harus membuatnya menyesal karena sudah ikut campur urusan kita," timpal Khalisa.

Marina dan Khalisa kemudian mencari cara untuk mencelakai Malizi. Mereka tidak segan-segan menggunakan cara-cara yang kotor dan licik untuk mencapai tujuan mereka. Mereka ingin Malizi menderita dan tidak pernah lagi berani mengusik mereka.

"Kita akan buat dia merasakan akibatnya," kata Marina.

"Kita akan buat dia tahu siapa kita," timpal Khalisa.

Marina dan Khalisa kemudian melaksanakan rencana mereka. Mereka menculik Malizi dan membawanya ke sebuah tempat yang terpencil. Di sana, mereka menyiksa Malizi dengan kejam. Mereka ingin wartawan muda itu jera dan tidak pernah lagi berani memberitakan tentang kejahatan mereka.

"Kamu sudah membuat kesalahan besar karena berani melawan kami," kata Marina, sambil menampar wajah Malizi.

"Kamu akan menyesal seumur hidupmu karena sudah ikut campur urusan kami," timpal Khalisa, sambil menendang tubuh Malizi.

Malizi hanya bisa pasrah dan menahan rasa sakit yang ia rasakan. Ia tidak berdaya menghadapi kekejaman Marina dan Khalisa. Ia hanya bisa berdoa dan berharap, suatu hari nanti, keadilan akan datang kepadanya.

"Saya tidak akan pernah menyerah," kata Malizi, dalam hatinya. "Saya akan terus berjuang untuk kebenaran."

****

Marina dan Khalisa, dua wanita yang dikenal kejam dan tak berperikemanusiaan itu, kini tertawa puas melihat Malizi babak belur dan sekarat di hadapan mereka. Mereka berdua, dengan wajah tanpa belas kasihan, menyaksikan penderitaan wartawan muda itu dengan perasaan senang dan puas.

"Rasakan itu! Kamu sudah berani melawan kami!" kata Marina, dengan nada yang penuh kemenangan.

"Kamu pikir kamu bisa mengalahkan kami? Kamu salah besar!" timpal Khalisa, dengan nada yang tidak kalah sinis.

Mereka berdua, layaknya iblis betina yang haus darah, tidak menunjukkan sedikit pun rasa kasihan terhadap Malizi. Mereka benar-benar telah kehilangan rasa kemanusiaan mereka. Yang ada di pikiran mereka hanyalah kekuasaan dan uang. Mereka tidak peduli jika harus menyakiti dan membunuh orang lain demi mencapai tujuan mereka.

"Kamu akan menyesal seumur hidupmu karena sudah ikut campur urusan kami," kata Marina, sambil menendang tubuh Malizi yang sudah tidak berdaya.

"Ini adalah pelajaran yang sangat berharga untukmu. Jangan pernah lagi berani melawan kami," timpal Khalisa, dengan nada yang penuh ancaman.

Malizi hanya bisa pasrah dan menahan rasa sakit yang ia rasakan. Ia tidak berdaya menghadapi kekejaman Marina dan Khalisa. Ia hanya bisa berdoa dan berharap, suatu hari nanti, keadilan akan datang kepadanya.

"Saya tidak akan pernah menyerah," kata Malizi, dalam hatinya. "Saya akan terus berjuang untuk kebenaran."

Meskipun dalam kondisi yang sangat lemah dan sekarat, Malizi tetap memiliki semangat yang tinggi. Ia tidak mau menyerah begitu saja. Ia percaya bahwa kebenaran akan selalu menang pada akhirnya.

Marina dan Khalisa yang melihat Malizi masih hidup, semakin marah. Mereka tidak ingin wartawan itu lolos dari mereka. Mereka ingin memastikan bahwa Malizi tidak akan pernah lagi berani mengusik mereka.

"Kita harus menghabisinya," kata Marina, dengan nada yang dingin.

"Kita tidak bisa membiarkan dia hidup. Dia bisa menjadi ancaman bagi kita," timpal Khalisa.

Marina dan Khalisa kemudian merencanakan untuk membunuh Malizi. Mereka tidak ingin mengambil risiko dengan membiarkan wartawan itu hidup. Mereka ingin memastikan bahwa Malizi tidak akan pernah lagi bisa mengganggu mereka.

"Kita akan buat dia mati," kata Marina.

"Kita akan buat dia menyesal telah lahir di dunia ini," timpal Khalisa.

Marina dan Khalisa kemudian melaksanakan rencana mereka. Mereka membunuh Malizi dengan cara yang sangat kejam dan tidak manusiawi. Mereka benar-benar telah kehilangan rasa kemanusiaan mereka.

****

Marina dan Khalisa, dua wanita yang dikenal kejam dan tak berperikemanusiaan itu, kini tertawa puas melihat Malizi babak belur dan sekarat di hadapan mereka. Mereka berdua, dengan wajah tanpa belas kasihan, menyaksikan penderitaan wartawan muda itu dengan perasaan senang dan puas.

"Rasakan itu! Kamu sudah berani melawan kami!" kata Marina, dengan nada yang penuh kemenangan.

"Kamu pikir kamu bisa mengalahkan kami? Kamu salah besar!" timpal Khalisa, dengan nada yang tidak kalah sinis.

Mereka berdua, layaknya iblis betina yang haus darah, tidak menunjukkan sedikit pun rasa kasihan terhadap Malizi. Mereka benar-benar telah kehilangan rasa kemanusiaan mereka. Yang ada di pikiran mereka hanyalah kekuasaan dan uang. Mereka tidak peduli jika harus menyakiti dan membunuh orang lain demi mencapai tujuan mereka.

"Kamu akan menyesal seumur hidupmu karena sudah ikut campur urusan kami," kata Marina, sambil menendang tubuh Malizi yang sudah tidak berdaya.

1
Mika Su
sangat relate sskali
Serena Muna: terima kasih kakka
total 1 replies
Mika Su
sangat menarik sekali
Mika Su
aku kok gedeg ya liat tokohnya
Nikma: Permisi kakak Author ...

Halo kak Reader, kalau berkenan mampir juga di novel aku 'Kesayangan Tuan Sempurna' yaa..
Terima kasih😊🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!