Mikayla gadis cantik berusia 19 tahun ini harus menjadi Kekasih Kontrak seorang Dosen, selain menjadi Pacar kontrak ia juga harus menjadi budak ranjang Dosen nya yang bernama Theo Felix yang berumur 29 tahun. Wajah tampan nya memang memikat hati semua kaum hawa, namun sikap nya yang Arogan membuat Mikayla harus banyak bersabar demi kesembuhan Nenek nya yang sedang berada di rumah sakit. Theo selalu melampiaskan kekesalan nya kepada Mikayla, padahal semua itu di sebabkan oleh kelakuan Chealsea yang selama ini mengikatnya tanpa hubungan yang pasti. Sikap Theo yang munafik membuatnya tidak sadar wanita mana yang ia cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitryas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Mikayla sejak tadi menatap langit lewat kaca mobil, ia kini tengah duduk di kursi penumpang depan bersama dengan Ronal yang sedang mengemudi mobil.
“Nona apa ada yang bisa saya bantu.” Tanya Ronal karena sejak tadi Mikayla hanya diam menatap sendu langit cerah itu.
Ronal berpikir jika ini ada kaitanya dengan kedatangan Chelsea, Mikayla pun akhirnya menoleh ke arahnya.
“Apa akuboleh berbicara denganmu Kak?” Tanya Mikayla dengan wajah polosnya dia takut jika dirinya tidak di perbolehkan bicara dengan siapapun.
“Tentu saja, Tuan Theo tidak separah itu sampai melarang kita berbicara.” Ucap Ronal dengan terkekeh, bagaimana mungkin Tuanya itu melarangnya berbicara.
Namun seketika Ronal terdiam saat mengingat kelakukan Tuanya yang memang seharian kemarin sangat berbeda dari biasanya, Theo yang biasanya adalah Theo yang pendiam.
Walau sesekali berbicara di saat membicarakan hal penting saja, bahkan pria itu juga tidak sekejam kemarin saat bersama Mikayla. Tapi entah mengapa sejak kedatangan Nona Mikayla pria itu sedikit berubah. Jadi lebih banyak bicara kasar dan lebih banyak emosian, entah karena pengarus dari berita akhir-akhir ini juga mungkin pikir Ronal.
“Kalau begitu, apa kak Ronal bisa bantu aku untuk mencairkan benda ini?” Tanya Mikayla sambil memperlihatkan selembar kertas dengan nominal 1M.
Ronal terkekeh pelan, “baiklah aku akan membantumu.” Jawabnya. “Kapan kamu membutuhkan uang itu?”
“Secepatnya, aku harus segera membayar biaya operasi Nenek agar cepat di laksanakan operasi. Dan aku juga harus membayar utang-utang kedua orang tuaku.” Ucap Mikayla tanpa malu sedikitpun.
Ronal terdiam, “baiklah besok akan aku urus semuanya untuk mu, Nona Mikayla.” Ucap Ronal.
“Panggil Mika saja Kak, dan makasih sudah mau membantuku.” Ucap Mikayla akhirnya dia bisa tersenyum tenang, karena sejak tadi dia terus berpikir bagaimana caranya mencairkan cek itu.
“Iya baiklah Mika,” jawab Ronal. Gadis polos ini rupanya tidak terlihat seperti apa yang di ucapkan Tuanya, Mikayla terlalu jauh dari kata Nakal.
“Oh iyah, apa kamu tadi sempat melihat Chelsea?” Tanya Ronal lagi dia ingin tau apakah Mikayla sempat bertemu dengan wanita itu atau tidak. Karena dirinya hanya menunggu di parkiran tanpa sempat naik ke atas Unit Apartemen Tuanya.
“Oh ya ampun, aku sampai lupa ingin meminta tanda tanganya. Ah ini semua gara-gara Pak Theo, kalau saja dia tidak langsung menyuruhku pergi mungkin aku punya photo bareng Aktris terkenal itu.” Keluh Mikayla, dia sangat menyesal padahal itu adalah kesempatan yang bagus untuknya.
Ronal terkejut dengan ucapan Mikayla, ya tapi mungkin saja orang lain tidak tau dengan sipat asli wanita itu.
“Dia wanita yang pernah di tolak oleh keluarga Estevan.” Ucap Ronal tiba-tiba karena menurutnya Mikayla harus tau itu.
“Apa?! Kakak yakin? Wanita secantik dan sebaik dia di tolak keluarga Pak Theo?” Tanya Mikayla dengan wajah terkejut. “Wanita sesempurna dia saja di tolak, wajar saja jika kemarin aku di tolak juga.” Gumamnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya atas sikap keluarga Dosenya.
Ronal kembali terkekeh, dia tidak menyangka jika reaksi Mikayla akan seperti ini. Padahal Ronal sudah membayangkan jika Mikayla akan kesal pada Chelsea karena mungkin mereka akan bersaing merebutkan Theo. Tapi nyatanya Mikayla tidak memiliki perasaan apapun pada Tuanya itu.
“Tidak seru.” Gumam Ronal dalam hatinya.
“Oh iya Kak, apa pulang dari kampus aku boleh menemui nenekku?” Tanya Mikayla, dia takut jika Theo akan kembali memakinya hanya karena dia pergi dengan seenaknya.
“Tidak bisa, nanti malam kamu harus menemani acara pertemuan Tuan Theo.” Jawab Ronal, Mikayla pun mengangguk sambil menghela napas kecewanya.
*
*
Di kampus Mikayla tidak pernah memperlihatkan kesedihanya pada sahabatnya Lilac, karena Mikayla sendiri tau jika Lilac juga sedang dalam masalah karena harus tiba-tiba menihan dan menjadi isteri kedua.
Mikayla selalu memendam masalahnya sendiri, ia menatap langit melalui jendela di kelasnya.
Tiba-tiba Lilac menggeplak pundak Mikayla, “hey Mika, berhentilah melamun. Sejak tadi Pak Theo menatap kamu, aku takut sebentar lagi dia akan menegur mu.” Ucap Lilac menghawatirkan sahabatnya itu.
Mikayla pun menatap sahabatnya yang sangat ia sayangi itu, dia tersenyum dan langsung di balas senyuman oleh Lilac.
“Kamu kenapa? Tidak biasanya diam saja, biasanya kamu sama cerewetnya denganku. Apa ada masalah?” Tanya Lilac, sudah hampir seminggu ini Lilac memang jarang berkomunikasi dengan Mikayla karena sibuk mengurusi kehidupan barunya.
“Aku baik-baik saja, aku hanya rindu kamu Lilac.” Ucap Mikayla dia lalu memeluk Lilac sekilas, lalu segera kembali memerhatikan Dosenya yang sedang mengajar matematika di depan.
“Kamu aneh Mika, padahal tinggal hubungi aku kalau ingin bertemu.” Ucap Lilac.
Mereka pun kembali memperhatikan pelajaran, hingga akhirnya pelajaran pun selesai.
“Mikayla!” Panggil Theo saat dirinya sudah menutup pelajaran, suara Theo membuat para pelajar lainya ikut menoleh ke arahnya.
“Iya pak?”
“Ikut ke ruanganku, ada sedikit hukuman untuk mu karena sejak tadi tidak memperhatikan pelajaran.” Ucapnya lalu menatap tajam pada para pelajar lainya.
Dengan cepat mereka mengalihkan pandanganya agar tidak terkena hukuman yang sama seperti Mikayla.
“Mika, bagaimana ini?” Tanya Lilac yang menghawatirkan sahabatnya.
“Aku akan baik-baik saja, kamu tau kan jika aku sangat pintar.” Ucap Mikayla membuat Lilac terkekeh, namun ia setuju.
Mikayla pun segera pergi ke ruangan Dosenya itu dengan jantung yang terus berdebar, dia takut jika akan mendapatkan cacian lagi.
Mikayla mengetuk pintu itu lalu masuk kedalam ruanganya, ia tidak langsung melangkah karena kini Theo sedang menatap tajam ke arahnya sambil duduk tenang di atas sofa.
“Kemarilah,” pinta Theo sambil menjulurkan tanganya. “Duduk di atas pangkuanku.” Titahnya lagi dengan tangan yang sudah menggapai jari-jemari Mikayla.
Mikayla hendak duduk di atas pangkuan Theo, namun dia kembali berdiri karena bingung memposisikan bokongnya mengarah ke mana.
“Kayla cepatlah! Jangan membuatku emosi!” Pekiknya, dia langsung menarik kedua pinggang itu dan mendudukan bokong sintal milik Mikayla di pangkuanya.
“Aww!” Teriaknya kaget, lalu tanpa sengaja menatap kedua netra Theo yang sejak dulu mempunyai tatapan mata tajam.
Jantung Mikayla berdegup sangat kencang, dia akui jika Theo matang dengan paras tampanya. Tubuh atletis dengan rahang tegas, hidung mancung dengan alis tebalnya.
“Dewa yunani.” Gumamnya dalam hati.
“Sekarang kau berani menatapku! Lalu kenapa saat aku mengajar kau sama sekali tidak memperhatikanku!” Pekik Theo kesal, suara beratnya sangat indah di dengar namun kata-kata yang selalu keluar dari mulutnya seakan menampar wajah cantik Mikayla agar sadar dari imajinasihnya.
“I-itu karna—“
“Cukup!” Pekik Theo malas mendengar alasan yang keluar dari mulut kecil wanita di pangkuanya.
“Cepat buka celanaku!” Pinta Theo dengan nada memerintah.
.
To be continued…