Asyh, gadis belia yang pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Baru saja sampai ke Negara Paman Sam itu. Asyh sudah menyaksikan kejadian yang membuat hatinya begitu terluka yakni dang kekasih berselingkuh dengan wanita lain.
Lari dari pria 'jahat' itu adalah pilihan Asyh satu-satunya. Dengan segala kekecewaannya, Asyh berlari hingga ke basement apartemen sang kekasih dan malah tidak sengaja menyaksikan sebuah adegan pembunuhan keji.
Asyh dilepaskan oleh dua orang pria yang melakukan pembunuhan itu. Sayangnya, tanpa ia sadari semua itu adalah awal 'kehidupan barunya'.
WARNING!!!
Terdapat Unsur Dewasa dan Adegan Kekerasan di Beberapa Bab!
Harap Bijak Memilih Bacaan dan Bacalah Sesuai Dengan Usia Anda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bangunlah!
"Tandatangani semua dokumen ini!" Arlen melemparkan setumpuk dokumen dihadapan Xello.
"Percuma memaksaku! Aku tidak akan pergi dari negara ini dan meninggalkanmu sendirian!" Xello melemparkan kembali dokumen itu ke hadapan Arlen.
"Jangan membantah ku, Xello!" Arlen menekan setiap katanya.
Warna matanya menjadi sangat hitam, pertanda amarahnya sedang memuncak.
"Aku tidak membantah mu! Aku hanya ingin menjagamu!" Xello meninggikan suaranya.
"Menjaga kau bilang? Kau pikir aku tidak tahu kelakuanmu di belakangku? Kau meniduri Erica! Kau mencium Asyh ku! Kau pikir aku tidak tahu?" Arlen dengan suara menggelegar dan langsung mencengkram kerah baju Xello dan memojokkan Xello ke dinding.
"Sudah ku bilang, antara aku dan Erica hanyalah kesalahan. Dia menjebakku! Kau sendiri melihat semuanya dari rekaman CCTV tersembunyi di kastil ini." Xello dengan suara tak kalah menggelegar.
"Tapi kau sekarang bertindak terlebih dulu menggoda Asyh ku." Arlen melempar Xello dengan sangat kuat hingga membuat Xello tersungkur dan badannya mengenai kaki meja di dalam ruangan kerja Arlen.
"Aku akui aku salah! Tapi aku melakukan semuanya karena aku juga menginginkannya. Aku ingin memiliki dia." Xello kembali membentak.
BUKK
Arlen menendang perut Xello dengan sangat kuat.
"Jangan pernah bermimpi! Aku bisa berbagi segala sesuatu denganmu tapi tidak dengan wanita! Milikku tetap milikku! Jika dia di sentuh orang lain, maka salah satu dari mereka harus mati!" Arlen dengan suara mencekam.
BUKK
Kini Arlen menendang punggung Xello dengan sangat kuat, hingga membuat Xello meringkuk kesakitan.
BUKK BUKK
Arlen kembali menendang perut dan tengkuk Xello bergantian dengan sangat kuat.
"Hahaha.." Xello tertawa meskipun sekujur tubuhnya kesakitan bahkan ia mengeluarkan darah segar dari mulutnya.
"Bunuh saja aku, kak! Bunuh aku dan setelah itu kah juga habisi gadis malang itu agar aku bisa bersatu dengannya di neraka!" Xello semakin memancing amarah Arlen.
Arlen yang semakin tersulut emosi pun berjalan menuju dinding besi di pojok ruangan kerjanya.
Ia membuka pintu lemari itu dan mengambil sebuah cambuk berukuran besar.
CTARRR
Arlen memukul asal tubuh Xello dengan cambuk itu.
Xello diam menahan sakit di sekujur tubuhnya.
"Lagi kak! Lagi! Lakukan lagi jika kematianku bisa memberi kebahagiaan kepadamu dan gadis malang itu. Kau tahu? Aku bahkan sudah menaruh hati padanya sejak aku menatap matanya pertama kali. Dia begitu murni dan tidak ada cacat sedikitpun." Xello merentangkan tubuhnya.
CTARRR
Arlen kembali melayangkan cambuk itu pada tubuh Arlen bahkan cambuk tersebut mengoyak pakaian Xello begitu saja.
"ARLEN, STOP!" Asyh berteriak dari ambang pintu dan ia ditahan oleh dua orang pengawal yang menjaga pintu ruangan kerja Arlen.
"Arlen, jangan gila! Dia adikmu! Adik kandung mu!" Asyh kembali berusaha membujuk Arlen.
CTARRR CTARRR
Arlen bukannya mereda, malah semakin semangat melayangkan cambuk tersebut pada tubuh Xello yang sudah berlumuran darah.
CTARRR
"ASYH." Arlen langsung membuang cambuk yang ia pegang ke sembarang tempat.
Cambukan nya barusan mengenai Asyh karena tiba-tiba saja Asyh berhasil masuk dan melindungi Xello dengan tubuh mungilnya.
"Aku tahu, kau peduli padaku." Xello merengkuh tubuh mungil di atasnya yang perlahan kehilangan kesadarannya.
"Asyh, bangun!" Arlen menepis kasar tangan Xello dan menjauhkan Asyh dari Xello.
"Asyh, bangun! Jangan membuatku takut!" Arlen menepuk-nepuk pipi Asyh.
"Arlen, ja jangan mem ... " Asyh pingsan sebelum menyelesaikan perkataannya.
"SIAL!" Arlen memaki dan memukul meja di dekatnya.
Arlen segera menggendong Asyh keluar dari ruangan kerjanya.
"Panggilkan dokter! Harus dokter wanita!" Arlen sambil berjalan meninggalkan ruangan kerjanya menuju ke kamarnya.
Arlen membaringkan Asyh dengan posisi tengkurap karena cambuk nya tadi mengenai punggung Asyh.
Arlen memilih menggunting baju Asyh, setelah itu ia memberikan pengobatan pertama kepada luka cambuk Asyh.
Luka tersebut panjang dan sepertinya dalam, karena tadi kekuatan yang Arlen gunakan adalah kekuatan penuh.
"Darling, jangan menakutiku!" Arlen mengelus rambut Asyh dan tanpa ia sadari air matanya menetes begitu saja.
Tok tok tok
"Tuan, dokter sudah datang!" Seorang pengawal menyampaikan pesan.
"Masuk saja!" Arlen dengan suara dinginnya.
Seorang dokter wanita masuk dengan membawa peralatan lengkapnya.
"Ijinkan aku memeriksa keadaan istrimu." Dokter wanita itu meminta ijin.
Arlen sedikit kaget mendengar dokter itu menyebut Asyh sebagai istrinya, dan dia bahagia.
"Segera obati dan lakukan yang terbaik untuk menolongnya!" Arlen memberi perintah.
Dokter wanita itu langsung memeriksa keadaan Asyh tanpa ingin mengulur waktu.
"Lukanya harus aku jahit! Dokter wanita itu bergumam pelan dan langsung menyiapkan alat-alat untuk menjahit luka cambuk Asyh.
Arlen hanya mengamati dengan jantung berdetak cepat, takut, itu yang ia rasakan saat ini.
Dengan telaten dokter itu menjahit luka cambuk Asyh.
"Lukanya sudah ku atasi. Rawatlah dia dengan baik! Sepertinya dia gadis yang baik, Arlen." Sang dokter sambil mengemaskan kembali barang-barangnya.
"Jika tugasmu sudah selesai, segera pergi saja bibi." Arlen mengusir dengan dinginnya.
Dokter wanita itu adalah dokter keluarga Arlen sejak dulu dan Arlen maupun Xello selalu memanggilnya bibi dalam beberapa momen.
"Jangan melewatkan kesempatan untuk memiliki seorang yang baik! Jika kesempatan dilewatkan, menyesal dan menangis darah pun tidak ada gunanya!" Dokter itu pun keluar dari kamar Arlen.
Arlen mengambil kain tipis untuk menutupi punggung polos Asyh.
"Kenapa kau bodoh? Aku menghukumnya karena dia memang pantas mendapat hukuman." Arlen setia mengelus rambut Asyh.
Perasaan bersalah kian menghantui dirinya.
Ia kembali teringat perkataan Asyh untuk tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain.
"Maafkan aku! Maafkan aku menyakitimu! Bangunlah!" Arlen mengelus pipi Asyh dengan lembut.
Tidak ada pergerakan sedikitpun dari Asyh selain hidungnya yang masih bernafas.
"Jangan tinggalkan aku seperti ini! Jika kau pergi, aku bisa mati!" Ketakutan Arlen semakin menjadi-jadi.
"Aku mohon, bangunlah! Aku akan lakukan apapun yang kau inginkan jika kau sadar nanti." Arlen seolah membujuk dan merayu seorang anak kecil.
"Bangunlah, aku mencintaimu! Kau belum menepati janjimu untuk membantuku keluar dari rasa sakitku." Arlen mengecup kening Asyh.
Arlen terus dan terus berbicara berharap agar Asyh mendengarnya dan segera bangun.
"Semoga kali ini kau belajar dari kesalahanmu, Arlen!" Dokter yang dari tadi masih memperhatikannya, membatin di dalam hati.
...~ TO BE CONTINUE ~...
pelakor dilaknat dan dibinasakan
sedangkan
pebinor bebas berbuat semuanya dan diperlakukan lembut, kesalahan beres begitu saja, bahkan pebinor diperlakukan sangat lembut melebih sang suami
ini pemikiran menjijikan dari wanita jablay dan munafik yang dibawa kedalam novel