bagaimana rasanya jika kamu mengetahui perselingkuhan suami mu, bahkan seluruh keluarganya mengetahui perselingkuhan itu dan menyembunyikannya darimu?
"lihat saja,, aku akan membalas semua perlakuan kalian padaku, apa yang sekarang kalian miliki adalah milikku dan aku akan mengambilnya kembali"~
simak ceritanya dari outhor, ig: @adivahalwahasanah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amie.H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi ke Mall
"huh, di kira aku bisa ditindas kali. Liat aja kalau aku bener-bener udah berpisah dengan mas rudi, pasti hidup kalian jauh lebih sengsara. Di pikir-pikir apa lagi alasan aku mempertahan kan Mas Rudi ya, semuanya sudah terbukti dan buktinya sudah dipegang oleh om darma!" kataku sambil terus berpikir.
Setelah Mas Rudi pergi bekerja, aku pun bersiap untuk datang kerumah om darma dan tante sulis. Tentu saja untuk membicarakan apa yang harus aku lakukan selanjutnya, toh misi untuk mengusir mereka yang menjadi benalu di rumah ku selama ini sudah bisa aku selesaikan.
"Mau kemana kamu?" tanya ibu mertua yang melihat aku keluar dari kamar mengenakan pakaian rapi.
"ketemu teman!" jawab ku singkat.
"enak banget tiap hari kerjaannya ketemu teman, main, foya-foya ngabisin uang anak saya. Kerjain tuh kerjaan dibelakang, cucian piring numpuk, baju belum di cuci. siapa memang yang mau nyuci kalau bukan kamu?!" kata bu Murni membuatku menghentikan kegiatan ku yang tengah membereskan baju yang aku pakai.
"Apa aku gak salah denger bu? Apa ibu lupa semalam aku bilang apa, hah!! Kita urus kehidupan kita masing-masing, meskipun kita satu rumah. Tapi aku gak sudi mengerjakan semua kerjaan rumah sendiri, inget ya bu aku bukan pembantu dirumah ini. Jadi, jangan sok menjadi nyonya!!" kataku dengan nada tegas namun santai.
"heh, kamu itu masih istrinya Rudi. Jadi sudah kewajiban kamu mengerjakan semua kerjaan rumah dan patuh sama mertua, jangan jadi menantu kurang ajar!!" kata nya dengan mata melotot tajam.
"Aku gak peduli bu, jadi lebih baik ibu kerjakan sendiri apa yang jadi kerjaan ibu. Karna bekas piring makan ku dan mas rudi sudah aku cuci, pakaian kami juga sudah aku jemur di belakang. Jadi, sudah di pastikan jika yang di belakang itu cuma pakaian kotor ibu dan Niken!!" kataku tersenyum kecil melihat wajah ibu mertua yang membelalakan mata.
"kurang ajar!! Liat aja, aku akan buat kamu di ceraikan oleh Rudi. Biar Rudi bisa bersama perempuan yang jauh lebih baik dan jauh lebih kaya dari pada kamu yang sudah miskin sekarang" kata Bu Murni yang mata nya sampai melotot hampir copot dari tempurungnya.
Aku pun hanya terkekeh kecil mendengar perkataan ibu Mertua ku itu.
"Alhamdulillah kalau ibu mau buat Mas Rudi menceraikan aku, itu jauh lebih baik untukku. Jadi, aku gak bisa lagi kalian manfaatkan. Silahkan, carikan mas Rudi istri yang bisa kalian manfaatkan. Aku ingin tau, sebaik dan sekaya apa perempuan yang ingin ibu jodohkan untuk mas rudi!" kataku memandang sinis ibu mertua yang lagi-lagi kaget mendengar respon ku.
"kenapa? Kaget aku merespon seperti ini? Hahaha bu,,, buu,,, aku diam bukan berarti aku gak tau semua apa yang kalian lakukan di belakangku, aku gak sebodoh itu. Jadi, kalau ibu mau Mas Rudi menceraikan aku. Aku justru sangat berterimakasih pada ibu, dengan begitu aku bisa langsung terbebas dari lelaki mokondo seperti dia. Iyakan!" kataku dengan santai sambil berjalan ke arah luar rumah tanpa menoleh lagi ke arah ibu mertua yang masih kaget dengan apa yang aku katakan.
Aku pun memesan taksi online, sambil menunggu aku pun berjalan dengan sangat pelan keluar dari gang. Karna mobil tak bisa masuk ke halaman rumah kontrakan kami.
"Mbak Andine?" tanya supir taksi online yang membuka sedikit kaca mobilnya.
"iyaa pak, benar" kataku yang langsung masuk kebagian belakang mobil dengan senyum. Menempuh perjalanan satu jam, akhirnya aku pun sampai di rumah om darma.
Tok
Tok
Tok
pintu pun terbuka, terlihat bi imas dengan senyum mengembang membukakan pintu.
"Masuk non, nyonya udah nungguin dari tadi di ruang keluarga" kata bi imas membuatku menganggukan kepala sambil tersenyum.
Aku pun melangkah masuk menuju ruang keluarga, disana tante sulis tengah membaca koran sambil sesekali memasukkan cemilan kedalam mulutnya.
"Assalamualaikum tante" kataku saat sudah berada di sampingnya.
"waalaikumsalam, yaampun kamu lama banget sih baru sampai jam segini" kata tante sulis, aku pun menyalami tangan nya dan terkekeh kecil.
"biasa lah tante ada drama sedikit tadi" kataku dengan senyum kecut.
"kenapa? Mertua mu lagi?" tanya tante sulis, aku pun hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.
"sudah lah gak usah di gubris, mending sekarang kita keluar yuk. Beli bahan buat bikin kue? Kamu nungguin om mu makan siang dirumah kan?" tanya tante sulis.
"iyaa tan, ada beberapa hal yang harus aku bahas dengan om darma. Nanti siang pulang kan?" tanyaku.
"iyaa pulang, om mu juga udah bilang kalau kalian mau ada yang di bicarakan siang ini. Bentar ya tante ambil tas dulu" kata tante sulis dengan senyum mengembang.
Tak lama, tante sulis pun kembali dengan menenteng tas branded di lengan kanannya.
"Ayookk,,, bii,,,, bi imaass" teriak tante sulis dari ruang keluarga.
"iyaa bu?" tanya bi imas.
"bi,,, saya mau belanja bahan kue, apa ada yang habis di dapur?" tanya tante sulis.
"belum bu, semua masih lengkap." jawab bi imas membuat tante sulis menganggukan kepala.
"yaudah kalau begitu, saya keluar dulu ya. Kamu, apa ada keperluan pribadi mu yang mau kamu beli?" tanya tante sulis lagi.
"tidak ada bu,,, semua masih aman, terimakasih" jawab bi imas dengan senyum karna tante sulis tak pernah lupa menanyakan keperluan pribadinya jika ingin belanja ke supermarket.
"baiklah, jaga rumah ya bi. Assalamualaikum" kataku dan tante sulis berbarengan salam.
"waalaikumsalam" jawab bi imas yang mengantar kita sampai kedepan pintu.
Aku dan tante sulis pergi dengan menggunakan mobil tante sulis, dia pun meminta aku yang menyetir mobilnya.
"kamu yang nyetir ya Ndine?" kata tante sulis dengan senyuman.
"boleh tante, kita kemana?" tanya ku.
"kita ke mall aja ya, disana lebih lengkap supermarketnya" kata nya yang langsung aku angguki.
Kami pun mengendarai mobil, tak sampai satu jam akhirnya sampai di halaman mall terbesar di daerah kami.
Tante sulis memilih beberapa adonan brownis instan, beberapa puding, dan juga bahan-bahan lainnya.
"sebetulnya enakan bikin pakai takaran sendiri ya Ndine, tapi kok pengen ngerasain kaya kemasan instan kaya gini ya hehehe" kata tante sulis yang memegang bungkusan brownis instan.
"iyaa tante, tapi nanti kalau kiranya gak sesuai kita bisa tambahkan sendiri kan tante. tante mau rasa apa?" tanya ku.
"coklat sama pandan aja lah ya, nanti kita buat bolu keju dan brownis fuddgie sama brownis kukus. Hmmm,,, tante udah lama loh gak bikin kue kaya gini" kata tante sulis membuatku terkekeh.
"hehehe apalagi Andine tante, jangan kan bikin. Tau bahannya aja ngga hahaha" kataku yang juga membuat tante sulis tertawa kecil.
"baiklah, hari ini kita bikin semua. Dan tante akan ajari caranya sama kamu, asalkan jangan di buat ide bisnis aja hahaha" kata tante sulis yang faham isi kepala ku.
"iihh tante kok tau aja sih" kataku yang ikutan terkekeh.
"iyaalah, seorang pengusaha pasti gak jauh dari kesana otaknya" kata tante sulis.
"hehehe ngga juga lah tante, tapi boleh juga sih ide nya" kataku. Kami berdua pun tertawa seru layaknya ibu dan anak.
Setelag semua selesai, tante sulis membayar semua belanjaan kami dan kami keluar dari toko itu.
"Ndine, tante mau belanja baju dulu ya. Kamu ikut yuk?" katanya yang langsung menarikku masuk kedalam salah satu toko baju yang ada di mall itu.
"ngga kelamaan tante, nanti om keburu pulang loh" kataku.
"aahh ngga lah, tenang aja. Om ku kalau pulang itu gak pas jam makan siang banget, bisa jam satu atau jam dua siang baru sampai rumah. Ini masih jam setengah sebelas kan?" kata tante sulis yang aku angguki.
Akhirnya, aku pun menemani tante sulis memilih beberapa potong baju. Setelah beliau membayar, kami pun keluar dari toko itu dan bergegas pulang.
Ketika keluar dari toko, aku tak sengaja melihat adik iparku, Niken. Memasuki toko di sebrang dengan seorang lelaki berumur, aku pun menghentikan langkah dan membuat tante sulis bertanya-tanya.
"kenapa Ndine?" tanyanya dengan menepuk bahu ku pelan.
"ah, eh gapapa tante. Itu tadi kayanya aku lihat adik iparku masuk ke toko sebarang itu, apa aku salah lihat kali yaa" kataku sambil menggaruk kepala yang tak gatal.