"Ganti rugi 80 juta atau menikah dengan saya?"
Kristal Velicia, gadis yatim piatu dengan paras yang sangat cantik menjadi penyebab kecelakaan sebuah mobil mewah.
Gadis itu di tuntut untuk ganti rugi atau menikah dengan pemilik mobil tersebut.
Pria tampan bersifat dingin bersama gadis cantik dan ceria.
Bagaimanakah nasib pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vgflia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
"Jadi sekarang harus bagaimana, Pak?" Bram kembali membuka suara. Sejujurnya ia tidak cukup terkejut mendengar sisi buruk keluarga Lysander, karena ia juga berasal dari keluarga yang lumayan berada, jadi bisa di bilang Bram tau bahwa setiap keluarga kaya pasti punya sisi buruk. Jangankan keluarga kaya, keluarga biasa saja juga punya sisi buruk.
Pria berumur itu terdiam, nampak berpikir sejenak. Keheningan seketika menghunus ruangan bercat putih itu. Saat ia ingin membuka suara, nada dering dari ponsel Kristal terdengar memecahkan keheningan. Buru-buru Kristal mematikan panggilan itu, namun ponselnya kembali berdering untuk yang kedua kalinya.
"Angkat saja," ucap Wiliam saat melihat Kristal ingin menonaktifkan ponselnya.
Gadis itu nampak ragu sebelum akhirnya memutuskan untuk menjawab panggilan itu. "Halo, Kak."
"Apa kamu sedang sibuk? Maaf Kakak menelpon, Kakak dalam perjalanan pulang, jika kamu masih di cafe Kakak akan menjemputmu."
"Aku sebenarnya masih mengobrol dengan bosku, Kak. Kakak pulang saja lebih dulu."
Wiliam melirik ke arah Bram, seolah bertanya siapa sosok yang sedang bertelepon dengan Kristal. Bram yang mengerti tatapan bosnya mendekat, sedikit berbisik. "Sepertinya dia Kakak angkat Kristal yang membawa Kristal ke panti saat masih kecil. Dia tadi mampir ke sini dan mengobrol cukup lama dengan kami. Namanya Calvin Osmond."
"Baiklah, kalau tidak ada yang bisa mengantarmu pulang telpon Kakak, Kristi. Jangan pulang naik taksi online di jam seperti ini, berbahaya."
"Iya, Kak. Aku tutup teleponnya."
Kristal menutup panggilannya secara sepihak. Meletakan ponselnya, ia kembali menatap ke arah paman Wiliam. Sesaat, wajahnya berkerut bingung saat mendapati tatapan semuanya tertuju padanya.
"Calvin Osmond. Apa dia putra tunggal Cristopher Osmond?" tanya Wiliam.
"Paman tau dari mana?"
Wiliam kembali menyandarkan punggungnya di kursi sambil terkekeh rendah. Keterbingungan terpampang jelas di wajah ketiganya. Apa Pak Wiliam jadi stres karena masalah Kristal?
"Takdir yang kebetulan rupanya. Apa kalian sangat akrab?" Wiliam kembali bertanya, mimik wajahnya tidak se-datar tadi saat memandang Kristal.
"Kurasa iya, Pak." Bram berucap mewakili Kristal. "Aku melihat tatapan matanya pada Kristal seperti seorang pria jantan yang sedang jatuh cinta."
Kristal melebarkan matanya, menatap Bram dengan mata melotot sebelum kembali menatap Wiliam. "T-tidak seperti itu, itu karena kami sangat dekat, jadi... jadi Kak Alvin menyayangiku seperti adik kandungnya."
"Alvin?"
"Itu nama panggilan dari Kristal, Pak. Lelaki itu juga memanggil Kristal dengan nama Kristi. Mereka punya nama panggilan masing-masing dari dulu," jelas Bram cepat, sedangkan Jane masih terdiam membisu. Ia ada di sana dari tadi dan tak beranjak sedikitpun, tapi ia masih tidak bisa mencerna situasi yang sedang terjadi. Entah apa yang Bram dan pak Wiliam bisikkan tadi saat Kristal sedang menelpon. Tapi di lihat dari raut wajah mereka, sepertinya suasana hati meraka sedang dalam kondisi baik.
Kristal memejam matanya sekilas dengan senyuman yang di paksakan. Entah kenapa semakin ia menjelaskan malah semakin terdengar aneh, di tambah kak Bram yang tak berhenti berceloteh dari tadi membuat paman Wiliam semakin mencurigai hubungan mereka.
Wiliam mengangguk paham. "Rupanya kalian berdua punya hubungan spesial."
"Tidak, Paman. Itu—"
"Kabar baik," sela Wiliam.
Kristal mengerjapkan matanya. Tunggu apa ia tidak salah dengar? "Apa maksud Paman?"
"Dekati dia, dia bisa melindungi mu. Jika dia menyayangimu dia pasti tidak akan membiarkan Kakak beradik itu menyentuhmu sedikitpun," kata Wiliam dengan mimik bahagia, akhirnya ia punya cara untuk melindungi gadis yang sudah ia anggap sebagai keluarganya itu.
"Tunggu sebentar, kenapa harus dia Pak?" Jane akhirnya membuka suara setelah menyimak dari tadi.
Wiliam menatap Jane dengan senyuman yang terus mengembang di bibirnya. "Kekuasaan keluarga Osmond juga tak kalah besar dengan Keluarga Lysander. Keluarga Lysander memang terkenal di dunia bisnis, tapi keluarga Osmond juga terkenal di dunia medis. Rumah sakit mereka punya beberapa cabang di Asia, keluarga mereka juga terkenal rukun. Di tambah dengan Calvin Osmond sebagai anak tunggal satu-satunya, semua kekuasaan Cristopher pasti akan di berikan pada anak itu. Yang artinya, di bawah naungan lelaki itu Kristal akan aman sampai pernikahan kontraknya berakhir."
"Tidak, Kak Calvin tidak boleh tau pernikahanku." Kristal membuka suara, tak ingin menyeret atau memanfaatkan kakaknya untuk masalah yang ia perbuat.
Wajah Wiliam kembali datar. Dia memang sudah menduga Kristal akan menolaknya. Ya, ini memang akan sulit mengingat Kristal anak yang selalu tidak ingin merepotkan orang lain.
"Hei, Girl! Tolong kali ini pikirkan dirimu sendiri. Sifat tidak enakan harus di buang, itu hanya merugikan dirimu." Bram sedikit jengkel sekarang, padahal mereka sudah menemukan cara untuk melindunginya selama setahun kedepan tapi di tolak mentah-mentah olehnya
Jane menatap Kristal yang ada di sampingnya, mimik gadis itu tampak gusar. Jane memegang pundak Kristal sampai gadis itu menoleh ke arahnya. "Aku yakin Kakak mu itu pasti tidak ingin kamu berada dalam bahaya, Tal. Memang ini terdengar berlebihan tapi apa salahnya menjaga keamanan dari sekarang? Kita hanya orang biasa, kita tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya."
Kristal menatap semuanya yang ada di sana secara bergantian, ia menunduk, meremas tangannya dengan kuat. "Aku minta maaf karena selalu menyusahkan kalian. Bahkan di saat aku sudah menikah aku masih menjadi beban."
"Akan lebih beban jika kau sampai kenapa-kenapa. Jadi, kau harus lakukan apapun untuk minta perlindungan lelaki marga Osmond itu." Wiliam berucap dengan tegas. Saat berbicara dengan gadis seperti Kristal memang harus sedikit lebih kasar agar ia bisa berani membuat atau mengambil suatu keputusan.
Hidup tanpa arah dari kedua orang tua memang cukup sulit. Anak itu akan selalu ragu dan takut mengambil sebuah keputusan, karena berpikir tidak ada yang akan melindunginya nanti bila keputusan yang ia ambil salah.
Jadi teruntuk seluruh orang tua yang ada di luar sana sayangi, lindungi, dan dukunglah anakmu. Selalu sediakan bahumu untuk menjadi tempat sandarannya. Jangan ragu atau malu untuk menunjukkan perhatianmu, karena pada siapa lagi ia lari dari kejamnya dunia jika bukan padamu.
Sebelum menjadi orang tua kalian pasti pernah menjadi seorang anak, maka dari itu perlakukan lah anakmu sebagaimana kamu ingin di perlakukan oleh kedua orang tuamu.
"Aku akan memikirkannya lagi, Paman. Terima kasih karena selalu membantuku, tapi aku minta tolong untuk tetap merahasiakan pernikahan kontrak ini. Aku sudah berjanji padannya untuk tidak membocorkannya." Kristal berucap dengan raut wajah memohon.
Wiliam mengangguk pelan. "Baiklah, Paman akan membiarkannya untuk saat ini. Tapi jika kamu tidak segera membuat keputusan, Paman yang akan mewakili mu mengambil keputusan."
...***...
Kristal menatap ponselnya. Berkali-kali ia berpikir apa ia harus menelpon kak Calvin untuk menjemputnya atau tidak. Ia sudah pergi dari cafe sekitar sepuluh menit yang lalu dengan alasan akan di jemput oleh supir pribadinya, tapi sampai sekarang gadis itu tidak menelpon siapapun untuk menjemputnya, sedangkan hari semakin larut.
Kristal mematikan ponselnya, memilih untuk duduk di kursi halte dari pada menelpon seseorang untuk menjemputnya. Entah apa yang gadis itu pikirkan, ia duduk diam sambil menggoyang kedua kakinya yang tak menggapai lantai halte.
Bersenandung kecil sebuah gerobak berjalan melewatinya. Kristal mengangkat wajahnya, menatap gerobak bakpao yang ia temui beberapa minggu yang lalu.
aku tunggu bab² selanjutnyaaa 😁
Nungguin ni