Sebuah rasa yang sudah ada sejak lama. Yang menjadikan rasa itu kini ada di dalam satu ikatan. Ikatan sah pernikahan. Namun sayang, entah apa masalahnya, kini, orang yang dulu begitu memperhatikan dirinya malah menjadi jauh dari pandangan nya. Jauh dari hatinya.
Alika Giska Anugrah, wanita cantik berusia 25 tahun, wanita yang mandiri yang sudah memiliki usaha sendiri itu harus mau di jodohkan dengan Malik, anak dari sahabat orangtuanya. Lagipun, Giska pun sudah memiliki rasa yang bisa di sebut cinta. Dari itulah, Giska sangat setuju dan mau untuk menikah dengan Malik.
Tapi, siapa sangka, Malik yang dulu selalu mengalah padanya. Kini, malah berbanding terbalik. Setelah menjadi suami dari Giska, Malik malah jadi orang yang pendiam dan bahkan tak mau menyentuh Giska.
Kira-kira, apakah alasan Malik? Sampai menjadi pria yang dingin dan tak tersentuh?! Yuk baca! 😁
Kisah anak dari Anugrah dan Keanu--> (Ketika Dua Anu Jatuh Cinta)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Malik menarik napas pelan, ia tidak ingin terbawa emosi. Karena semua belum jelas. Ia menepuk pundak Yoga. Membuat pria yang sudah berpakaian rapi itu menoleh. "Tolong, jujur sama aku." pinta Malik. "Kasih tahu, siapa yang menjebak aku sama Sarah di kamar kost si a lan?" sambung nya.
Yoga menelan ludahnya kasar. "A-aku nggak tahu, Lik. Kenapa kamu nanya sama aku?" tanya balik Yoga dengan gugup.
"Sudahlah Yo, jujur saja. Jangan sampai kita emosi dan kamu jadi bebek bertelur." seloroh Dimas dengan alis yang naik turun menggoda Yoga.
"Serius, Dim." ujar Yoga yang tak mau menatap Malik.
"Aku nggak mau maksa sih, Yo. Kalau kamu masih anggap aku sahabat. Kita teman, kamu ceritakan lah segalanya. Karena jujur saja, sekarang aku sedang mempertaruhkan rumah tanggaku. Yang kamu tahu pasti, kalau orang yang aku nikahi adalah orang yang paling aku cintai." kata Malik dengan wajah serius. Ia sangat berharap dengan mengatakan ini, Yoga bisa sedikit saja kasihan dan menceritakan segalanya.
"Sorry, Lik. Aku benar-benar nggak tahu. Masalah waktu itu," ucap Yoga dengan pelan.
"Yo. Aku nggak ma buk waktu itu. Aku melihat seperti apa kamu sama Laras. Aku melihat sendiri kalian sama-sama kasih kode!" Dimas tak mampu menahan emosi, ia sampai menarik kerah baju temannya itu dari jok depan.
Yoga terdiam, ia hanya mampu melihat Dimas tanpa memberi perlawanan. Pasrah begitu saja. "Itu, Laras Dim. Aku hanya bertugas membawa kamu. Serius," ucap Yoga yang kerahnya masih di tangan Dimas.
Malik memaksa Dimas melepaskan kerah baju Yoga, "maksudnya gimana? Coba kamu ceritakan. Jangan setengah-setengah seperti ini." susah sekali rasanya ia bertanya pada sahabatnya itu. Menurutnya, pria di sebelahnya itu terlalu berbelit-belit memberi jawaban.
Dimas tersenyum miring, coba saja ia tak sabar. Sudah habis wajah pas-pasan Yoga ia beri tanda kepalan tangan.
Yoga menghadap Malik. "Lik. Kamu tahu 'kan? Kalau Laras suka sama kamu?" tanya Yoga, Malik menggeleng kan kepalanya. Karena ia memang benar-benar tidak mengetahui akan itu.
"Laras cuma minta bantuan aku buat cari kan orang, aku nggak tahu buat apa. Dan aku, yang memiliki rasa sama Laras jelas setuju untuk membantunya. Tugas aku hanya membawa Dimas pulang, setelah itu aku nggak tahu. Terlebih dengan kamu sama Sarah." tutur Yoga.
"Memangnya ada apa sebenarnya? Karena jujur saja aku nggak tahu kejadian setelah waktu itu." tanya Yoga lagi.
"Kamu tuh ya, Yo. Jatuh cinta kok be go!" kesal Dimas yang sangat geram dengan cerita sahabat nya itu. Jika saja dari dulu ia tahu. Sudah habis Yoga di tangannya.
"Aku sama Sarah terjebak di dalam satu kamar. Tanpa p a k a i a n." ujar Malik.
Yoga membelalakkan matanya, sungguh ia tak percaya akan kejadian itu. "Serius kamu, Lik?" tanya nya penuh penasaran.
Malik mengangguk pelan. Ia dari tadi memperhatikan raut wajah Yoga, dan kali ini ia tak melihat kebohongan di sana. Jadi, apakah Yoga bisa di percaya? Entahlah ia benar-benar belum mengerti.
"Serius aku Lik. Kalau yang ini aku baru tahu, soalnya yang aku tahu. Laras hanya ingin kamu jauh dari Giska." kata Yoga.
Malik dan Dimas yang mendengar itu lantas mengernyitkan dahi bingung. Apa urusannya? Kenapa tidak boleh dekat antara Malik dan Giska?
"Gimana-gimana? Nggak paham aku?" tanya Dimas yang lantas turun dari mobil, pindah ke kursi bagian belakang. Mengapit Yoga.
Malik pun sama, ia benar-benar tidak mengerti. Namun ia diam menunggu jawaban dari Yoga yang kini melihat ke arah Dimas. "Ya, Dim. Laras kan cinta sama kamu, Lik." ujarnya kembali menoleh ke arah Malik
Malik masih diam. "Laras selalu emosi, Lik. Kalau kita lagi bersama, yang kamu bahas terus saja Giska. Tidak ada yang lain." kata Yoga mengingatkan.
Flashback on.
Suasana riuh di lapangan basket. Bukan lantaran lapangan yang di pakai untuk bermain bola bersama oranye itu, tapi karena tengah di pakainya lapangan untuk berbagai kegiatan. Seperti rapat anak-anak yang akan ikut mengisi acara perpisahan kelas Xll. Anak-anak yang tengah beristirahat sembari bercerita, ada yang menyanyi dan yang lainnya.
Dan di pojok sana, ada Laras yang tengah manyun lantaran ketiga sahabat lainnya tengah asyik bercerita. Ia sudah bolak-balik di tanya oleh Dimas dan Yoga, namun tetap saja diam. Pandangannya tertuju pada Malik yang tengah mengawasi gadis cantik yang tengah ngobrol dengan banyak teman-temannya, di koridor sekolah. Lumayan jauh dari tempat duduk mereka. Namun, masih terlihat walau terlihat kecil. Malik tak henti-hentinya mengangumi gadis cantik yang baru kelas X itu.
Dan semua itu tak luput dari pandangan Yoga. Ia mengamati Laras yang terlihat begitu kesal. Sampai saat Malik beranjak pergi lantaran gadis yang selalu ia perhatikan itu menghilang dari pandangan, saat itu juga bibir Laras semakin maju. Begitu terlihat kesal.
Yoga yang ketulan duduk di sebelahnya pun bertanya pelan, "kenapa?" tanyanya pada Laras.
"Tuh," tunjuk nya pada punggung lebar yang semakin menjauh. "Ngeselin abis. Bocah piyik terus yang di pikirin." gerutu Laras tak kalah lirih. Ia juga tak ingin Dimas dan Sarah yang asyik ngobrol sampai mendengar apa yang ia ucapkan.
Dan hal seperti itu, sudah di hapal oleh Yoga. Bahkan Laras sampai bercerita pada sahabatnya itu, kalau sebenarnya Laras sangat mengagumi Malik. Tapi sayang, Malik hanya menganggapnya sebatas teman, tak lebih. Karena, cintanya pada Giska sudah ada di dalam dada sejak masa kanak-kanak.
Sampai akhirnya mereka lulus dan kuliah di satu kampus yang sama. Yang tempatnya tak jauh dari tempat tinggal mereka. Di saat itu, Laras pikir nasib nya akan bagus saat satu kampus dengan Malik. Tapi sayang, lagi-lagi nasib baik tak berpihak padanya. Karena Malik tetap dengan cinta pertamanya.
Mereka pun berpisah saat sudah mulai bekerja, dan di pertemukan kembali di acara reunian. Laras yang masih memendam rasa pada Malik, meminta bantuan Yoga untuk sebuah rencana. Kebetulan, Yoga masih mencintai Laras, jadi apapun yang orang tercintanya minta, akan ia lakukan dengan senang hati.
Malam itu, saat sebelum acara reuni. Laras mengirim pesan pada Yoga terlebih dulu.
[Ga. Bisa bantu aku nggak?] pesan dari Laras.
^^^[Bantuin apa, Cantik?]^^^
^^^Tanya balik Yoga lewat pesan.^^^
[Kamu cariin orang buat bantu aku, aku mau ngerjain Malik.] pesan dari Laras kembali muncul.
^^^[Siap. Orang aja nih?]^^^
^^^Tanya Yoga lagi.^^^
[Iya. Nanti yang lain lagi, kalau kita ketemu.] pesan terakhir sebelum bertemu nya mereka berlima.
Dan saat bertemu di aula tempat reuni. Laras membawa Yoga dan mengatakan apa yang akan ia lakukan pada kedua sahabatnya itu.
giska boleh nampak effort kamu tu untuk selesaikan masalah
nolong orang justru menyusahkan diri sendiri dan menyakiti keluarga.... hedeeee