NovelToon NovelToon
Sekretaris Pemikat Hati

Sekretaris Pemikat Hati

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama
Popularitas:5.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Clarissa icha

Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.

Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.

Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.

Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Annelise keluar dari kamar tamu dengan penampilan yang sudah rapi. Dia memakai dress lengan pendek dan panjang selutut. Dress itu sangat pas di badannya yang proporsional. Model dan warnanya juga cocok di badan Annelise. Terlepas sikap Bryan yang menyebalkan, Annelise cukup kagum dengan selera fashion Bryan. Pria itu tidak sembarangan memilih baju.

"Ayo berangkat.!" Annelise tersentak ketika mendengar suara bariton Bryan yang cukup mengagetkannya.

Bryan berdecak kesal melihat reaksi Annelise. Sudah kesekian kalinya Annelise bereaksi seperti itu, terkejut seolah-olah sosok Bryan adalah hantu yang menakutkan.

"Bikin kaget saja." Annelise menggerutu. Dia lantas menghampiri Bryan yang duduk santai di sofa ruang keluarga. Pria itu sudah rapi dengan setelan celana panjang dan kemeja lengan pendek.

"Pak Bryan duluan saja, aku ijin ke makam sebentar." Annelise menyambar minuman di atas meja, dia duduk di depan Bryan dan meneguk minumannya.

"Biar aku antar." Suara rendah Bryan hampir membuat Annelise tersedak minuman. Ada angin apa sampai bisa mengeluarkan suara serendah itu dan menawarkan diri untuk mengantarnya ke makam.

Sambil meletakkan minuman di atas meja, mata Annelise tidak lepas dari Bryan. Dia mengamati ekspresi wajah Bryan yang tampak santai.

"Pak Bryan mau antar saya ke makam.?" Annelise memastikan karna merasa tidak yakin Bryan akan melakukan itu untuknya. Mengingat kemarin Bryan melarangnya cuti.

"Pendengaran mu normal kan.?" Kata Bryan sedikit ketus. Annelise mencebik, padahal dia baru akan memuji kebaikan Bryan, tapi tidak jadi karna sikap ketus bawaan pabrik Bryan di tunjukkan lagi.

"Pak Bryan nggak usah repot-repot, aku bisa pergi sendiri." Annelise menolak halus, tapi ekspresi wajah Bryan mendadak sangar. Pada Akhirnya Annelise tidak bisa menolak tawaran Bryan. Dia pergi ke makam orang tuanya bersama Bos super dingin yang pemaksa.

...******...

Bryan membelokkan mobilnya ke toko bunga di dekat tempat pemakaman. Bukan atas permintaan Annelise, tapi atas inisiatif Bryan sendiri. Annelise malah terkejut dan baru sadar kalau dia membutuhkan bunga untuk mengunjungi rumah terakhir kedua orang tuanya.

Saking bingungnya melihat sikap aneh Bryan, sepanjang jalan Annelise malah sibuk bergulat dengan pikirannya sendiri. Dia jadi melewatkan hal penting yang selalu menjadi kebiasaannya setiap akan pergi ke makam, yaitu singgah ke toko bunga.

"Disini saja, biar aku yang turun." Bryan mencegah Annelise yang sudah melepaskan seatbelt.

Biasanya Annelise akan menolak, tapi kali ini dia patuh dan membiarkan Bryan yang keluar sendirian membeli bunga.

Selang 10 menit, Bryan kembali dengan membawa 2 buket bunga ukuran sedang dan bunga untuk ditabur di atas makam. Pria itu masuk ke dalam mobil dan menyodorkan bunganya pada Annelise.

Annelise tersenyum tulus. "Terimakasih." Lirihnya.

Bryan sempat diam beberapa saat, pria manapun pasti akan bereaksi seperti itu ketika melihat senyum tulus menghiasi wajah cantik Annelise. Tapi pria lain mungkin tidak memiliki gengsi sebesar Bryan. Walaupun terpesona dengan Annelise, tapi responnya tetap dingin.

"Hmm." Bryan menjawab singkat sebelum melajukan kembali mobilnya.

Tempat pemakaman kedua orang tua Annelise terletak di pinggiran kota, keduanya tiba di sana pukul 7 pagi. Annelise menolak sarapan dulu karna mengejar waktu.

"Pak Bryan tunggu di mobil saja, di luar mulai panas."

"Kalau kamu pingsan disana, aku juga yang repot mencarinya." Sahut Bryan kemudian turun dari mobil mendahului Annelise. Pria itu lantas membuka bagasi dan mengeluarkan payung.

"Ayo, apa yang kamu tunggu.!" Seru Bryan ketika melihat Annelise masih diam di dalam mobil. Bukannya ikut turun, Annelise malah melamun.

Annelise mengerucutkan bibir, dia segera keluar dari mobil sambil memeluk buket bunga. Wanita berparas cantik itu tampak menarik nafas dalam-dalam ketika menatap hamparan makam di depannya.

Perasaan rindu, sedih, sakit, kecewa dan hancur melebur jadi satu. Annelise tidak bisa tegar setiap kali mendatangi makam orang tuanya. Ada tangisan kerinduan seorang anak pada kedua orang tuanya yang sudah lama tiada.

Bryan memandangi Annelise dari samping. Wajah cantik Annelise semakin lama semakin sendu dan mulai menundukkan pandangan.

"Pak Bryan, aku pergi sendiri saja." Pinta Annelise sekali lagi. Dia tidak akan leluasa mengadu dan menangis di depan makam orang tuanya jika ada Bryan di sana.

"Jangan keras kepala. Kalau nanti ingin menangis, menangis saja. Anggap aku nggak ada." Sahut Bryan tegas.

Annelise tidak lagi melarang Bryan, karna sebanyak apapun dia melarangnya, Bryan akan tetap ikut.

...******...

Bryan membuka payung di tangannya dan berjalan di samping Annelise melewati makam demi makam. Sesekali Bryan menatap Annelise yang sudah tidak berani mengangkat pandangannya. Annelise mulai menunjukkan sisi rapuhnya. Bryan tau kalau saat ini Annelise sedang berusaha menahan tangis.

Setelah berjalan cukup jauh dari tempat parkir mobil, Annelise berhenti di antara dua makam. Bryan membaca satu persatu batu nisan si depannya.

sementara itu, Annelise langsung bersimpuh di tanah. Senyum Annelise merekah meski di paksakan.

"Mah, Pah,," Suara Annelise bergetar.

Di belakang Annelise, Bryan masih berdiri di sana sambil memayungi sekretaris pribadinya itu. Pria yang biasanya memasang wajah datar dan dingin itu, seketika menunjukan raut wajah sendu.

Ada yang menggelitik hatinya saat mendengar nada putus asa dari bibir Annelise yang memanggil kedua orang tuanya. Meski kedua orang tua Bryan masih utuh, dia bisa ikut merasakan kesedihan Annelise.

Bryan mengalihkan pandangan ke arah lain ketika melihat bahu Annelise bergetar. Sekretarisnya itu sedang menangis dan Bryan bisa mendengar kata demi kata yang terucap lirih dari bibir Annelise.

Bryan mendadak melow, tidak tega melihat Annelise dalam mode terpuruk.

Sekitar 30 menit Bryan membiarkan Annelise menangis sambil bercerita panjang lebar di makam kedua orang tuanya, Bryan kemudian menunduk dan menyentuh bahu Annelise.

"Mereka akan sedih melihatmu seperti ini. Ayo pulang, matahari semakin terik." Ajak Bryan.

Annelise buru-buru mengusap air matanya. Dia lantas menaburkan bunga secara bergantian. Terakhir, Annelise mengusap batu nisan bersamaan.

"Anne janji akan hidup dengan baik dan bahagia, Mama dan Papa nggak perlu khawatir." Ucapnya penuh keyakinan.

Dengan berat hati Annelise beranjak dari makam. Bryan tetap berada di dekat Annelise dan memastikan payung di tangannya menutupi Annelise dari panas matahari.

Kini keduanya sudah berada di dalam mobil. Annelise sibuk merapikan rambutnya dan membersihkan sisa-sisa air mata di wajahnya.

"Ayo menikah denganku Anne,,"

"Uhhukk,, uhhukk,," Annelise tersedak ludahnya sendiri saking syoknya mendengar ucapan Bryan. Dia meraih botol air mineral dan buru-buru meneguknya.

Selesai minum, Annelise menatap Bryan dengan tatapan tidak percaya. Enteng sekali Bryan mengajaknya menikah hanya mengucapkan kalimat sesingkat itu. Bahkan menyatakan cinta pada seseorang saja tidak sesederhana itu. Butuh effort agar cintanya di terima. Tapi Bryan dengan entengnya mengajak menikah seperti ingin mengajak pergi makan bersama. Sekaku itukah Bosnya.?

"Pak Bryan bisa bercanda juga." Sahut Annelise yang enggan menanggapi serius. Lagipula ajakan Bryan juga terdengar seperti sedang main-main. Baru kali ini Annelise bertemu pria seperti itu. Sifatnya sangat aneh dan langka.

Bryan berdecak kesal dan buru-buru melajukan mobilnya. Bercanda katanya.? Padahal Bryan serius ingin menikahi Annelise.

Pria itu diam sepanjang perjalanan hingga sampai di perusahaan. Meski sempat berhenti di restoran untuk membeli sarapan, keduanya tidak ada komunikasi lagi.

1
Meira 2610
pasti bella
Yashinta
wkk wkk wkk
Yashinta
jangan kwatir mama jihan anne baik2 saja
Yashinta
brian memang gilaaaaa ha ha ha
Yashinta
menurut aku brian laki2 yg sombong dan angkuh dikasih pelajaran
Yashinta
wkk wkk wkkk anne anne
Yashinta
hati2 anne sama org berduit
Oktaviana
Luar biasa
Yusifree Tjahyo
sangat bagus
#ayu.kurniaa_
.
Lusiana_Oct13
Gk tamat2 ni novel
17_7B_ Maria Luvena P.W
Luar biasa
17_7B_ Maria Luvena P.W
Lumayan
Fitri Zalfa
Luar biasa
Sur Tini
ceritanya cukup menarik
Marda Wiah
kenapa sih ceritanya di bikin seperti ini, ko kita kaum perempuan seperti direndahkan harga dirinya walaupun ini SDH jaman milenial kata orang2 biassa tapi kan sedih juga bacanya, Anne ko di posisikan di pihak yg lemah ga bisa bertindak apa2 padahal pintar hanya karena status dg bos nya seperti bumi dg langit
Marda Wiah
coba Anne perkarakan itu rumah, itu kan haknya warisan orang tuanya yang telah meninggal, kan umur Anne SDH ga butuh wali karena bukan SDH umur 17 THN , SDH bisa menentukan masa depannya sendiri, daripada menanggung hidup bibi sekeluarga tinggal gratis, mending uangnya di kumpulin buat sewa pengacara,
Marda Wiah
ini soal harga diri, Anne sangat menjaga itu. setiap orang punya prinsip hidup dan Anne berprinsip tak ada kontak fisik yg ekstrim sebelum halal
Nur Siti Sa'adah
Lumayan
Agustina Sri Widyawati
ada lanjutannya gak ya....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!