Maxwell, Daniel, Edric dan Vernon adalah keempat CEO yang suka menghambur - hamburkan uang demi mendapatkan kesenangan duniawi.
Bagi mereka uang bisa membuat mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan bahkan seorang wanita sekalipun akan bertekuk lutut di hadapan mereka berempat demi mendapatkan beberapa lembar uang.
Sampai suatu hari Maxwell yang bertemu dengan mantan calon istrinya, Daniel yang bertemu dengan dokter hewan, Edric yang bertemu dengan dokter yang bekerja di salah satu rumah sakitnya, dan Vernon yang bertemu dengan adik Maxwell yang seorang pramugari.
Harga diri keempat CEO merasa di rendahkan saat keempat wanita tersebut menolak secara terang terangan perasaan mereka.
Mau tidak mau Maxwell, Daniel, Edric dan Vernon melakukan rencana licik agar wanita incaran mereka masuk ke dalam kehidupan mereka berempat.
Tanpa tahu jika keempat wanita tersebut memang sengaja mendekati dan menargetkan mereka sejak awal, dan membuat keempat CEO tersebut menjadi budak cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si_orion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7
"Hai, Daniel."
Pricilla dan Daniel saling menyapa ketika Pricilla melewati meja keempat CEO. Mereka berpelukan dan Daniel mencubit gemas pipi Zayden.
"Kau datang sendiri?" tanya Daniel.
"Eii, kau tak lihat pangeran tampan di gendonganku ini?" jawab Pricilla menunjuk Zayden yang sedang menatap sekitarnya yang begitu ramai.
"Pa." pekik Zayden ketika mata bulat kecilnya menangkap presensi pria yang kemarin mengintipnya di jendela.
Baik keempat CEO maupun Olivia dan Pricilla tampak begitu kaget mendengar pekikan gembira bayi 11 bulan itu. Tangan mungilnya terbuka mengacung mengarah pada sosok yang dia panggil 'Pa' itu.
"Pa, Ma, Pa." rengek Zayden ketika pria yang dia maksud tetap diam tak bergeming.
"Eh eh Pa siapa maksudnya?" tanya Olivia panik ketika Zayden mulai merengek.
"Sstt sstt sayang, kita bertemu dengan kakek, nenek dan paman Gavin yaa, sstt." Pricilla mencoba menenangkan bayinya yang masih meronta.
"Paa." Zayden mulai menangis.
Tak ingin menunggu lama, Pricilla langsung berpamitan dan melangkah menuju meja yang berisikan Jasper, Gina, dan Gavin.
"Kau mengenal dia?" tanya Maxwell langsung setelah kepergian Pricilla, pria itu tampak gelisah dan bingung ketika mata bulat itu terus menatapnya.
"Bukankah dia kak Pricilla? Putrinya paman Jasper? Mantan calon istri kak Maxwell." sahut Olivia.
"Mantan calon istri?" tanya Edric.
"Dia Pricilla Nooren, sepupuku." jawab Daniel.
Pricilla dan Daniel merupakan saudara sepupu. Ayah Daniel adalah kakak dari ibunya Pricilla, Gina. Mereka memang kerap bersikap layaknya tak saling kenal ketika dihadapan orang lain, tapi sebenarnya mereka sangatlah akrab.
"Kau tak pernah bilang bahwa dia sepupumu." sahut Maxwell.
"Kau tak pernah bertanya, bodoh." jawab Daniel.
"Tapi anak siapa yang dia bawa?" tanya Olivia.
"Anak-" jawab Vernon sembari lidah didalam mulutnya menunjuk Maxwell.
"Kak Maxwell? Dia anakmu?!" pekik Olivia.
"Jangan asal menuduh, aku bahkan hanya sekali bertemu dengan dia." bantah Maxwell meskipun hatinya membantah ucapannya sendiri.
"Aku dengar darı paman Jasper, ayah Zayden meninggal saat Zayden masih dalam kandungan." jawab Daniel.
"Itu artinya Pricilla sudah menikah?" tanya Edric.
Daniel menggeleng. "Belum, Pricilla dan ayah dari Zayden belum sempat menikah. Pria sialan itu tak bertanggung jawab setelah menanam benihnya di rahim Pricilla. Katanya dia meninggal."
Maxwell merasa sesuatu mencubit hatinya, kenapa ucapan Daniel terasa tertuju padanya..
***
Chelsea datang ke sebuah pesta bersama Ayahnya. Kedatangan mereka bukan hanya untuk menghadiri pesta, akan tetapi untuk menerima undangan perjodohan dan lamaran dari keluarga Dexter untuk putri semata wayangnya.
Ini adalah sebuah keajaiban ketika keluarga konglomerat seperti Klan Dexter, tiba - tiba datang ke rumah mereka dan mengajukan perjodohan kepada putri mereka.
Chelsea yang kala itu baru pulang dari dinas luar kotanya langsung terperangah kala Ayahnya mengabarkan berita itu. Dia tahu tentang Klan Dexter karena dua anggotanya pernah menjadi pasien 'menyebalkannya' Chelsea.
Namun Chelsea tak tahu dengan siapa dia akan dijodohkan. Dia tak bisa menebak sebab yang dia tahu, rumor Klan Dexter bahwa urutan pernikahan harus diawali oleh anak sulung. Chelsea tak tahu siapa anak sulung Klan Dexter. Dia hanya tahu 2 putra mereka, Austin dan Edric yang memiliki taraf menyebalkan di ambang batas.
Chelsea hanya bisa berdoa semoga bukan salah satu dari mereka yang akan menjadi calon suaminya. Chelsea berpikir bahwa keluarga Dexter sangat aneh, setahunya dia dan keluarganya tak memiliki hubungan dekat dengan mereka. Tapi keluarga Dexter tahu darimana tentang keluarganya hingga tiba - tiba datang melamar dan menjodohkan.
"Daddy, aku pulang saja yaa." rengek Chelsea memelas ketika sudut matanya mendapati dua kakak beradik menyebalkan yang pernah jadi pasiennya.
"No, honey. Ayo, mereka pasti sudah menunggu lama." jawab Damian, ayah Chelsea.
"Daddy."rengek Chelsea lagi seperti anak kecil yang ingin pulang.
"Jangan buat malu." seru Damian mulai memasang wajah tegasnya.
Chelsea takut ketika Ayahnya memasang wajah tegas, tapi dia lebih tak ingin datang ke sana dan bertemu dengan duo makhluk astral itu.
"Dad, calon suamiku yang mana?" tanya Chelsea menahan langkah Damian lagi.
Damian menunjuk salah satu putra Dexter yang berdiri berdampingan disamping kedua orangtua mereka.
"Hanya mereka anak keluarga Dexter?" tanya Chelsea lagi.
Damian merotasikan bola matanya, anaknya begitu polos dan bodoh. "Memangnya kau pikir mereka memiliki berapa anak, hem? Bahkan kehidupan keluarga mereka selalu menjadi konsumsi publik."
"Tapi sayangnya aku tak tertarik untuk mengkonsumsi kehidupan keluarga mereka atau siapapun, pantas saja aku tak tahu." jawab Chelsea.
"Dan sekarang kau harus tahu tentang kehidupan keluarga calon suamimu." ucap Damian.
"Dad, belum tentukan aku menikah dengan salah satu dari mereka. Bisa sajakan mereka mendapat gadis yang jauh lebih cantik dariku dan membatalkan perjodohannya." ucap Chelsea masih menahan langkah Damian untuk tidak segera sampai ke kumpulan Klan Dexter.
"Mereka melamarmu, dan tentu saja kau akan menikah dengan putra mereka. Klan Dexter bukan Klan yang bermain - main dengan pernikahan, sayang. Jika mereka sudah menemukan gadis yang tepat, itu artinya mereka akan menjadikan gadis itu sebagai satu - satunya dalam kehidupan mereka." jelas Damian.
Chelsea tersipu ketika mendengar penjelasan Damian. Hei, itu artinya Chelsea akan menjadi wanita spesial dan satu - satunya untuk calon suaminya nanti? Aish, membayangkannya saja wajah Chelsea sudah memerah.
"Tadi merengek minta pulang, sekarang malah cengar cengir tidak jelas dengan wajah memerah seperti itu." ejek Damian.
Chelsea tersadar, tidak! Dia mungkin senang akan dijadikan sebagai satu - satunya, tapi dia tak boleh dengan cepat terbuai, apalagi dengan dua makhluk astral menyebalkan itu.
"Dad, aku ke toilet ya, bye. Jangan cari aku." pamit Chelsea mencuri kesempatan untuk kabur ketika Damian lengah.
Damian mendengus dan menggaruk kepalanya tak gatal. Anaknya itu memang memiliki tingkah ajaib, dibalik kepolosannya ada sifat licik dalam diri putri tunggal Damian itu. Damian benar - benar harus bersabar menghadapi putrinya itu.
Oke, Damian merapikan kemejanya, dia harus menyiapkan alibi atas ketidak hadiran putrinya kepada keluarga Dexter.
***
Selepas acara selesai, Maxwell langsung membawa adik perempuannya pulang sebelum diculik oleh om-om mesum seperti Vernon.
"Kak." panggil Olivia dijawab deheman oleh Maxwell.
"Kau pernah bilang kalau kau pernah berhubungan badan dengan kak Pricilla." ucap Olivia.
"So?" tanya Maxwell.
"Apa anak itu anak Kakak?" tanya Olivia.
Maxwell terdiam. "Tentu saja...."
"Ya?"
"Bukan." bantah Maxwell cepat.
"Kenapa kau yakin dia bukan anakmu?" tanya Olivia.
"Karena aku tak yakin kalau Pricilla tak pernah bermain dengan pria lain." jawab Maxwell.
"Tapi anak itu, siapa namanya?"
"Zayden." jawab Maxwell cepat.
"Mata bulat Zayden dan bulu matanya yang tebal dan lentik itu sama dengan kakak saat masih kecil." lanjut Olivia.
Maxwell terkekeh, darimana Olivia tahu soal Maxwell saat masih kecil. "Jangan mengada - ada, kau bahkan belum ada di dunia ini saat aku masih seusia anak itu."
"Aku tahu." jawab Olivia.
"Jangan sok tahu."
"Kau ini benar - benar pak tua yang gaptek. Dari Jaman dulu bahkan sudah ada yang namanya teknologi kamera." ucap Olivia sambil menunjukkan foto Maxwell saat masih bayı di ponselnya.
"Bahkan aku bisa melihat dan mengetahui rupa Papa dan Mama saat masih bayı, karena ada foto mereka saat itu." sambung Olivia.
"Ya, ya terserah." jawab Maxwell.
"Jadi?" tanya Olivia lagi.
Kening Maxwell mengkerut. "Jadi apanya?"
"Jadi anak itu adalah anakmu?" tanya Olivia.