NovelToon NovelToon
Black World

Black World

Status: sedang berlangsung
Genre:Horror Thriller-Horror
Popularitas:335
Nilai: 5
Nama Author: GrayDarkness

Bacin Haris seseorang mencari ibunya yang hilang di dunia lain yang disebut sebagai Black World. Dunia itu penuh dengan kengerian entitas yang sangat jahat dan berbahaya. Disana Bacin mengetahui bahwa dia adalah seorang Disgrace, orang hina yang memiliki kekuatan keabadian. Bagaimana Perjalanan Bacin didunia mengerikan ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Torture

Bacin tergantung di langit-langit ruangan gelap dengan rantai besi yang membelit pergelangan tangannya. Tubuhnya sudah babak belur, kulitnya terkoyak di beberapa bagian, darah mengalir dari luka-luka terbuka, tetapi tidak ada satu pun yang bisa membunuhnya. Ia merasakan rasa sakit yang luar biasa, namun tubuhnya terus pulih.

Seorang pria besar bertopeng besi memegang obeng yang ujungnya sudah dipanaskan hingga membara. "Kau ini apa?" gumamnya sambil menusukkan ujung obeng panas itu ke paha Bacin. Aroma daging terbakar memenuhi ruangan.

Bacin menggigit bibirnya menahan teriakan, tetapi tubuhnya tetap meronta. Ia ingin berteriak, ingin memohon agar ini berhenti, tapi ia tahu itu sia-sia. Pria besar itu hanya akan semakin menikmati penderitaannya.

Tak puas dengan obeng panas, pria itu meraih palu dan memukulkannya ke jari-jari Bacin satu per satu. Tulang-tulangnya remuk, namun dalam hitungan detik, jari-jari itu kembali utuh, seakan tidak pernah rusak. "Sialan," pria itu mendesis frustrasi. "Kau tidak bisa mati, ya?"

Bacin terengah-engah, darah masih mengalir dari sudut bibirnya. "Kenapa... kau repot-repot menyiksaku kalau kau tahu aku nggak bisa mati?"

Pria besar itu tertawa pelan. "Karena meskipun kau tidak bisa mati, kau tetap bisa merasakan sakit."

Bacin tahu itu benar. Rasa sakitnya tidak pernah berkurang, bahkan seiring waktu terasa semakin parah. Tubuhnya terus disiksa tanpa henti, dan setiap kali ia mulai terbiasa dengan satu jenis penyiksaan, mereka menemukan cara baru untuk membuatnya menderita.

Listrik mengalir ke tubuhnya, menyetrumnya hingga otot-ototnya kejang tak terkendali. Kemudian pisau menari di kulitnya, meninggalkan luka-luka dalam yang segera sembuh, hanya untuk disayat lagi.

Ia tidak tahu berapa lama ia telah berada di sana. Detik dan menit terasa seperti jam, jam terasa seperti hari.

Tiba-tiba, suara pintu terbuka terdengar di tengah penderitaannya. Langkah kaki bergema, dan seseorang memasuki ruangan. Suara sepatu hak tinggi berdenting di lantai keras.

"Bisa kita bicara tanpa kekacauan ini?" Suara wanita itu terdengar tenang, tapi penuh otoritas.

Pria besar itu mendengus, menatap Bacin sejenak sebelum mundur dengan enggan. "Terserah, tapi jangan berharap aku akan membiarkannya pergi begitu saja."

Wanita itu berjalan mendekat, matanya menatap Bacin dengan ekspresi sulit ditebak. "Kau pasti bertanya-tanya siapa aku."

Bacin hanya bisa menatapnya dengan napas tersengal. "Siapa... kau?"

Wanita itu tersenyum tipis. "Namaku Lucy. Dan aku di sini untuk menawarimu sesuatu."

"Tawaran apa?" Tanya Bacin galak.

Lucy mendekat, menatap mata Bacin yang penuh rasa sakit dan kelelahan. Ia lalu berjongkok agar sejajar dengan wajah Bacin yang masih tergantung di rantai besi.

"Aku menawarkan kebebasan," katanya dengan suara lembut namun penuh ketegasan.

Bacin tertawa kecil meski suaranya terdengar serak dan lemah. "Kebebasan? Dari mana aku tahu kau nggak cuma mau mempermainkanku lagi?"

Lucy menyeringai. "Kalau aku ingin mempermainkanmu, aku tidak akan menghentikan pria besar itu. Aku akan membiarkanmu tetap di sini selamanya, disiksa tanpa akhir."

Bacin menatapnya curiga. "Apa maumu?"

Lucy berdiri, menyilangkan tangan. "Aku ingin kau bekerja sama denganku. Aku tahu kau sedang menyelidiki Morgan El Anto. Dan percayalah, aku juga ingin dia lenyap dari dunia ini."

Bacin menyipitkan mata. "Kenapa aku harus percaya padamu?"

Lucy menghela napas, lalu membungkuk sedikit, mendekatkan wajahnya ke telinga Bacin. "Karena kalau tidak, kau akan tetap di sini. Disiksa. Selamanya."

Bacin terdiam. Ia tahu Lucy mengatakan kebenaran. Dengan kondisinya yang abadi, ia tidak akan pernah mati di tangan para penyiksanya. Hanya ada dua pilihan: menerima tawaran Lucy atau terus mengalami siksaan yang lebih buruk dari kematian.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya akhirnya.

Lucy tersenyum puas. "Bagus. Aku akan membebaskanmu, tapi sebagai gantinya, kau harus melakukan sesuatu untukku."

"Apa itu?"

Lucy berjalan ke meja dan mengambil sesuatu—sebuah foto yang dilemparkannya ke lantai di depan Bacin. Foto itu menunjukkan seorang pria tua dengan janggut putih, mengenakan jas hitam dan topi fedora.

"Temui orang ini," kata Lucy. "Namanya Victor Lenz. Dia punya informasi tentang Morgan El Anto. Tapi hati-hati, dia bukan orang biasa. Dia juga seorang Disgrace."

Bacin menatap foto itu lekat-lekat, lalu kembali menatap Lucy. "Bagaimana kalau aku menolak setelah kau membebaskanku?"

Lucy terkekeh. "Kau tidak akan menolak. Aku yakin itu."

Ia lalu menjentikkan jarinya, dan tiba-tiba rantai yang menahan Bacin terlepas, membuat tubuhnya jatuh ke lantai dengan keras.

"Selamat datang kembali di dunia, Bacin."

Bacin berdiri perlahan, tubuhnya masih terasa nyeri akibat siksaan brutal yang baru saja ia alami. Tapi seperti sebelumnya, luka-luka itu sudah mulai pulih dengan cepat. Ia menggulung bahunya, meregangkan leher, lalu melakukan beberapa gerakan ringan untuk memastikan tubuhnya masih bisa bergerak dengan normal.

Sambil melompat-lompat kecil di tempat, ia melirik ke arah Lucy. "Oke, aku sudah bebas. Sekarang, jelaskan. Apa urusan Victor Lenz dalam semua ini?"

Lucy menyilangkan tangan, menatap Bacin dengan ekspresi santai namun tetap tajam. "Victor Lenz adalah seorang Disgrace, sama sepertimu. Tapi dia sudah lama menghilang dari dunia nyata. Sekarang, dia bersembunyi di Black World dan menjalankan bisnisnya di sana."

Bacin mengernyit. "Bisnis?"

Lucy tersenyum tipis. "Bisa dibilang begitu. Dia menjual informasi. Orang yang cukup berani atau cukup putus asa datang kepadanya untuk mencari jawaban. Dan percayalah, Victor tahu banyak hal yang seharusnya tidak diketahui siapa pun."

Bacin berhenti meregangkan tubuhnya dan menatap Lucy serius. "Jadi, kau pikir dia tahu sesuatu tentang Morgan El Anto?"

Lucy mengangguk. "Aku tidak berpikir. Aku yakin. Jika ada satu orang yang tahu keberadaan atau rencana Morgan, itu adalah Victor."

Bacin menyandarkan tangannya ke pinggang. "Dan kau mau aku menemui dia? Kedengarannya gampang."

Lucy tertawa kecil. "Kalau gampang, aku sudah melakukannya sendiri."

Bacin mendengus. "Baiklah, apa masalahnya?"

Ekspresi Lucy menjadi lebih serius. "Victor bukan orang yang bisa dipercaya. Dia tidak memberi informasi secara cuma-cuma. Dan kadang, harga yang dia minta jauh lebih tinggi dari yang bisa kau bayangkan."

Bacin menatapnya tajam. "Lalu, bagaimana aku bisa mendapatkan apa yang aku butuhkan darinya?"

Lucy tersenyum miring. "Itulah yang harus kau cari tahu sendiri."

"Aku melihat sebuah penculikan di jalan boti. Apakah kau terlibat dalam bisnis gelap atau sesuatu?"

Lucy terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. "Kau cepat menangkap sesuatu, ya."

Bacin menyipitkan mata, waspada dengan jawaban Lucy. "Jadi? Apa itu urusanmu?"

Lucy berjalan pelan mendekat, tangannya bermain di pinggangnya seolah sedang mempertimbangkan sesuatu. "Aku tidak akan berbohong padamu, Bacin. Aku memang terlibat dalam banyak hal… beberapa di antaranya mungkin tidak akan kau setujui."

Bacin mengepalkan tangannya. "Kau menjual manusia?"

Lucy mendesah, lalu menatapnya dengan ekspresi sedikit kesal. "Jangan terlalu cepat menghakimi. Aku bukan pedagang manusia biasa. Aku hanya… memindahkan orang dari satu tempat ke tempat lain, sesuai dengan permintaan."

"Jadi kau memang bagian dari penculikan itu?" suara Bacin terdengar lebih keras.

Lucy mendekat sedikit lagi. "Aku tidak menculik mereka. Aku hanya mengantar mereka ke tempat yang sudah ditentukan. Entah untuk uang tebusan, entah untuk tujuan lain."

Bacin merasakan amarahnya mulai naik. "Tujuan lain? Seperti apa?"

Lucy tertawa kecil. "Banyak kemungkinan. Beberapa di antaranya tidak menyenangkan."

Bacin menghela napas panjang. "Dan kau masih berharap aku bekerja sama denganmu setelah ini?"

Lucy mengangkat bahu. "Kau tidak punya pilihan yang lebih baik, kan?"

Bacin menatapnya tajam, lalu mengalihkan pandangannya. Ia tahu Lucy benar. Jika ingin tahu lebih banyak tentang Morgan El Anto, ia harus terus berjalan di jalur yang berbahaya ini.

Setelah beberapa detik hening, Bacin akhirnya berkata, "Baiklah. Tapi kalau aku menemukan kau melakukan sesuatu yang lebih menjijikkan dari ini, aku sendiri yang akan menyingkirkanmu."

Lucy tersenyum miring. "Aku akan menantikannya."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!