Serka Davis mencintai adiknya, hal ini membuat sang mama meradang.
"Kamu tidak bisa mencintai Silvani, karena dia adikmu," cegah sang mama tidak suka.
"Kenapa tidak boleh, Ma? Silvani bukan adik kandungku?"
Serka Davis tidak bisa menolak gejolak, ketika rasa cinta itu begitu menggebu terhadap adiknya sendiri, Silvani yang baru saja lulus sekolah SMA.
Lalu kenapa, sang mama tidak mengijinkan Davis mencintai Silvana? Lantas anak siapa sebenarnya Silvana? Ikuti kisah Serka Davis bersama Silvani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Kenapa Harus Anak Angkat?
Setelah mengungkapkan perasaannya tadi di depan sang mama, Davis kini termenung di dalam kamarnya. Dia berpikir bagaimana rencana selanjutnya.
Davis sudah merencanakan akan mengungkapkan perasaannya terhadap Silva. Juga jujur mengenai siapa Silva sebenarnya.
"Aku harap rencanaku berhasil, aku tidak mau ditunda lagi. Semakin ditunda maka semakin aku gusar dan tidak karuan. Mengenai mama yang tetap egois mempertahankan pendiriannya, aku tidak peduli, yang penting aku sudah berterus terang," tekadnya.
Malam pun menjelang, saatnya makan malam tiba. Papa Vero dan Mama Verli sudah berada di ruang makan. Mereka berdua heran kenapa ketiga anaknya masih belum turun juga.
"Bi Acah, tolong panggilkan anak-anak, kenapa mereka belum turun untuk makan malam?" seru Mama Verli kepada Bi Acah. Bi Acah manggut, lalu berlalu menuju tangga untuk memanggil anak majikannya.
Sebelum Bi Acah tiba di tangga, Davis, Danis dan Silva sudah keluar dari kamarnya masing-masing. Mereka segera menuruni tangga untuk menuju ruang makan.
Tiba di ruang makan, sikap ketiganya masing-masing berbeda-beda. Silva terlihat murung, Davis kusut, Danis santai tapi tegang. Danis lebih memikirkan tentang kedua adiknya, yakni Davis dan Silva yang kini berada di sisi kiri dan kanannya.
"Ayo, sekarang kita makan. Tidak ada yang boleh membahas apapun," tegas Mama Verli tidak biasanya.
Akhirnya mereka berlima makan malam tanpa obrolan ringan yang biasanya mereka sisipi di sela makan.
Setelah makan malam, semua kembali bubar dan menuju kamarnya masing-masing. Namun, sebelum Silva jauh melangkah, Mama Verli memanggilnya.
Silva membalikkan badan dan duduk kembali satu meja dengan sang mama.
"Setelah masuk kamar, kamu langsung kunci pintunya, ya. Mama tidak mau Davis main masuk kamar. Kalian sudah pada besar, jadi tidak boleh berduaan lama di kamar, meskipun kalian adik kakak. Ingat itu, Silva," peringat Mama Verli menatap tajam.
Silva mengangguk pelan. Kini ia pun ingin mengungkapkan kegelisahan yang sejak pulang tadi dirasakannya pada Mama Verli. Silva lebih baik mendengar langsung dari Mama Verli mengenai siapa dirinya sebenarnya di rumah ini.
"Ma, Silva ingin bicara. Ini, tentang Silva ...."
"Sudah, kamu jangan bicara apa-apa dulu. Sekarang waktunya masuk kamar, dan bersiap untuk tidur. Ingat pesan mama, pintu kamar langsung kunci. Dan jangan lupa sebelum tidur, gosok gigimu dulu agar tidak mudah sakit gigi," kelit Mama Verli cepat, dia tidak mau Silva mempertanyakan kalimat keceplosan yang dikatakan Jeng Suci tadi. Karena Mama Verli menduga, Silva akan membicarakan hal itu.
Wajah Silva sedikit merengut, di sana ia menyimpan kekecewaan karena tidak berhasil berbicara dengan sang mama. Dan sepertinya sang mama memang sengaja menghindari obrolan dengan dirinya.
"Aku harus bagaimana, aku sebenarnya ingin tahu siapa aku sebenarnya? Aku hanya ingin tahu dari mulut mama langsung kalau aju ini anak angkat atua bukan?" batinnya sedih.
Silva terpaksa berdiri dan bergegas dari ruang makan, meninggalkan sang mama yang masih di sana.
Silva berjalan menuju tangga dengan lunglai. Ia sedih, tidak seorangpun yang berani mengatakan kalau dia sebenarnya anak angkat atau anak kandung.
Tiba di lantai atas, Silva tadinya bermaksud langsung menuju kamarnya. Akan tetapi, dari arah kamar Danis, ia mendengar sedikit kegaduhan. Silva merasa penasaran, lalu perlahan ia berjalan menuju kamar Danis, sang kakak tertua.
"Aku mencinta Silva dengan segenap hati aku, Bang. Aku tidak bisa menahan gelora di dalam dadaku ini lebih lama lagi. Aku tidak bisa bohongi lagi perasaanku. Aku menyayangi Silva, tapi rasa sayang itu sekarang berubah jadi cinta. Aku harus segera ngomong pada Silva kalau aku mencintai dia sebagai kekasih, bukan seorang kakak lagi," ungkap Davis kepada Danis.
"Tapi, lihat mama kayak mana menentangnya. Kamu tidak tahu mama sekeras apa. Mama hanya menginginkan Silva tetap jadi adik yang manis bagi kita. Kamu tinggal turuti saja maunya mama, apa salahnya."
"Abang ini malah berada di pihak mama. Aku tidak peduli mama menentang keinginanku, yang jelas aku akan berterus terang kalau aku mencintai Silva dan aku akan jujur kalau Silva dalam keluarga ini hanyalah anak adopsi mama. Jadi, wajar dong kalau aku lama-kelamaan jatuh cinta sama Silva, aku sudah nyaman berada di samping dia," ungkap Davis jelas dan terang.
Bagai sambaran petir bagi Silva, walau pada kenyataannya ia memang ingin mengetahui siapa dirinya sebenarnya di dalam keluarga ini, tapi tetap saja pengakuan Davis membuat hatinya teriris.
Silva terhuyung, kenyataan yang baru saja didengarnya, membuat dia begitu sedih. Ditambah ungkapan Davis yang menyebut mencintainya, semakin membuat hati Silva terluka. Rupanya rasa sayang Davis selama ini hanya dibumbui rasa cinta, bukan kasih sayang kakak kepada adiknya.
Silva menangis di sana, menahan sesak di dada yang tiba-tiba mendera.
"Aku sih terserah kamu kalau memang perasaanmu tidak bisa dicegah lagi. Tapi, apakah setelah Silva tahu bahwa dirinya bukan anak kandung mama papa, kamu bisa menjamin dia akan membalas cintamu. Aku takut, Silva justru kecewa mendengar kenyataan ini," balas Danis meragukan.
"Aku tidak peduli, Bang. Yang penting, aku harus ungkapkan kejujuran dalam hati aku. Aku tidak mau menyesal nantinya. Aku tidak mau juga Silva dimiliki lelaki lain. Dia harus menjadi milikku," tekadnya yang langsung mendapat gelengan kepala dari Danis.
"Jangan terobsesi terlebih dahulu, aku hanya takut Silva justru menolakmu, Dav. Aku tidak mau kamu kecewa. Setelah kamu terus terang, eh tahunya Silva tidak membalas perasaanmu," hibur Danis berusaha meredam perasaan cinta yang membludak dalam diri sang adik.
Davis terlihat bingung dan putus asa setelah mendapat kalimat hiburan dari sang kakak. Ada benarnya apa yang diucapkan sang kakak. Tapi, bagaimanapun, Davis akan bertekad dan berusaha akan meraih hati Silva. Silva akan ia buat jatuh cinta.
Silva masih menangis di samping tembok kamar Danis. Perlahan dia berdiri menegakkan tubuh, lalu berjalan dengan pelan menuju kamarnya.
Silva segera memasuki kamarnya, lalu mengunci kamar itu dari dalam. Dia bantingkan tubuhnya di ranjang, Silva masih belum percaya kalau dirinya ternyata hanya anak angkat keluarga ini. Pantas saja wajahnya tidak sama sekali mirip keduanya. Tidak mirip papa maupun mamanya.
"Apakah ini nyata, kalau aku ternyata anak angkat mama dan papa? Kenapa mama terus merahasiakannya dariku, padahal bagaimanapun aku harus mengetahuinya?" bisiknya disertai tangisan yang pecah tidak terkira.
"Lalu kenapa aku harus sedih seperti ini, bukankah tadi siang aku berharap mengetahui ini semua? Tapi, aku hanya ingin mendengar langsung dari mulut salah satu keluarga ini. Dan Kak Davis, ternyata dia mencinta aku, bukan menyayangi aku sebagai adik."
Isak tangis Silva semakin tidak tertahan lagi, ia menangis di balik bantal, menangisi kenapa dirinya harus anak angkat dan bukan anak kandung?
gak suka banget aku liatnya...
klo menurut ku ini gak cinta sih,nafsu namanya...agak lain gaya pacaran nya...klo cinta itu pasti dijaga,orang pacaran sehat aja gak mau tiap sebentar cap cip cup...
Bika Ambon dan lapis legit 👍👍👍👍
kk adek kandung mana ada begituan klo udah besar...aku aja dilarang masuk kamar Abg ku 😅😅😅