Diego Murphy, dia adalah seorang pembunuh berdarah dingin, dan dia juga adalah seorang mafia yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada klan Dark Knight. Bahkan dia telah mendapatkan julukan sebagai The Killer, siapapun yang menjadi targetnya dipastikan tidak akan pernah bisa lolos.
Ketika dia masih kecil, ayahnya telah dibunuh di depan matanya sendiri. Bahkan perusahaan milik ayahnya telah direbut secara paksa. Disaat peristiwa kebakaran itu, semua orang mengira bahwa dirinya telah mati. Padahal dia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri.
Setelah beranjak dewasa, Diego bergabung dengan sekelompok mafia untuk membalaskan dendamnya dan ingin merebut kembali perusahaan milik ayahnya.
Disaat dia melakukan sebuah misi pembunuhan terhadap seorang wanita, malah terjadi sebuah insiden yang membuat dia harus menjadi menantu dari pembunuh ayah kandungnya sendiri. Sehingga dia terpaksa harus menyembunyikan identitasnya.
Apakah Diego berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Setelah berbicara berdua dengan Jerry, Diego memutuskan untuk segera kembali ke kamar pengantin. Dia memang seorang pria yang sangat tepat waktu, Vanessa memang menyuruhnya untuk pergi dari kamar selama satu jam.
Setelah berada di depan pintu kamar pengantin, Diego segera memasukkan password sebanyak enam digit. Sehingga pintu pun seketika bisa dibuka.
Diego menghela nafas ketika mendengar suara guyuran air shower dan suara Vanessa yang sedang bernyanyi. Rupanya wanita itu belum juga selesai mandinya. Pria itu pun mengusap-usap kedua kupingnya, mungkin kupingnya merasakan sakit mendengar cemprengnya suara Vanessa yang sedang bernyanyi. Mungkin kalau ada orang yang sedang sekarat, mendengar suara Vanessa yang sedang bernyanyi seperti itu akan cepat mati.
"Mengapa dia berisik sekali?" Keluhnya. Membuat dia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya setelah hidup bersama dengan Vanessa? Dua manusia yang memiliki karakter yang sangat bertolak belakang.
Diego melihat ada satu botol whisky di atas meja, dia pun segera menuangkan whisky ke dalam gelas sloki.
Ketika dia meneguk segelas whisky tersebut, terlihat Vanessa yang sedang keluar dari kamar mandi sambil berjingkrak-jingkrak dan bernyanyi. Wanita itu hanya mengenakan handuk saja membalut tubuhnya dari bagian dada sampai ke paha.
"Once more, you open the door. And you're here in my heart. And my heart will... Aaargghhh!"
Vanessa menjerit ketika dia baru saja membalikkan badannya menghadap sofa, dia baru menyadari rupanya disana ada Diego yang sedang duduk sambil meneguk segelas whisky.
Apesnya, saking kagetnya, handuk yang sedang dikenakan oleh Vanessa melorot ke bawah.
Pluuk!
Membuat Vanessa menjerit sejadi-jadinya.
"Aaaarrrgghhh!"
Mungkin karena teriakan Vanessa sangat begitu kencang, membuat beberapa karyawan di hotel yang kebetulan sedang berjalan melewati kamar tersebut, mereka berusaha keras untuk menahan tawa.
"Sepertinya Nona Vanessa dan suaminya melakukan malam pertama tanpa melakukan fore-play terlebih dahulu, makanya Nona Vanessa begitu kesakitan." Bisik salah satu karyawan yang ada disana sambil menahan tawa.
Karyawan yang lainnya pun membenarkan, "Iya, sepertinya begitu."
...****************...
Saat ini Vanessa sudah berpakaian lengkap. Walaupun sebenarnya dia sangat merasa harga dirinya runtuh, gara-gara tragedi handuk melorot itu. Tapi dia harus pura-pura terlihat biasa saja di depan Diego. Saat ini dia sedang duduk bersama dengan pria itu di sofa yang berbeda.
"Padahal aku belum selesai mandi. Kenapa kamu harus kembali? Apa mungkin kamu sengaja ingin mengintip aku?" Protes Vanessa kepada Diego.
Diego tidak terima disebut ingin mengintip Vanessa. Dia segera membantah tuduhan Vanessa dengan sikapnya yang datar, "Kamu hanya menyuruh ku untuk kembali lagi ke kamar setelah satu jam. Berarti kamu yang salah, mengapa kamu harus mandi selama itu?"
"Tapi...." Vanessa sangat berat untuk mengatakannya. Tapi dia harus benar-benar memastikan sesuatu, sampai wanita itu menghela nafas sebentar. "Tapi kamu tidak melihat semuanya kan?"
"Melihat apa?" Tanya Diego. Walaupun dia seorang mafia, rupanya dia begitu sangat polos.
Vanessa nampak gelagapan untuk menjelaskannya. "Mak-maksudku... emm... apa kamu melihat seluruh tubuhku?"
"Ya." Jawab Diego, sangat jujur. Pria itu sama sekali tidak merasa berdosa atas apa yang telah dia lihat.
Seketika wajah Vanessa memerah, seperti kepiting rebus. Bahkan wanita itu menelan saliva dengan bersusah payah. Dia mengulang pertanyaannya kembali, "Jadi... jadi kamu melihat semuanya?"
Diego menganggukkan kepalanya, "Iya."
"Dari atas sampai bawah?" Vanessa berharap sekali Diego akan memberikan jawaban bahwa pria itu sama sekali tidak sempat melihat seluruh tubuhnya.
Diego menghela nafas sebentar, kemudian dia menjawab pertanyaan dari Vanessa dengan nada kesal, mungkin karena Vanessa terus mengulang-ulang pertanyaannya. "Iya, aku melihat semuanya. Mengapa kamu begitu mempermasalahkannya? Semuanya terlihat sangat biasa untukku."
Vanessa mengigit bibir bawahnya. Dia sangat kesal sekali dengan jawaban dari Diego. Padahal dia adalah seorang wanita yang sangat pandai merawat tubuhnya, dia memiliki dada yang ukuran cukup besar, memiliki body yang goals bak gitar spanyol, didukung dengan parasnya yang sangat cantik. Bagaimana bisa dia yang merasa memiliki bodynya yang perfect dikatakan biasa saja?
Setelah mengatakan seperti itu, Diego segera pergi ke kamar mandi.
"Dia mengatakan body ku biasa saja?" Vanessa mengatakannya dengan nada kesal.
Vanessa menghela nafas berkali-kali. Belum juga satu hari menjadi istrinya Diego, pria itu sudah membuatnya sangat kesal.
"Ingat Vanessa, hanya sembilan bulan. Oke, hanya sembilan bulan aku hidup dengan pria itu. Yang penting kamu tidak menikah dengan Jerry."
Bagi Vanessa lebih baik memiliki suami yang menyebalkan dan sikapnya dingin seperti Diego. Dari pada harus harus memiliki suami seperti Jerry, yang kemungkinan dia akan terancam memiliki penyakit kela-min, karena Jerry sering gonta ganti wanita. Walaupun resikonya dia harus gondok setiap hari menghadapi sikap Diego yang menyebalkan.
Walaupun Vanessa tidak tahu kedepannya, apakah dia harus berpura-pura perutnya buncit atau pura-pura keguguran. Dia belum memikirkannya, yang pasti saat ini dia hanya ingin menghindari pernikahannya bersama dengan Jerry.
Tapi Vanessa menjadi merasa heran dengan sikap Diego yang sangat begitu dingin kepadanya. Bahkan saat pria itu melihat tubuh Vanessa yang telanjang bulat pun, pria itu terlihat sangat datar sekali. Tidak bereaksi apa-apa.
Vanessa membulatkan mata ketika terlintas pikiran jelek di dalam pikirannya, "Apakah mungkin dia itu ho-mo?"
Setelah berkata seperti itu, Vanessa menutup mulutnya sendiri. Mungkin karena dia sama sekali tidak menyangka akan menikah dengan seorang pria ho-mo. Walaupun kalau dipikirkan lebih dalam lagi, ada keuntungannya kalau dia menikah dengan pria seperti itu. Vanessa tidak perlu takut suatu saat nanti Diego akan menerkamnya. Itu artinya jika suatu hari nanti dia bercerai dengan Diego, dia akan menjadi janda perawan.