Aulia, gadis sederhana yang baru saja bekerja sebagai office girl di kantor megah milik CEO ternama yang dikenal kaku dan sulit didekati, tiba-tiba menjadi pesuruh pribadinya hanya karena kopi buatan Aulia.
Hayalannya menjadi karyawan yang baik dan tenang hancur seketika akibat bosnya yang tukang suruh-suruh hal yang tidak-tidak semakin membuatnya jengkel.
Sifatnya yang ceria dan kelewat batas menjadi bulan-bulanan bosnya. Akankah ia mampu bertahan demi uang yang berlimpah? Atau...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesepakatan Konyol
"Baiklah. Aku akan melupakan pembicaraan tadi dengan satu syarat."
"Syarat?" Tanya Aulia dengan rasa malas yang memuncak.
Aldiano bersandar ke kursinya.
"Mulai sekarang, kamu yang akan membuatkan makan siang untukku setiap hari."
"Hah?"
"Dan kali ini, kamu juga harus makan bersamaku," lanjutnya.
APA?!
Aulia menatapnya seolah baru saja mendengar sesuatu yang tidak masuk akal.
"Pak, saya ini office girl. Bukan koki."
Aldiano mengangkat bahu. "Tapi makananmu enak."
Aulia berusaha mencari celah untuk menolak, tapi wajah Aldiano terlihat serius.
"Kalau kamu menolak," Aldiano menambahkan dengan nada santai tapi penuh ancaman terselubung, "aku bisa mempertimbangkan untuk mengajukan surat peringatan resmi ke HRD tentang gosip tadi."
Aulia langsung tegap.
"Pak, itu namanya pemerasan!"
"Anggap saja ini kesempatan untuk memperbaiki kesalahanmu," jawab Aldiano datar.
Aulia membuka mulutnya, ingin membantah, tapi akhirnya dia hanya bisa mendesah pasrah.
"Yaudah deh, Pak…" gumamnya.
Aldiano mengangguk puas. "Bagus. Jangan lupa belanja bahan makanannya sendiri. Biaya nanti aku ganti."
Aulia mendelik. "Jadi saya juga yang repot belanja?"
Aldiano hanya menatapnya tanpa berkata apa-apa.
Aulia mendesah lagi. "Yaudah, yaudah. Saya masakin buat Bapak." Jawab Aulia terpaksa.
Aulia ingin protes, tapi akhirnya hanya bisa berdecak kesal.
...****************...
Di dapur karyawan, Aulia sibuk memasak dengan ekspresi sebal. Tangannya cekatan memotong sayuran, menggoreng tempe, dan mengaduk panci sayur asem yang mulai mendidih.
Sambil menuangkan kuah ke dalam mangkuk, dia mengomel pelan, "Sialan, gara-gara bos nyebelin itu, semalam gue nggak sempet masak di rumah. Padahal udah kangen masakan sendiri!"
Dia mengambil piring, menyendok nasi, lalu dengan gemas menatap lauknya. "Hah! Rasain lu, Pak Bos. Hari ini nggak ada makanan fancy, nggak ada steak, nggak ada makanan mahal. Lo makan sayur asem dan tempe goreng!"
Setelah semuanya siap, dia membawa dua piring nasi ke meja ruangan Aldiano. Dia menata semuanya dengan apik—satu piring untuk Aldiano, dan satu lagi untuk dirinya sendiri.
Aldiano berhenti di depan meja dan menatap piring yang ada di sana.
Dua piring.
Dia mengerutkan kening. "Kenapa ada dua?"
Aulia mendongak dengan ekspresi datar. "Lah, Bapak kan nyuruh saya makan juga. Masa saya makan piring kosong?"
Aldiano melirik piring itu sejenak sebelum duduk tanpa protes. Dia melihat isi makanannya—nasi putih, sayur asem dengan jagung dan kacang panjang, serta tempe goreng yang masih hangat.
Bukan menu yang biasa dia makan.
Biasanya, makan siangnya disiapkan oleh restoran bintang lima atau chef profesional. Sekarang? Sayur asem dan tempe goreng.
"Ini…" Aldiano menatap Aulia. "Bukan menu yang biasa aku makan."
Aulia mendudukkan diri dengan santai dan menyendok nasi. "Ya iyalah, Bapak kan orang kaya. Lidahnya pasti terbiasa makan yang mahal-mahal."
Aldiano masih memandangi makanannya. "Kenapa pilih masak ini?"
Aulia mendengus sambil menyendok sayur ke nasinya. "Karena saya pengen makan ini."
Aldiano menaikkan alis. "Kamu memilih menu makananku berdasarkan selera pribadi?"
Aulia berhenti sejenak, lalu mengangkat bahu. "Yah, lagian Bapak juga bilang terserah, kan? Kalo Bapak nggak suka, ya udah. Saya aja yang makan semuanya."
Tanpa menunggu jawaban, dia mulai makan.
Aldiano menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya mengambil sendok dan mulai mencoba makanannya.
Begitu suapan pertama masuk ke mulutnya, dia terdiam.
Rasanya… ada rasa.
Ada asam segar dari kuahnya, sedikit manis dari jagung, dan rasa khas dari tempe goreng yang renyah di luar, lembut di dalam.
Sekali lagi, dia bisa merasakan makanan ini.
Tatapannya beralih ke Aulia, yang masih asyik makan dengan lahap, tanpa menyadari betapa anehnya situasi ini bagi Aldiano.
Gadis ini… benar-benar anomali.
"Jangan ngeliatin saya gitu, Pak," gumam Aulia tiba-tiba, masih dengan mulut penuh nasi. "Makan aja. Kalo nggak habis, kasih saya aja, saya masih laper."
Aldiano terdiam beberapa saat, lalu akhirnya melanjutkan makannya dalam diam.
Tanpa sadar, untuk pertama kalinya sejak lama… dia menikmati makan siangnya.
.
.
Next👉🏻
Dalam dunia kerja, tidak ada adaptasi dengan dikasih waktu berkeliling. Perusahaan manapun waktu adalah uang, dan mereka tidak mau yang namanya rugi.
kalo diterima itu artinya sudah siap langsung bekerja. perkara tidak tahu, biasanya diminta untuk bertanya pada senior/pegawai yang sudah lama bekerja. itu logik bukan hujatan ya.
Tolong riset dulu ya biar logik ceritanya
dibandingkan temui, pilih kata 'menghadap' karena ini lingkungan kerja. Ada SOP jelas yang harus diperhatikan dan ditaati pegawai.
"Silahkan langsung menuju lantai lima belas. Kamu menghadap ke Pak Edwin bagian HRD," jawabnya bla bla
"Permisi. Saya Aulia, Office Girl yang baru. Mau lapor dulu nih, biar dibilang rajin," ujarnya