Kayesa terjebak dalam pernikahan semalam demi menyelamatkan nyawa ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Pernikahan dengan laki-laki kaya yang sama sekali tak dikenal Kayesa itu merupakan awal dari penderitaan Kayesa.
Pernikahan semalam membuat Kayesa hamil dan diusir ibu, Kayesa pergi jauh dari kota kelahirannya. Lima tahun kemudian dia bertemu dengan laki-laki ayah anaknya, hanya saja Kayesa tidak mengenalinya. sementara laki-laki itu mengetahui kalau Kayesa wanita yang dinikahinya lima tahun yang lalu.
Bagaimana kehidupan Kayesa selanjutnya, saat laki-laki bernama Zafran mengetahui kalau Kiano merupakan darah dagingnya dan Zafran menginginkan anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Oma Fatma
Part 31
Mobil Zafran melaju meninggalkan apartement, meluncur ke jalan raya. Pada saat mengunjungi Kiano, Zafran akan memakai mobil bisa, dia tidak mengendarai lamborghini, semua itu dilakukannya demi kenyamanan Kiano. Zafran tidak ingin gara-gara lamborghini, hidup putranya jadi tertekan.
Mobil yang dikendarai Zafran tidak melewati jalan biasa menuju ke kantor. Tapi mobilnya berbelok menuju ke rumah kontrakan Kayesa.
Di depan mini market, Zafran menghentikan mobilnya, sebelum turun seperti biasa dia memakai kacamata dan masker. Setelah itu, Zafran siap beraksi, keluar dari mobil dan masuk ke mini market, meraih sebuah troli, berjalan kearah kebutuhan anak-anak.
Zafran mengambil beberapa dus susu, vitamin, roti, minuman dan beberapa jajanan. Setelah merasa cukup dia ke kasir, mengeluarkan uang cash di dalam dompetnya, karena jika dia membayar menggunakan kartu, maka orang-orang akan mengenalinya.
Setelah selesai membayar belanjaannya. Zafran kembali ke mobil, meletakkan barang belanjaan di kursi depan, lalu menekan pedal gas, maju beberapa meter dan berhenti di samping gang.
Dua orang anak buah suruhan Zarfan sudah standbay dengan satu motor dan satu truk. Setelah Zafran turun dari mobilnya, salah satu dari anak buah Zafran menyerahkan kunci motor ke Zafran.
"Ayok! Ikut aku." Titah Zafran sambil menaiki motor, lalu Zafran meluncur masuk ke dalam gang.
Hanya butuh dua menit, motor yang dikendari Zafran sudah berhenti di depan rumah kontrakan Kayesa. Zafran turun dan melangkah mendekati rumah petak itu.
Sejenak Zafran memindai pintu rumah yang tidak tertutup rapat. Sayup dari celah pintu terdengar suara tangis Kiano dan suara Maeka yang sedang membujuknya. Zafran menyentuh handle, mendorong dan menguakkan daun pintu, hingga mengeluarkan suara berdecet dari engsel pintu yang mulai berkarat.
"Ayah!"
Kiano yang menangis dalam pangkuan Maeka. Saat mendengar suara pintu terbuka, menoleh dan berteriak kala mendapati sosok Zafran yang datang. Kiano berlari ke arah pintu dan menghambur dalam pelukan Zafran yang sudah berjongkok.
"Kiano kenapa menangis?" Tanya Zafran seraya mengurai pelukan, menatap intens putranya, lalu menyesap air mata Kiano.
"Bunda pelgi dali calam (pergi dari semalam) belum pulang. Yah," jawab Kiano di sela isaknya.
Dengan perasaan bersalah, Zafran kembali merengkuh tubuh mungil Kiano dalam pelukan. Tangan kanan Zafran mengusap lembut punggung Kiano, lalu menciun puncak kepala Kiano dengan sayang.
"Semua ini, gara-gara Alena. Alena kau akan menebus setiap tetes air mata anakku," batin Zafran kesal.
"Tuan! Apakah Tuan tahu, keberadaan nyonya Kayesa? Sekarang malah nomor ponselnya tidak aktif." Maeka yang dari tadi sudah berdiri di samping Zafran, memberanikan diri bertanya, dia tidak tega melihat Kiano sedih dan menangis.
"Nyonyamu ada di apartement saya, tadi malam lembur, mungkin karena kecapean, tadi waktu saya ke sini, dia masih tidur. Ponselnya tidak aktif, bisa jadi batrainya habis," jawab Zafran sedikit berbohong dengan menyebut lembur.
Mendengar ucapan Zafran, Maeka menarik nafas lega, dia pun bersyukur dalam hati, kalau praduga jeleknya ternyata salah. Maeka kira terjadi sesuatu pada Kayesa.
"Kiano sayang! Jangan sedih lagi ya. Bundanya lagi bobok di rumah ayah," ujar Zafran mengusap kepala Kiano. Kiano pun menghentikan tangisannya, kala mendengar penjelasan dari Zafran.
"Ayah! Kiano mau ketemu bunda." Kiano merengek seraya melingkarkan tangan di leher Zafran. Zafran kembali memeluk Kiano.
"Jangan sekarang, kasian bundanya masih capek dan ngantuk. Nanti saja selepas tengah hari. Gimana?" Zafran mengurai pelukannya, menyentuh lembut ke dua pipi Kiano, dengan lembut memberikan pengertian. Kiano pun mengangguk.
"Sekarang ikut ayah. Yuk!" Zafran mengangkat tubuh Kiano dan menggendongnya.
"Tuan muda. Mau dibawa ke..."
"Sekalian kamu. Ikut juga!" titah Zafran.
Zafran menyela ucapan Maeka, dia tidak memberi kesempatan pada Maeka untuk meneruskan pertanyaan. Zafran pun beranjak ke luar, sambil menggendong Kiano.
Maeka beranjak masuk ke kamar, mengambil tas tangan dan ponselnya. Begitu Maeka keluar, di depan rumah sudah berdiri dua orang laki-laki yang sedang serius berbicara dengan Zafran.
"Siapa mereka," batin Maeka seraya menatap intens pada dua laki-laki asing itu.
Setelah memberi pengarahan kepada dua orang asing itu, Zafran menoleh ke arah Maeka yang menatap heran pada dua tamu yang tak diundang.
"Jangan dikunci pintunya, dua bapak ini, akan memindahkan barang-barang kalian ke rumah baru," ujar Zafran, kala melihat Maeka yang ingin menutup pintu.
"Rumah baru? Pindahan?" Maeka tertegun sejenak.
"Pindah ke mana. Tuan?"
"Nanti kamu juga pasti tahu," jawab Zafran.
"Ayok naik, tidak usah bangak mikir," ajak Zafran, meminta Maeka duduk di boncengan motor.
"Tuan! Biar saya bantu bapak-bapak ini berkemas," ujar Maeka, dia merasa risih jika kedua laki-laki asing ini mengemasi barang-barang privasinya.
"Baiklah kalau begitu," ujar Zafran.
Maeka pun bergegas masuk. Dia mengambil ponsel dari dalam tasnya, menghubungi nomor kontak Kayesa. Tapi tidak aktif.
"Kenapa nyonya Kayesa tidak memberitahu, kalau mau pindahan," batin Maeka, dia memasukkan kembali ponsel ke dalam tas, lalu bergegas, masuk ke kamar. Mengemasi barang-barang privasi Kayesa dan dirinya.
Sementara Zafran meluncur dengan motornya keluar gang, begitu sampai di muara gang, Zafran mematikan motor dan memarkir di tepi jalan. Zafran turun dari motir, lalu menggendong Kiano, beranjak menuju mobil.
"Anak ayah, duduk di sini ya." Zafran membuka pintu mobil, meletakkan plastik belanjaan di atas dashboard, lalu mendudukkan Kiano dikursi depan di samping stir.
Mata Kiano berbinar, saat melihat di atas dashboard ada plastik berisi penuh jajanan. Namun dia tak berani menyentuhnya, karena teringat kata-kata bundanya, tidak boleh mengambil barang milik orang lain.
"Itu semua, buat Kiano," ujar Zafran, saat melihat Kiano hanya menatap barang belanjaan itu.
Kiano memindahkan tatapan ke wajah Zafran, lalu tatapannya berpindah lagi ke atas dashboard.
"Benaran. Yah?" Kiano bertanya untuk meyakinkan.
"Hooh," jawab Zafran mengangguk.
"Terima kasih. Ayah!" Kiano menggeser bokongnya mendekati Zafran, lalu mendekap tangan kiri Zafran dan bergelayut manja.
Rasa terharu menjalan di relung hati Zafran. Anak sekecil Kiano sudah paham menghargai pemberian. Dengan sopan mengucapkan terima kasih. Melihat tingkah Kiano, hati Zafran menjadi sangat tentram dan damai. Kayesa telah menanamkan karakter yang baik untuk putranya.
"Iya sayang." Balas Zafran dengan mengusap kepala Kiano, lalu mengecup puncak kepalanya.
Zafran meraih plastik itu, menurunkan dari dashboard dan meletakkan di kursi samping Kiano. Lima menit kemudian mobil Zafran meluncur ke jalan raya.
Sepanjang jalan, Zafran memutar lagu anak-anak. Kiano dengan riang mengikuti setiap bait syair lagu yang di dengarnya. Dan Zafran hanya melirik lewat kaca spion depan, dia seperti memiliki dunia baru bersama Kiano.
Dua puluh menit krmudian, mobil yang dikendarai Zafran memasuki pintu gerbang sebuah rumah. Rumah yang tidak terlalu besar itu, terlihat sangat asri dengan taman yang mnghijau, beberapa pohon mangga apel sedang berbuah, menambah rasa adem bagi yang memangdangnya.
Di dalam rumah hanya ada tiga kamar, tapi pekarangannya cukup luaa. Di samping ada pavilium, dan di belakang ada teman dan kolam renang kecil.
Setelah memarkir mobinya, Zafran membuka pintu, menjulurkan kakinya turun, lalu memutar tubuh mengiling mobil, membuka pintu untuk Kiano. Begitu pintu terbuka, Zafran menurunkan plastik belajaan, lalu meraih tangan Kiano.
Mendengar suara mobil berhenti. Seorang wanita tua, berkisaran lima puluh delapan tahun, membuka pintu dan keluar menyongsong ke arah Zafran. Wanita itu yang selama ini selalu ada untuk Zafran.
"Tuan! Apa dia anak yang tuan ceritakan itu?" tanya Maryam
"Iya. Bik." jawab Zafran.
Setelah mendapat hasil DNA yang menyatakan kalau Kiona anaknya, Zafran langsung menemui Maryam dan menceritakan semuanya. Maryam yang memberi saran pada Zafran, agar membawa Kiano dan bundanya pindah ke rumah ini, karena di rumah ini ada hak untuk Kiano.
Maryam adalah asisten rumah tangga yang pengasuh Zafran dari kecil, hingga beranjak dewasa. Kemudian Maryam pindah ke rumah nyonya Fatma omanya Zafran, Maryam ditugaskan menjaga oma Fatma yang stoke karena serangan jantung, sampai Fatma meninggal dunia enam tahun yang lalu.
Dan rumah ini, peninggalan Fatma yang diwariskan ke pada cucu satu-satunya yaitu Zafran. Dan Zafran kemudian mempercayakan pada bibik Maryam untuk mengurus rumah peninggalan omanya.
Sudah delepan tahum Maryam merawat rumah ini, dua tahun waktu Fatma masih hidup, enam tahun setelah Fatma meninggal. Maryam menempati pafivilium yang terletak di samping rumah ini, bersama cucu laki-lakinya berusia dua puluh tiga tahun, bernama Hafiz dan sekarang sudah bekerja di sebuah bank swasta.
"Kamu ganteng banget. Nama kamu siapa?" Maryam berjongkok mensejajari Kiano.
"Kiano Oma," jawab Kiano seraya menyodorkan tangan menyalami Maryam.
"Duh pintarnya," ujar Maryam gemas, seraya menerima uluran tangan Kiano. Kiano menarik tangan Maryam dan mencium punggungnya.
"Iya dong Oma. Anak siapa dulu," ujar Zafran seraya menggandeng tangan Kiano mengajak masuk.
Maryam meraih plastik belanjaan, menatap punggung Zafran, dia senang melihat majikannya itu berubah ke arah yang lebih baik. sejak Zafran menceritakan pada Maryam tentang Kiano, banyak yang berubah pada laki-laki itu.
"Ya Allah! Semoga Kiano bisa merubah semua kebiasaan buruk tuan Zafran," batin Maryam.
Hanya Maryam satu-satunya orang yang tahu bagaimana keadaan Zafran, waktu terpuruk dengan keadaan orang tuanya yang broken home. Zafran sangat benci ayahnya yang berselingkuh. Terlebih bencinya saat dia mengetahui, kalau wanita selingkuhan ayahnya adalah Viola adik Asaka.
Peristiwa perselingkuhan itu, hampir merenggut nyawa Asaka yang sudah melakukan bunuh diri dengan meminum racun serangga. Untung waktu itu, Zafran pulang dari sekolah dan melarikan Asaka ke rumah sakit, hingga Asaka tertolong.
Sejek kejadian itu Zafran berubah drastis, dia jadi pendiam, dingin dan pendendam. Tapi dia sangat hornat dan sayang pada Asaka. Zafran tidak pernah membantah apapun kata-kata Asaka, karena dia tidak ingin Asaka mengulangi perbuatan gilanya.
"Bibik! Kok masih berdiri di situ," seru Zafran saat melihat Maryam belum beranjak.
"I-ya." Suara Zafran membuyarkan lamunan Maryam.
"Ayah! Telepon bunda." Pinta Kiano, saat sudah berada di ruang keluarga.
😅😅😅
Di anggap Adek aja kenapa?
Maeka kan juga baik,kalo gini rasanya kayak ada jarak yang jauh, antara majikan dan pengasuh.