Suaminya berkhianat dan selalu mengabaikan nya, Calista malah tak sengaja bermalam dengan seorang Office Boy hotel tempat dia dijebak.
"Kamu masih perjaka?" tanya Calista pada lelaki tampan yang tidur dengan nya.
"Ya, Nona."
"Baiklah, aku akan bertanggung jawab! Kita akan jadi kekasih!" tutur Calista dengan serius, dia adalah orang yang selalu bertanggung jawab pada hal yang telah ia lakukan.
"Tapi saya hanya seorang Office Boy miskin."
"Aku nggak perduli latar belakang mu, aku hanya harus bertanggung jawab telah mengambil keperjakaan mu! Aku orang yang berpikiran sangat kuno, dimana keperawanaan atau keperjakaan sangat penting!"
Siapa sangka, ternyata lelaki itu bukan lah seorang OB biasa... akan tetapi seorang Bos besar misterius yang menyembunyikan identitas aslinya dari Calista dan pria itu mencintai Calista dengan ugal-ugalan!
Bagaimana rasanya dikhianati dan diabaikan suami lalu diceraikan, namun malah dicintai secara ugal-ugalan oleh kekasih misterius?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter -25.
Beberapa hari kemudian, Calista tak bisa menghubungi Ravindra. Wanita itu terus memikirkan kesalahan nya pada laki-laki itu, namun dia tak merasa mempunyai salah.
"Sialaaaan!" umpat Calista terdengar oleh Bara.
"Kau mengumpat?!" mata Bara terbelalak lebar, baru pertama kali dia mendengar Calista mengumpat, dia kira wanita itu tipe lembut dan tak akan berkata kasar.
Calista menaruh kepalanya di atas meja, dia merasa frustasi karena merasa kehilangan sekaligus rindu tak bisa berkomunikasi dengan Ravindra.
Bara dan Calista sedang latihan dialog bersama, syuting di Bogor akan selesai hari ini. Tak ada jawaban dari Calista saat Bara bicara, wanita itu tengelam dengan pikirannya sendiri.
"Apa kau bertengkar dengan pacar mu?" tebak Bara.
Sontak Calista mengangkat kepalanya, dia menatap Bara seperti pria itu adalah penyelamat nya.
"Bara! Kau juga laki-laki, jadi kalau sejenis kalian marah... apa alasannya? Misalnya, kenapa dia sulit dihubungi."
Bara tampak berpikir, dia menggaruuuk tengkuknya. "Selain cemburu dan harga diri, biasanya cowok nggak akan marah."
"Cemburu? Aku merasa nggak bikin dia cemburu! Harga diri...? Aku sudah berjanji akan memberikan status padanya, bahkan lebih mementingkan dia daripada karir ku." Gumam Calista, dia tetap tak menemukan kesalahan nya.
"Atau..." lanjut Bara.
"Atau?"
"Pacarmu merasa insecure padamu atau dia merasa punya salah padamu jadi dia sedang menghukum dirinya sendiri dengan memutuskan komunikasi. Dia sedang menenangkan diri dan merenungi kesalahan nya." Bara terdengar berpengalaman dan dewasa saat bicara pada Calista membuat Calista percaya kata-kata pria muda itu.
"Apa Indra rendah diri, tapi bukan itu! Tidak mungkin... karena sejak awal dia selalu percaya diri meski hanya seorang office boy!" Calista menggeleng, dia yakin bukan itu alasan Ravindra marah tak jelas padanya.
Calista kembali bergumam, "Apa dia sedang menenangkan diri karena merasa bersalah padaku, tapi dia salah apa?"
Baru saja Bara ingin bicara lagi, assisten sutradara datang. "Siap-siap! Adegan kalian berdua akan segera take, bersiap lah! Setelah adegan terakhir ini, syuting kita selesai disini dan kita semua akan kembali ke Jakarta."
"Oke!" sahut keduanya berbarengan.
Calista kembali fokus, dia dan Bara bersiap melakukan adegan sebagai kekasih dalam syuting itu.
*
*
*
Sedangkan Ravindra sudah membuat keputusan, jika dirinya akan tetap menikah dengan Calista tapi akan menunda pernikahan sampai sinetron Calista rampung. Lagipula, dia belum siap untuk jujur tentang identitas aslinya pada Calista karena takut wanita itu marah padanya dan lebih parahnya Calista meninggalkan nya karena kebohongan nya.
Saat mereka menikah, bukankah Ravindra harus memakai identitas aslinya untuk persyaratan buku nikah? Jika identitasnya masih sebagai Indra, dokumen pernikahan mereka akan palsu.
"Tuan, kenapa tak jujur saja pada Nona Calista. Saya yakin, Nona bukan orang yang berpikiran sempit. Penyamaran Anda hanya ketidaksengajaan dan bukan untuk menyakiti Nona Calista. Mengenai pernikahan kalian... jika Tuan ingin mendukung karir Nona, kalian bisa menyembunyikannya. Pernikahan itu akan di umumkan dan Tuan bisa mengadakan resepsi besar-besaran setelah karir Nona Calista benar-benar melambung diatas."
Ide Bram sangat bisa diterima, tapi Ravindra kesulitan menemukan cara untuk memberitahukan tentang identitas aslinya pada Calista.
"Apa kegiatan Calista hari ini?"
"Syuting di Bogor selesai hari ini, apa Anda ingin menemui Nona. Sudah lima hari Anda tak berkomunikasi dengan Nona, apa Tuan tidak rindu?"
Ravindra melotot pada Bram. "Kau pikir aku nggak menghubungi nya karena aku nggak rindu! Rindu ini terasa mencee kik ku... Bram! Tapi aku ingin mencari solusi terbaik untuk masa depan Calista, aku nggak bisa memerangkap wanita yang aku cintai dalam sangkar emas yang aku buat untuknya... meski aku ingin memberikan negeri bak dongeng padanya, tapi aku nggak boleh egois."
"Saya mengerti, saya hanya bercanda. Tentu saja Tuan sangat merindukan Nona." Bram mengatupkan bibirnya dan tak bicara lagi.
"Siapkan mobil! Aku akan menjemputnya!"
"Baik, Tuan. Anda ingin berganti pakaian dulu?" Bram melihat penampilan Ravindra saat ini masih berpenampilan sebagai Bos besar.
"Tidak perlu, aku ingin segera bertemu dengan Calista!"
Ravindra dan Bram pun pergi keluar perusahaan dan menuju mobil untuk segera pergi ke tempat syuting Calista.
•
Di Bogor, syuting Calista telah selesai. Para kru dan artis para pendukung sudah bersiap pergi kembali ke kota Jakarta. Begitupun Calista, dia dibantu oleh Mutia membereskan koper-koper dan beberapa barang penting untuk penunjang syuting.
"Indra nggak pernah keliatan lagi, apa dia sibuk?" tanya Mutia sambil membenahi pakaian Calista yang banyak ke dalam 2 koper.
"Dia sibuk." Pada Mutia bahkan Calista tak bicara jujur.
"Iya sih, seorang OB pasti kerjanya setiap hari kan. Ck! Padahal wajah dan postur tubuhnya cocok jadi model! Kau bujuk lah dia...!"
"Sudah, tapi dia menolak. Katanya dia tipe introvert dan pasti malu saat berpose di depan kamera."
"Huh! Mubazir banget wajah gantengnya! Aku bisa jadi manajer nya dan pasti dia akan laku dan uangku akan banyak..." sungut Mutia.
Pletak!
Calista menyeentil dahi temannya, "Dalam otakmu yang ada duit aja! Kamu perlu untuk apa sih?"
"Aku mau membesarkan agensiku, banyak menaungi artis-artis terkenal. Itu impian ku tau!" Mutia mengusaaap dahinya yang terkena sentilaan.
"Doakan kerjaan ku lancar, aku akan membantumu membesarkan agensimu! Aku akan bujuk Bara nanti, agar dia pindah agensi. Oke."
Tiba-tiba saja Mutia memeluk Calista, dia menjerit-jerit penuh kesenangan. "Lo emang temen gue yang paling baik hati sedunia! Gue mau Bara jadi artis gue!!!"
"Ya, aku tanya dulu sama dia. Kau juga tau, setiap artis apalagi aktor papan atas kayak dia... sudah punya perjanjian dengan agensi. Tapi kalau nggak salah, setelah kasus parah padanya beberapa bulan lalu... dia nggak punya agensi dan berdiri sendiri."
"Kau benar! Bagaimana kalau kau membicarakan nya dengan Bara sekarang? Demi aku, oke?" Mutia merengek pada Calista.
"Oke, oke! Kamu beresin semua barang-barang ku, aku akan pergi ke kamar Bara dan bicara dengannya sekarang. Dasar!"
"Yes! Thank you mat mat temanku sayang..." Mutia berwajah imut.
Calista hanya terkekeh kecil melihat tingkah konyol Mutia, dia lalu keluar dari kamarnya sendiri dan menuju kamar Bara. Para bodyguard mengikuti Calista, tak lama wanita itu sampai di kamar Bara.
Setelah mengetuk pintu beberapa kali, pintu kamar laki-laki itu terbuka dan Bara tersenyum menyuruh Calista masuk.
Tanpa keduanya ketahui, paparazi yang bersembunyi dan fans fanatik Bara melihat keduanya saat masuk ke dalam kamar hanya berdua saja.
Ah, paparazzi emang menyebalkan 🤔😅
Pasti dia pikir, Bara ada hubungan dengan Calista 😅