Dika sebenarnya cowok yang kurang pergaulan atau KUPER istilahnya. Semuanya berubah ketika Dika menjadi siswa di SMA Pelajar yang terkenal di kotanya. Semua orang heran melihat perubahan sikapnya yang periang dan suka usil kepada semua orang namun anehnya banyak orang tidak menyadari keusilannya. Bisa jadi karena wajah tampannya apalagi kaum hawa yang melihat wajah tampanya bahkan senyuman dan rayuan mautnya.
Suatu hari Dika harus berpikir 2 kali bila melakukan sikap usilnya kepada orang lain namun Dika tidak melakukannya apalagi kepada gadis cantik baru dikenalnya yang baru masuk di sekolah tersebut tapi Dika dilaporkan orangtua gadis tersebut ke polisi atas permintaan anaknya hingga harus berurusan dengan polisi sehingga orang tua Dika dan orang tua gadis itu dipertemukan. Namun tidak di sangka kalau orang tua mereka saling kenal bahkan menjodohkan mereka. Bagaimana cerita selanjutnya?, ikuti terus ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANA SUPRIYA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Bimbinglah dia dengan baik
Papanya Dika melihat orangtuanya dengan senyuman
"Iya pa, saya tahu pa, awalnya saya pikir kalau Dika tidak punya kemampuan apa-apa karena sifatnya mirip dengan mamanya yang pendiam tapi ketika dia masuk SMA, saya lihat sifat saya timbul pada Dika bahkan usilnya juga sedangkan kemampuan yang baru melekat pada senyumannya sedangkan yang lain belum"
"Oh begitu ya, jadi kemampuan matanya belum timbul ya?"
"Belum pa, mungkin karena kemampuannya timbul ketika dia SMA jadi dia belum menguasainya"
"Ya ya, biarkan saja kemampuan warisan itu datang sendiri, kita tidak boleh memaksanya untuk keluar dengan cepat agar Dika bisa mengusainya dengan baik hanya kita perlu bimbing dan arahkan dia untuk kebaikan"
"Iya pa, saya juga mengirim orang untuk melindungi Dika secara sembunyi ketika saya tidak ada di sisinya"
"Bagus kalau begitu, bimbinglah dia dengan baik agar tidak terjadi apa-apa dengannya, katakan pada orang yang mengawalnya untuk menolong ketika Dika benar-benar terdesak tapi kalau Dika masih sanggup mengatasinya maka biarkan dia berpikir mengatasinya"
"Iya pa, sudah saya sampaikan sebelumnya pa"
Kakek dan papanya tersenyum melihat Dika yang menurut mereka mewarisi kemampuan leluhur mereka yang akan datang dengan sendirinya hingga tidak perlu dipaksakan sedangkan tugas mereka membimbing Dika ke jalan yang benar.
Sementara ini kakek dan papanya Dika terus memperhatikan Dika yang saat ini lagi asyik ngobrol dengan Fino dan Aura saudara sepupunya Dika hingga tidak terasa waktu terus berjalan hingga malam pun datang dan akhirnya mereka semua juga harus istirahat dan tiba-tiba Dika terbangun dari tidurnya karena dia bermimpi kalau ada sesuatu yang sinar yang masuk ke matanya hingga dia terbangun sambil memegang matanya
"Tidak ada apa-apa dengan mataku, ternyata aku hanya bermimpi"
Dika memegang terus matanya dan coba melihat dari cermin yang ada dikamarnya hingga dia terus memandang matanya
"Tidak ada yang berubah hanya sedikit merah seperti mau sakit mata, ya sudahlah sekarang sudah pagi, harus harus siap-siap untuk mandi dan sholat Subuh"
Dika melihat sekeliling kamarnya yang dikhususkan untuk dirinya
"Aku masih di kampung papa dan hari yang ditunggu telah tiba"
Dika bicara dalam hati, yang saat ini terbangun dari tidurnya dan melihat jam dinding baru jam 4.30. Seperti biasa, Dika sudah bangun pagi untuk mandi dan melaksanakan sholat subuh yang menjadi kegiatan rutin dipagi hari.
"Kamar ini seperti kamar ku di kota, di buat ada kamar mandinya juga jadi aku tidak seganan untuk mandi keluar dan sekarang aku sudah mandi, sholat dan selanjutnya melihat para Bidadari desa"
Dika tersenyum sambil membuka jendela dan merasakan udah pagi yang masuk melalui jendela rumah kakek neneknya.
"Asyik, aku keluarlah, mau lihat Fino dan Aura sudah bangun atau belum"
Dika membuka pintu kamarnya, ternyata Fino dan Aura baru selesai sholat subuh berjama'ah dan langsung bertanya kepada Dika
"Sudah sholat Dik?"
"Sudah, baru saja dan mau ajak.kalian lari pagi"
"Ayok"
Fino dan Aura sangat bersemangat karena sebenarnya mereka yang mau mengajak Dika tapi kini Dika yang mengajak mereka tiba-tiba mamanya Fino dan Aura datang membawa makanan
"Kalian serapan pagi saja dulu"
Tante Kiki meminta mereka makan terlebih dahulu sebelum keluar dari rumah untuk lari pagi atau jalan-jalan di sekitar desa.
"Iya ma"
"Iya tante"
Tante Kiki sepertinya beberapa kali keluar masuk dapur untuk membawa makanan dan teh manis panas didalam ceret dan gorengan pisang yang masih panas yang berada dipiring dan diletakan ditikar yang sudah dibentangkan dan ternyata sudah ada lontong sayur yang diletakan dimasing masing piring yang jumlahnya ada 9 piring.
"Ayo serapan bang, kak, papa, mama dan anak anak"
Tante Kiki mempersilahkan mereka untuk makan begitu juga om Hafy Fadly
"Ayo ayo makan"
Semua orang duduk ditikar menikmati serapan pagi sambil berbincang
"Mau kemana lari paginya Fino"
Papanya Dika tanya Fino yang aslinya lebih tahu kampungnya
"Dekat dekat sini saja pakde, sekitar balai desa dan lapangan desa"
"Hati-hati ya, jangan buat masalah apalagi Dika terkadang usilnya timbul"
"Iya ya pakde kalau Dika suka usil"
"Lihat saja sendiri"
Dika hanya tersenyum saja di ceritain sama papanya sambil menikmati makanan untuk serapan paginya hingga semua menikmati serapan pagi yang dibuat oleh Kiki tantenya Dika
Tidak sampai 10 menit semua orang sudah selesai serapan, sementara papa mama dan kakek nenek masih berbincang sambil memakan gorengan pisang.
Terlihat tante Kiki membereskan piring dibantu om Hafy membawa piring ke dapur sedangkan Dika dan Aura membantu tantenya mengangkati piring hingga tikar yang dikembangkan sudah tidak ada lagi bekas serapan pagi kecuali gorengan pisang dan teh manis yang tinggal karena masih kakek, nenek dan papanya Dika yang lagi ngobrol sambil menikmati teh manis panas dan gorengan. Tiba-tiba Fino mengajak Dika berangkat
"Ayo Dik kita berangkat, Aura kita berangkat
Fino mengajak Dika dan Aura segera bergerak
"Ayo bergerak"
Kata Dika yang sudah bersiap siap dengan sepatu olahraganya yang kelihatannya di perhatikan oleh Aura
"Adu gantengnya bang Dika ni"
Aura memuji Dika yang sudah siap dengan gaya dan penampilannya hingga Dika juga memujinya
"Makasih cantik sekarang Aura harus mengajak Dika untuk mencari bidadari desa yang sangkut di desa ini"
"Sangkut?, emangnya jemuran ya bang"
Aura tertawa begitu juga fengan Fino yang mendengar candaan Aura dan Dika langsung tertawa
"Ayok kita berangkat, pa, ma, pak de, buk de, kami pergi dulu"
Dika, Fino dan Aura sebelum pergi menyalami semua orang yang ada dirumah. Tiba-tiba mamanya Dika mengingatkan
"Hati hati ya nak, itu keripik kamu bawa juga ya"
"Iya ma, anti bosan namun tidak mau kasih pada orang sembarangan"
"Ingat jangan usil Dika"
"Sedikit ma saat diperlukan"
"Kapan itu?, ada saja jawabannya ya"
Dika tertawa sambil berlari menyusul Fino dan Aura yang sudah keluar dari rumah
"Ayo kita kelapangan ya"
kata Aura kepada Dika yang sudah berada di dekatnya
"Ayo"
Mereka berlari santai menuju lapangan yang ternyata sudah ramai orang yang berlari pagi mengelilingi lapangan desa yang lumayan luas untuk pertandingan sepak bola antar warga.
"Aura"
"Aura"
"Hei kalian sudah di sini"
Beberapa gadis desa yang cantik cantik memanggil Aura dan mungkin saja teman teman sekolah Aura yang masih SMP kelas 9 yang membuat Aura juga senang hingga Aura langsung mengajak Dika dan Fino menjumpai mereka
"Hei Chika, Nanda, Atsila dan Dinda kenal kan ini abang kandungku Fino dan ini abang sepupuku namanya Dika"
Dika dan Fino menyalami cewek cewek cantik temannya Aura.
"Dika"
Dika mengenalkan sambil tersenyum kepada gadis gadis cantik teman Aura yang lagi mengenalkan diri
"Chika"
"Nanda"
"Atsila"
"DInda"
Semua gadis gadis cantik ini memandang Dika dan Fino dengan wajah yang terpesona dengan ketampanan Dika dan Fino sambil mengenalkan namanya sambil tidak bosan-bosannya menatap wajah Dika dan Fino
"Aura, kenapa baru sekarang dikenalkan punya abang ganteng-ganteng seperti ini"
Chika bicara sambil memandang ketampanan wajah dua cowok tampan di depannya
"Rupanya mau dekat dengan abangku"
"Maulah jadi yayangnya"
Atsila dan Dinda tiba-tiba ikut bicara seolah-olah tidak mau kalah dengan Chika
"Aku juga mau jadi belahan hatinya"
Nanda juga tidak mau ketinggalan dengan ketiga temanya
Mendengar cewek cewek cantik ini saling memuji dan mendambakan mereka, Fino yang sifatnya pemalu sama cewek cewek langsung garuk garuk kepala sementara Dika merasa bahagia karena apa yang dicari sudah ketemu.
"Ternyata benar kata pujangga kalau surga itu memang benar benar ada. Buktinya para bidadari cantik sudah terlihat dimata. Sang pangeran ganteng ini maulah menjadi pujaan hatinya"
Dika bersyair sambil menatap keempat cewek didepannya sambil tersenyum manisnya
Mendengar kata kata Dika yang memuji mereka, semua gadis gadis cantik langsung tersipu malu seperti tidak bisa berkata apa apa apalagi ketika melihat senyuman manis Dika yang mempesona.
"Adu aku dimana ini?, aku melayang, aku terpesona'
Keempat gadis cantik ini seperti bicara sendiri dan terbuai lamunan
"Aduu tampannya"