Mars Untuk Kejora

Lima belas menit kemudian.

Kejora yang sudah selesai membersihkan ruang kerja tuan Mars, berjalan kearah pintu keluar. Namun langkahnya langsung terhenti, saat ia melihat pintu ruang kerja yang di buka dari luar. Dan seperti merasakan De Javu, lagi-lagi Kejora memilih bersembunyi di balik sofa.

"Kau cari alamat rumahnya! Dan jemput dia! Aku tidak mau sampai Mom dan Dad tahu, kalau wanita itu kabur." Perintah Mars, pada Tom. Ia duduk di kursi kerjanya, menatap langit-langit ruangannya. Mars merasa nasibnya sangat sial, sudah di tinggal kekasih yang dicintainya dihari pernikahan. Ia juga di tinggal istrinya di malam pengantin.

"Baik tuan, aku akan mencari alamatnya." Jawab Tom. "Bagaimana dengan Nona Monica, apa aku juga harus mencarinya?"

"Tidak perlu! Karena aku sudah tahu di mana Monica." Ucap Mars.

"Benarkah, tuan? Nona Monica sudah ketemu?" Pekik Kejora, dengan tersenyum bahagia.

"Kau .... " Mars dan Tom sampai terkejut, saat melihat seseorang keluar dari balik sofa. "Berani, kau sembunyi di ruang kerjaku!" Bentak Mars.

"Eh, aku .... " Kejora merutuki kebodohannya, kenapa dirinya sampai lupa kalau sedang bersembunyi di balik sofa.

"Kemari kau ....!" Sentak Mars, menatap Kejora dengan sangat tajam. Bisa-bisanya wanita itu menghilang, dan tidak kembali ke apartemennya. Dan sekarang wanita itu muncul di ruang kerjanya, setelah bersembunyi di belakang sofa.

"Tuan, aku .... !" Kejora menghentikan langkahnya, tepat di depan meja kerja tuan Mars.

"Kemari ....!" Mars menunjuk tempat di sampingnya.

Dengan perlahan Kejora, berjalan ke samping tuan Mars.

"Berani kau!" Mars mencubit pipi Kejora. "Pergi dari apartemen dan tidak kembali! Dan sekarang kau muncul di ruangan aku dengan pakaian kerjamu!" Sentak Mars.

"Aku .. aku tidak kembali ke tempat tuan. Karena aku lupa nama apartemen tuan Mars. Jadi aku memutuskan untuk tidur di kamar kosan." Jawab Kejora, dengan kepala yang tertunduk.

"What? Kau bilang lupa nama apartemeku?" Geram Mars.

"I-iya, tuan."

"Oh my God .... " Mars menghela napasnya, lalu menatap pakaian yang dikenakan oleh Kejora. "Siapa yang mengijinkanmu kembali bekerja?"

"Aku .... "

"Apa kau tidak sadar? Aku ini pemilik Perusahaan Megatech, apa kata orang? Jika mengetahui istri dari seorang Mars Graham. Bekerja menjadi office girl."

"Tuan, kau tidak perlu khawatir dan malu. Orang lain tidak tahu kalau aku ini istri tuan." Ucap Kejora.

"Siapa? Siapa yang mengatakan kalau orang tidak tahu, kau istriku?"

"Sahabat aku, Tari. Dia tidak tahu kalau aku istri tuan Mars." Jawab Kejora, dengan tersenyum.

"Kau .... " Mars kembali mencubit pipi Kejora, lebih kencang.

"Aw .. sakit, sakit." Kejora mengusap pipinya, yang terasa panas. "Aku ini salah apa sih? Padahal aku sudah menjawab dengan jujur." Gerutu Kejora, dalam hati.

"Kenapa? Apa kau marah padaku? Karena aku mencubit pipimu?" Sinis Mars.

"Tentu saja aku marah, karena pipiku terasa sakit." Kejora mengusap pipinya.

Mars mengerutkan keningnya, dengan wajah yang bingung. Karena baru kali ini ada orang yang berkata dengan jujur, apa yang dirasakannya.

"Tuan, apa masih ada yang ingin anda tanyakan? Aku ingin kembali ke ruang pantry." Ucap Kejora.

"Tidak boleh! Mulai hari ini aku melarangmu kerja. Dan sekarang juga kau harus pulang ke apartemenku!" Mars memberi kode pada Tom, untuk membawa Kejora pulang.

"Tapi tuan .... "

"Nona, mari ikut aku!" Tom mempersilahkan nona Kejora untuk keluar ruangan.

Kejora menatap tuan Mars, lalu berjalan keluar dari ruangan.

"Tunggu ... !" Ucap Mars.

Kejora menghentikan langkahnya, lalu menatap tuan Mars.

"Mulai hari ini, kau jadi pelayan di apartemen ku. Semua kebutuhan dan keperluan aku harus kau siapkan!"

"Pelayan? Bukankah aku ini istri --- "

"Kalau kau merasa menjadi istriku, maka bersiaplah nanti malam!"

"Bersiap nanti malam?" Gumam Kejora. "Bersiap kemana, tuan?" tanya Kejora dengan bingung.

Mars menghela napasnya, sementara Tom menahan tawanya.

"Bersiap bercinta denganku, menghabiskan malam panas di atas tempat tidurku. Bukankah kita belum melakukan malam pertama?" Mars tersenyum licik.

"Oh .... " Kejora menganggukkan kepalanya, lalu sedetik kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak mau. Lebih baik aku jadi pelayanmu saja." Seru Kejora.

"Pilihan yang tepat! Jadi mulai sekarang kau harus menyiapkan semua kebutuhan aku." Mars tersenyum licik, ia sudah tidak sabar untuk mengerjai Kejora.

"Baik, tuan." Ucap Kejora, lalu berjalan keluar dari ruangan.

Mars yang masih berada di dalam ruangannya, mengambil ponsel lalu menghubungi seseorang.

"Tunggu aku di tempat biasa." tanpa menunggu jawaban dari orang yang dihubunginya. Mars sudah menutup ponselnya, dengan tangan yang terkepal. Menahan amarah yang ada di hatinya.