NovelToon NovelToon
Masihkah Ada Cinta?

Masihkah Ada Cinta?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Cinta Murni / Romansa / Penyesalan Suami / Trauma masa lalu
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Fahyana Dea

Karina kembali membina rumah tangga setelah empat tahun bercerai. Ia mendapatkan seorang suami yang benar-benar mencintai dan menyayanginya.

Namun, enam bulan setelah menikah dengan Nino, Karina belum juga disentuh oleh sang suami. Karina mulai bertanya-tanya, apa yang terjadi pada suaminya dan mulai mencari tahu.

Hingga suatu hari, ia mendapati penyebab yang sebenarnya tentang perceraiannya dengan sang mantan suami. Apakah Karina akan bertahan dengan Nino? Atau ia akan mengalami pahitnya perceraian untuk kedua kalinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fahyana Dea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masa Lalu Nino (5)

Clarissa hanya bisa menangis dalam diam. Pernikahan yang selama ini diimpikannya, sekarang sudah hancur, begitu juga dengan hidupnya. Apa gunanya lagi ia terus hidup? 

Tiba-tiba ia melihat asisten rumah tangganya berjalan menghampiri Diane. Kemudian, wanita itu mematikan keran air, lalu masuk ke dalam. Clarissa sempat mendengar bel pintu berbunyi. Mungkin ada tamu untuk Diane, tetapi Clarissa tidak memedulikan siapa yang datang. Sekarang, matanya fokus pada gunting di meja di sampingnya. Beberapa alat untuk merangkai bunga berserakan di sana, tetapi ia hanya fokus pada satu benda itu. 

Ada sesuatu yang berbisik padanya dan isi kepalanya mulai terasa bising. Benda itu begitu menggoda baginya sekarang. Benda itu cukup tajam untuk memotong urat nadinya dan hanya akan terasa sakit sesaat saja, lalu setelahnya akan hilang bersama dengan penderitaannya yang lain. Ketika berusaha untuk meraih gunting itu, suara seseorang yang menyapanya membuat gerakan terhenti. 

Clarissa menoleh dan ia menemukan senyum hangat yang selalu disukainya. Dulu. Iya, sebelum mimpi buruk itu merenggut segalanya. Clarissa bisa merasakan dampak yang kuat ketika mendengar suara baritonnya yang rendah dan lembut. Sebelumnya ia enggan peduli pada siapa pun yang menyapanya. Namun, kali ini, ia ingin melihatnya, ia ingin menatap Nino, mungkin untuk yang terakhir kalinya. 

Clarissa tetap menatap Nino, mengikuti arah ke mana pria itu bergerak dan berakhir duduk di kursi samping yang terhalang oleh meja. Nini meminggirkan alat-alat merangkai bunganya dan meletakkan sesuatu di meja. 

“Aku beli soto Makasar kesukaan kamu di tempat langganan kita.” 

Clarissa tidak menanggapi. Ia hanya memandangi Nino sepuas yang ia mau. 

“Aku ambil dulu nasi sama mangkuk, ya.” Nino beranjak, lalu melangkah masuk. Beberapa menit kemudian, pria itu membawa satu piring nasi dan mangkuk kosong untuk menuangkan sotonya. Aroma rempah yang kuat menguar ke udara, menusuk ke rongga hidung dan akhirnya membuat perut siapa saja keroncongan karenanya. 

Nino menyendok nasi yang sudah diberi kuah soto itu dan menyodorkannya pada Clarissa. Awalnya Clarissa diam, tetapi akhirnya ia mau membuka mulut. Wanita itu mengunyahnya perlahan, walau sebenarnya tak ingin makan, tetapi cacing di perutnya berkata lain ketika menghidu aroma makanan itu. 

“Mulai sekarang … kamu harus makan dengan teratur lagi.” Nino berujar seraya sesekali menyuapi Clarissa. “Aku gak mau lihat kamu sakit. Sebentar lagi, kita menikah, kan?” Nino merasa hatinya diremas saat mengatakan itu. Matanya tidak bisa berbohong karena tidak menyiratkan kebahagiaan sama sekali dan hanya ada kesedihan di sana.. “Jadi, kamu harus cepat sembuh.” Nino memalingkan wajah ke arah lain dan menarik napas dalam beberapa kali. 

Clarissa tidak memberikan reaksi apa pun. Ia hanya mengunyah makanannya dengan tatapan yang kembali kosong.

“Clarissa, aku akan tetap menikahi kamu.”

Telinganya berdengung saat Clarissa mendengar hal itu. 

“Aku tetap akan bertanggung jawab meskipun itu bukan anakku.” 

Perut Clarissa terasa seperti diaduk, ia tidak mampu lagi menelan makanannya. 

“Aku tidak peduli dengan semua orang yang menentang pernikahan kita.” 

Clarissa berdiri seraya menutup mulutnya, tetapi kakinya tak mampu melangkah sehingga ia terperenyak, lalu ia memuntahkan  semua isi perutnya. Akhir-akhir ini, ia sering merasa mual dan terkadang muntah. Apa ini karena bayi di dalam perutnya? Seketika ia merasa jijik membayangkan jabang bayi yang tumbuh dalam rahimnya dan itu adalah darah daging bajingan itu. 

Clarissa berteriak histeris. Ia mulai memukul-mukul perutnya. 

“Jangan lakukan itu, Clarissa.” Nino memegangi tangan Clarissa yang memukuli perutnya dengan membabi buta. 

“Aku gak mau anak ini terus berada dalam perutku!” jerit Clarissa. 

Nino yang mencoba menenangkannya terkejut, ia memeluk wanita itu yang terus meronta. Nino membisikkan kata-kata yang bisa menenangkannya.

Diane setengah berlari dari rumah karena mendengar keributan itu. Melihat Clarissa yang menangis meraung-raung di pelukan Nino, Diane merasakan hatinya teriris, ada rasa tidak tega untuk memisahkan mereka. Lalu, ia kembali ke dalam untuk memanggil asisten rumah tangganya dan mengambil air hangat untuk Clarissa. 

Clarissa sudah berada di kamarnya sekarang. Nino masih berada di sana, duduk di tepi ranjang berdampingan dengan Clarissa. Nino baru merasakan lagi genggaman wanita itu di tangannya, setelah kehadirannya sempat ditolak beberapa kali akhir-akhir ini. 

“Aku akan menemui kamu setelah pulang dari Solo.” Nino beralih menggenggam tangan Clarissa. Ia merasa wanita itu sudah mulai percaya padanya karena tidak menolak sentuhannya lagi. 

Clarissa menatap Nino tanpa mengatakan apa pun.

“Aku ada dinas luar kota selama empat hari.” 

Clarissa tidak menanggapi. 

“Kamu mau menunggu aku kembali, kan?”

Clarissa masih diam. 

“Setelah aku kembali, kita akan menikah.” Nino mengubah posisi duduknya menghadap Clarissa. “Aku akan coba meyakinkan Mami kamu dan juga Ibu aku.” Nino menatap Clarissa dengan penuh keyakinan. “Kamu mau nunggu sampai aku kembali, kan?” 

Clarissa tidak mengangguk juga tidak menggeleng. 

“Aku akan tetap mencintai kamu dalam keadaan apa pun. Kita akan pindah ke luar kota setelah menikah.” 

Dalam hatinya, Clarissa merasa terenyuh, tetapi ia merasa tidak pantas mendapatkan cinta dari pria itu. Nino tidak pantas mendapatkan dirinya yang kotor seperti ini. 

“Aku pulang, ya.” 

Nino membuang napas berat. Ia enggan melepaskan genggaman tangannya. Entah kenapa ia merasa berat untuk meninggalkan Clarissa kali ini. 

***

Seharian ini, Clarissa hanya berbaring di tempat tidurnya. Ia ingat jika hari ini Nino akan pulang. Ia sudah tidak pernah lagi mengecek ponselnya, Clarissa jadi penasaran. 

Beranjak dari tempat tidur, Clarissa mencari benda pipih itu dalam tasnya. Kemudian, mencoba menyalakannya, tetapi ternyata benda itu tidak mau menyala. Clarissa tidak pernah mengisi daya ponselnya lagi. Clarissa mencari charger miliknya, lalu mulai kembali mengisi baterai ponselnya.

Clarissa mulai merasa bosan sekarang, ia bergerak keluar kamar. Hari ini rumah sepi, lima belas menit yang lalu ibunya mengatakan akan membeli sesuatu ke supermarket dan asisten rumah tangganya hari ini tidak datang, Amira juga masih berada di Surabaya. 

Kakinya membawa Clarissa ke dapur, matanya bergerak ke sana kemari. Lalu, tatapannya berhenti pada benda tajam yang tersimpan rapi di tempatnya. Tertegun cukup lama, tatapannya masih tertuju ke arah sana. Dan pikiran-pikiran aneh, mulai menyergap.

Kepalanya kembali bising, suara-suara itu mulai tidak bisa dihentikan sehingga Clarissa merasa terpojok dan tenggelam dalam kegelapan yang menyerap ke dalam dirinya. 

Kemudian, kakinya mulai melangkah dan tanpa ragu mencabut satu benda itu dari tempatnya. Tubuhnya bergerak begitu saja menuju kamar mandi. Clarissa menyalakan shower dan buliran-buliran air dari sana jatuh membasahi lantai. 

Sekilas, ia melihat kehidupan sebelumnya yang tampak membahagiakan. Rencana pernikahan yang tampak sempurna hancur begitu saja dalam sekejap mata. 

Aku akan tetap mencintai kamu dalam keadaan apa pun. 

Ucapan itu terus berputar seiring dengan rasa sakit yang menderanya. Clarissa tidak ingin menjadi beban semua orang karena keadaannya. Nino tidak bisa bersama dengan wanita seperti Clarissa. Ia sudah lelah dengan segalanya, ia lelah menangis, ia lelah dengan hidupnya yang seperti ini. Ia tidak ingin orang lain merasakan penderitaannya. Sekarang, semuanya tidak akan lagi terasa, semua rasa sakit dan lelahnya akan hilang bersama dirinya yang tidak lagi menjadi beban semua orang. Penderitaannya akan berakhir sampai di sini.

1
Haraa Boo
bantu suport-nya juga kak, di novelku "Istri Sewaan Tuan Muda" 🥰🙏
Umrida Dongoran
Mantap kk, Sukses somoga ya thor
Star Kesha
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
Fahyana Dea: Terima Kasih~~ /Heart//Heart/
total 1 replies
kuia 😍😍
Terinspirasi banget sama karaktermu, thor! 👍
dziyyo
Mengguncang perasaan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!