Sinopsis :
Viona, seorang wanita mandiri dan cerdas mendapati dirinya masuk ke tubuh siswi SMA yang manja dan sudah bersuami. Dia langsung mengetahui bahwa dirinya masuk ke tubuh Emilia Vivian. Suami Emilia orang terkaya dan berkuasa di kota bernama Agam Revandra Graha.
Awalnya kehidupan Emilia hanya berkutat pada Agam. Dirinya sering stres dan frustasi karena Agam tidak pernah mencintainya, padahal cintanya begitu besar pada Agam. Sekarang, dengan adanya jiwa Viona di tubuh Emilia, sikap Emilia berubah. Emilia sudah tidak tertarik lagi dengan suaminya. Emilia memilih mengurus kehidupan pribadinya dan berhenti mengemis cinta pada Agam. Perubahan sikap Emilia membuat Agam mulai tertarik padanya.
Emilia menjadi siswi popular yang banyak di taksir teman sekolahnya maupun pria lain, terlebih hanya orang tertentu yang tau kalau Emilia sudah bersuami. Hal itu membuat Agam semakin resah. Dengan berbagai cara, Agam akhirnya mendapatkan malam pertama Emilia yang sering kali Agam tolak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 : Sang Pemilik Hati dan Cinta
"Nyonya, baru saja Saya dapat informasi kalau Nona Liora berada di Jakarta, dia masuk penjara," lapor asisten pribadi Sania.
"Siapa yang berani membawa Liora ke Jakarta?" Sania marah.
"Tuan Muda Agam, Nyonya."
"Putraku? Mana mungkin, Kamu bilang Liora di penjara? Agam tidak mungkin memenjarakan kekasihnya."
"Tapi itulah yang terjadi Nyonya. Informasi yang Saya dapatkan sangat akurat."
"Baiklah, Aku akan menghubungi Agam, Kamu boleh keluar!"
"Baik, Nyonya." Sang asisten pun keluar. Tidak lama setelah asisten pribadi Sania keluar, Agam dan Emilia masuk ke ruangan Sania.
"Mama," panggil Agam yang baru datang.
"Kalian berdua ada di sini?" Sania kemudian berdiri dari kursinya, menghampiri Agam dan Emilia yang baru saja duduk di sofa.
"Pecat guru olahraga SMA Bima Sakti sekarang juga. Dia sudah kurang ajar pada istriku. Beraninya dia menjebak Emilia dengan obat perangsang. Untung Aku datang tepat waktu," ucap Agam marah.
"Apa? Emilia Sayang, Kamu baik-baik saja kan?" tanya Sania, cemas.
"Aku baik-baik saja, Ma. Untung suamiku datang tepat waktu menolongku," jawab Emilia.
"Kamu sempat minum obat perangsang itu?" tanya Sania lagi. Emilia mengangguk.
Mendengar jawaban Emilia, Sania seketika tersenyum. "Kamu bilang sudah baik-baik saja, Agam yang menolong mu, apa kalian ..." Sania tidak ingin bertanya lebih prontal, tapi Agam dan Emilia mengerti arah pertanyaan ibunya.
"Pertanyaan macam apa itu, Ma?" sela Agam, dia tidak suka ibunya bertanya pertanyaan pribadi.
"Apa susahnya tinggal jawab," kata Sania. "Emilia, tadi kalian melakukannya? Di mana?" Sania ingin memastikan dan penasaran.
Emilia tidak tau harus menjawab apa, dia memutuskan mengangguk saja. Jawaban Emilia kembali membuat Sania puas.
"Mama akan telepon kepala sekolah SMA Bima Sakti sekarang juga, akan Mama pecat dia." Sania meraih ponselnya di atas meja lalu menghubungi kepala sekolah SMA Bima Sakti. "Ini Saya, pecat Pak Tino sekarang juga. Jika besok Saya masih melihat dia di sekolah, Kamu yang Saya pecat," titah Sania. Orang di seberang telepon sana menurut. Kemudian Sania menutup panggilan telepon itu.
"Sudah Mama lakukan," ucap Sania pada anak dan menantunya.
"Terima kasih, Ma," ucap Emilia.
"Kamu menantu Mama yang berharga, tentu Mama harus Melindungimu," jawab Sania. "Agam, apa Liora di Jakarta? Kamu memenjarakan dia?" tanya Sania pada anaknya.
"Dia sudah menipuku Ma. Bukan dia yang menyelematkan ku dulu, tapi saudara kembarnya. Dia pantas di penjara," jawab Agam.
"Mama pikir Kamu sangat mencintainya," kata Sania lagi.
"Kalian semua salah. Aku menginginkannya karena dia penyelamatku, bukan berarti Aku mencintainya," jawab Agam.
"Lalu kembarannya di mana?" tanya Sania.
"Sudah meninggal," jawab Agam.
"Sepertinya semesta mendukung hubungan Agam dan Emilia. Ternyata hanya karena kejadian 15 tahun yang lalu Agam mempertahankan Liora di sampingnya. Dan penyelamat Agam yang asli sudah meninggal, bagus sekali. Semoga kedepannya hubungan Agam dan Emilia selalu mulus. Bila perlu Emilia cepat hamil," batin Emilia.
"Sayang sekali," jawab Sania. Sania tidak ingin bertanya lebih lanjut tentang siapa yang menyelamatkan putranya, karena bagaimana pun juga, orang itu sudah tidak ada di dunia ini.
"Kalau begitu Aku ke kantor dulu, Ma. Nanti pulang sekolah Aku jemput Emilia lagi. Jaga Emilia di sekolah untukku, Ma," pinta Agam.
"Tentu saja Mama akan menjaga istrimu," jawab Sania.
"Satu lagi, Aku lihat foto seksimu pakai baju renang di website sekolah. Lain kali jangan memakai pakaian seperti itu kalau tidak ingin di dekati pria hidung belang seperti tadi, paham?" titah Agam pada Emilia.
"Siapa yang mengunggah fotoku? Kok bisa ada di sana?" tanya Emilia.
"Agam, Kamu cemburu, ya? Kalau begitu Kamu tenang saja, nanti foto seksi Emilia akan Mama hapus dari website," ucap Sania.
"Baiklah kalau begitu. Satu lagi, ubah pakaian renang SMA Bima Sakti agar lebih sopan, Ma." titah Agam pada ibunya, lagi.
"Banyak sekali sih permintaan Kamu, padahal Kamu jarang mengunjungi Mama. Ya sudah, Mama akan turuti semua permintaan Kamu. Cepat sana pergi!" sahut Sania.
"Emilia, jaga diri baik-baik," pesan Agam, lagi.
"Iya," jawab Emilia. "Aku baru tau kalau dia sangat cerewet," batin Emilia.
Akhirnya Agam pun pergi, menyisakan ibunya dan Emilia berdua di sana.
"Emilia, jawab pertanyaan Mama, apa Kamu dan Agam pernah berhubungan badan?" tanya Sania secara pribadi pada menantunya saat putranya sudah tidak ada di sana.
Emilia mengangguk dengan malu-malu.
"Bagus Emilia. Mama bangga padamu. Mama sempat was-was. Mama takut kalau yang pertama mendapatkan Agam itu Liora."
"Maksud Mama?"
"Tidak usah ku katakan padanya rahasia rumah tanggaku selama ini. Dulu Aku gagal jadi yang pertama untuk suamiku, karena tubuh suamiku pertama kali yang berhasil mendapatkannya adalah mendiang ibu Roy. Ya walaupun Aku yang pertama hamil anaknya, tetap saja suamiku sampai sekarang tidak pernah mencintaiku. Syukurlah Emilia tidak sepertiku."
"Tidak papa, Mama hanya tidak suka pada Liora. Emilia, kapan pertama kali kalian melakukannya? Tadi?" tanya Sania antusias.
Emilia menggeleng, lagi-lagi Sania tersenyum mendengar jawaban menantunya.
"Sudah berapa kali kalian melakukannya? Satu kali?"
Emilia menggeleng.
"Dua kali? Tiga kali, empat kali?" tebak Sania lagi dengan antusias.
Emilia malu, tidak mungkin dia bilang pada mertuanya kalau Agam sudah tiga hari ini selalu menyentuhnya, hingga tak terhitung berapa kali selama tiga hari ini.
"Agam tidak pernah memberikan tubuhnya untuk sembarang wanita. Selamat Emilia, kini hati, cinta dan raganya sudah menjadi milikmu," kata Sania pada menantunya dengan bangga.