WARNING ***
HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN!!!
Menjadi istri kedua bukanlah cita-cita seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun bernama Anastasia.
Ia rela menggadaikan harga diri dan rahimnya pada seorang wanita mandul demi membiayai pengobatan ayahnya.
Paras tampan menawan penuh pesona seorang Benedict Albert membuat Ana sering kali tergoda. Akankah Anastasia bertahan dalam tekanan dan sikap egois istri pertama suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Ladang Pembenihan
Satu minggu berlalu, akhirnya Rosalie diizinkan pulang oleh dokter. Wanita itu masih harus duduk di kursi roda untuk sementara waktu. Rosalie benar-benar harus istirahat dan menghindari kegiatan yang melelahkan.
Selama di rawat di rumah sakit, Ana lah yang selalu berada di samping Rosalie, menyuapinya makan, mengelap tubuhnya hingga mengantarnya ke kamar mandi.
Begitu tulus dan penuh perhatian Ana memperlakukan Rosalie, seperti masa kecil mereka yang pernah bersama dalam keceriaan.
Selama itu pula, Ben terus memperhatikan Ana. Gadis itu benar-benar menarik Ben lebih kuat. Sikapnya yang lemah lembut, penuh kasih sayang dan tulus, membuat Ben semakin mengagumi sosoknya.
"Kapan masa suburmu, Ana?" tanya Rosalie saat Ana menemaninya di dalam kamar. Sore ini, Rosalie meminta Ana datang ke kamarnya dengan maksud tertentu.
"Hari ini, Kak."
"Baguslah, setidaknya kalian tidak akan melewatkan kesempatan ini," gumam Rosalie.
"Kami tidak akan melakukannya. Suamimu akan menjagamu sampai kau benar-benar sehat, Kak. Lupakan tentang keinginanmu untuk beberapa saat, pentingkan kondisi kesehatanmu dulu," jelas Ana.
Rosalie menoleh pada gadis itu, mengamati dalam-dalam tatapan mata Ana dengan seksama.
"Aku sudah tidak tahan lagi melihat kalian sering bersama, Ana. Lebih cepat kau hamil, lebih baik. Karena setelah kau hamil, maka kalian tidak perlu lagi bersama, atau lebih baik lagi kalian bisa bersikap seolah tidak saling mengenal," ungkap Rosalie dengan lirih, namun tajam dan menyayat hati.
Ana hanya diam, merasakan dadanya yang sedang bergemuruh. Mengapa rencana Rosalie terdengar sangat kejam untuk hidupnya? Rosalie seakan bertindak sebagai Tuhan yang bisa sesuka hati mengatur hidup orang lain?
"Apa kau tahu jika Ben memintaku memberimu batas waktu selama tiga bulan?" tanya Rosalie.
"Tidak, aku tidak pernah mendengar hal itu."
"Baiklah, maka aku sendiri yang akan mengatakannya. Kau punya kesempatan sampai tiga bulan ke depan, dan jika sampai waktu itu kau tak kunjung hamil, Ben akan menceraikanmu," jelas Rosalie.
Mendengar hal itu, Ana hanya bisa menelan ludah. Memang beginilah akibat yang harus ia terima, memang beginilah masa depannya. Menjadi calon janda di usia muda dengan masa pernikahan hanya hitungan bulan.
"Kau mengerti, Ana?"
"Ya, Kak. Aku paham," jawab Ana. Meski ia sudah berusaha keras bersikap baik dan memahami Rosalie, rupanya tidak sedikitpun wanita itu menaruh belas kasih dan mengerti kondisi Ana, bahwa kehamilan bukanlah sesuatu yang bisa di kehendaki sesuka hati.
Rosalie duduk di kursi roda, menatap nanar pada jendela kaca di hadapannya. Wanita itu masih merasakan sakit di tubuhnya, namun tidak sesakit saat melihat suaminya bersama wanita lain.
"Untuk beberapa waktu ke depan, mungkin aku akan sering keluar rumah, Kak. Aku bosan jika harus menghabiskan waktu hanya untuk berdiam diri di rumah, aku mulai senang datang ke mall untuk berbelanja atau sekadar melihat-lihat," ungkap Ana.
"Benarkah? Apa kau punya teman di luar sana?"
"Hmm, aku berkenalan dengan seorang maid saat di rumah sakit. Kami juga bertukar nomor ponsel," jawab Ana.
"Baiklah, kau bisa bersenang-senang dan menikmati semua fasilitas yang kami berikan. Asal kau harus tetap memikirkan bagaimana caranya agar kau segera hamil," ucap Rosalie.
"Aku sedang berusaha," gumam Ana.
Karena tidak ada lagi hal yang harus mereka bicarakan, Ana pamit pada Rosalie untuk kembali ke kamar. Gadis itu akan lebih tertekan jika terus mendengar perkataan Rosalie yang menjengkelkan.
Saat sampai di kamar, Ana hanya termenung. Setiap kata yang keluar dari mulut Rosalie selalu membuatnya gelisah. Meskipun sudah mengenal wanita itu sejak lama, namun Ana masih kesulitan memahami bahwa memang itulah sifat dan karakter Rosalie.
Menghilangkan bosan sembari menunggu malam, Ana mengganti seprei tempat tidurnya. Ia memilih sepaket seprei dan sarung bantal di dalam lemari, ia tahu malam ini Ben akan bersamanya, dan entah mengapa Ana ingin semuanya tampak lebih istimewa.
"Tidak apa meskipun hanya sementara, namun malam ini kau milikku!" batin Ana.
Setelah semuanya beres, gadis itu duduk di sofa dan bermain ponsel. Ia terus memperhatikan jam di layar ponselnya. Jam terasa berdetak lebih lambat, ia tidak yakin mengapa kini ia sangat menanti kedatangan suaminya.
Selang satu jam, Ana mendengar suara pelayan berbicara dengan seseorang di luar kamarnya. Gadis itu bergegas membuka pintu berharap Ben sudah pulang kerja dan menemuinya.
Namun, Ben terlihat masuk ke dalam kamar Rosalie, laki-laki itu bahkan tidak menyadari keberadaan Ana yang sudah menunggunya di depan pintu kamarnya.
Ada rasa kecewa, namun Ana merasa dirinya baik-baik saja.
"Aku hanya alat pemuas dan ladang untuk pembenihan. Tidak seharusnya aku mengharap sesuatu yang berlebihan," batin Ana.
🖤🖤🖤
ceritanya bagus,
karena tidak semua hal di dunia ini terwujud sesuai keinginan mu