Karena kesalah pahaman Satria harus menikahi cewek yang masih duduk di bangku kuliah bahkan masih satu fakultas dengannya.
Lalu apa yang terjadi pada satria selanjutnya?
wajib baca sampai end !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Eria nggak pacaran, Pa"
Takut-takut Eria beranikan menatap Papanya. Lalu melirik Satria berharap dia mau ikut menjelaskannya juga.
Satria yang melihat lirikan Eria bingung. Satria malah melepas helm full facenya dan mengulurkan tangan.
"Siang Om"
Papa menatap Satria dari atas sampai bawah. Mengulurkan tangannya menjabat tangan satria.
"Assalamualaikum" Ucap Papa terkesan galak.
Satria meneguk ludah. Ternyata Papanya Eria segalak ini. Beda banget sama Eria yang ceria, lembut, kalem dan polos.
"Assalamualaikum. Om"
Satria sedikit menundukan kepala tanda menghormati mengulangi sapaannya.
"Waalaikumsalam" Jawab Papa cepat.
Eria yang melihat interaksi papa dan Satria merasa gelisah. Takutnya Satria nanti kapok dan juga takut Papa melarangnya untuk dekat dengan Satria lagi.
"Pa, kenalin. Dia Satria teman sekampus Eria" Eria melirik Satria yang ternyata juga meliriknya.
"Bukan pacar?"
Papa menatap Eria dan Satria bergantian. Bukan tanpa Alasan Papa bertanya seperti itu tadi papa tentu mendengar pembicaraan Satria dan Eria.
"Bukan Pa"
"Tapi calon suami"
"APA!!"
Pekik Papa dan Eria mendengar kata sahutan dari Satria.
Papa menatap Eria garang. "Bisa tolong jelaskan Nak?"
Eria menunduk takut, memilin jemarinya. Bibirnya terasa lengket untuk menjawab.
Melihat Eria yang seperti itu Satria berinisiatif meralat pembicaraannya.
"Maaf Om. Kami memang tidak pacaran tapi saya mau langsung nikahi Eria"
"APA!!" Pekik Papa dan Eria lagi.
Membuat Satria yang melihat respon keduanya merasa bingung.
Gue salah ucap kah? Kok mereka berdua kaget mulu? Satria membatin.
Eria merasakan pusing dadakan, pandangan matanya perlahan mengabur dan berubah jadi gelap.
Bruggg!
"ERIA!!"
Pekik Satria dan Papa membuat ibu yang ada didalam kost sedang duduk santai terlonjak kaget.
"Ada apa sih? Kok pada ribut-ribut"
Ibu keluar kost dan terbelalak melihat suaminya menggendong Eria yang sepertinya pingsan.
"Eria kenapa Pa?" Tanya ibu khawatir.
🛐🛐🛐🛐
Beberapa menit.
Motor hitam milik Satria tiba digarasi rumah. Satria mematikan mesin mencabut kontak dan standarkan motor.
Satria melepas sarung tangan dan helm menaruhnya diatas tangki motor. Dengan langkah gontai Satria masuk ke dalam rumah masuk ke kamarnya.
Satria menghempaskan bobot diatas tempat tidur matanya menatap ke atas menatap plafon kamar yang dicat warna putih. Pikirannya kacau dan tak tenang memikirkan kejadian di kost Eria.
"Kok bisa jadi gini sih?" Satria menggumam masih dengan menatap plafon.
"Baru aja gue seneng karena Eria udah nggak marah lagi. Eh, sekarang malah jadi kaya gini. Gue nggak sanggup Ri harus jauh dari elo"
Di kost, sesudah Eria tersadar tadi Papa Eria memberikan banyak ultimatum untuknya. Dirinya sampai mumet mendengar ocehannya. Tapi dirinya berusaha menahan karena jaga image di depan calon papa mertua.
Lalu apa yang bikin dirinya sekacau ini?
Tentu saja karena papa Eria melarang diri ini untuk dekat-dekat Eria. Papa Eria mengancam akan membawa Eria ke kampung jika dirinya nekat dekat-dekat Eria.
"Arggghhh!"
Satria melempar guling sembarang. Dirinya baru kali ini frustasi gara-gara cewek.
Sementara itu.
Di jalan yang emang di setting berkelak-kelok terlihat remaja putra mengendarai motor merahnya dengan kencang. Sesekali remaja itu beratraksi, motornya berjalan hanya dengan satu ban belakang saja.
"Wuuu !"
Teriakan dan sorakan para remaja yang kebanyakan masih memakai seragam putih abu-abunya bergema.
Tak lama di jalan kelak-kelok sana motor hijau menyusul di belakang motor merah yang tak lain adalah milik Zo Paksa.
Semua pengunjung dan penonton semakin riuh menyoraki kedua remaja yang sedang adu kecepatan di arena.
Ya.
Zo dan salah satu anak SMA sekolah lain sedang balapan di Gangga ( anggap saja tempat balap ). Bukan balapan yang dapat duit melainkan balapan persahabatan.
"Wuuuuu !"
Bruummm
Brummm
Dua motor sport sampai di garis finish bersamaan. Membuat semua remaja yang ada di sana semakin heboh.
"Hebat. Lo bisa sejajar sama Samsung"
Ever menepuk bahu Zo yang sibuk melepas helmnya.
"Keren Cuy. Gue salut sama lo Zo. Semakin hari kemampuan lo di dunia balap semakin bertambah. Best lah" Puji Komo.
Ever dan Komo adalah teman Zo Paksa teman satu sekolah dan teman satu kelas.
Zo tersenyum bangga menatap dua temannya sambil menaruh helm di atas tangki motor.
Samsung yang tadi adu kecepatan sama Zo mendekat dan mengulurkan kepalan tangan.
"Sahabat" Ucap Samsung tersenyum tipis.
Zo tersenyum ikut mengepalkan tangan adu kepal tanda persahabatan.
Kembali ke Satria.
Satria mengambil hape yang ada di saku. Masuk ke aplikasi hijau dan mencari kontak seseorang.
"Beneran nggak sanggup kalau sehari aja nggak lihat lo"
Satria mengusap foto profil Eria di aplikasi hijaunya.
"Lo gitu juga nggak ke gue kalau lo diem berarti tandanya iya"
"Fix. Brati lo juga nggak bisa jauh dari gue karena lo cuma diem"
Putus Satria sepihak saat beberapa menit foto profil Eria tak kunjung bicara.
🛐🛐🛐🛐
Keesokan harinya.
Pukul 08:30, pagi.
Pagi yang biasanya sepi menemani kini tak ada lagi. Sepi itu sudah hilang karena ada yang menggantikannya dengan kebersamaan, kehangatan dan keramaian.
Di dapur ibu sibuk memotong sosis, di luar Eria sibuk menjemur. Di dalam toilet Papa sibuk dengan urusannya sendiri.
Pagi ini Eria tidak ada mata kuliah karena tanggal merah.
Satu motor warna hitam masuk ke halaman kost, berhenti tepat didepan kost Eria.
Eria yang sedang sibuk menjemur menghentikan pekerjaannya. Mendekati orang yang sangat ia hafal beberapa bulan ini.
"Eria, apa kabar?"
"Baik kak"
"Bunda nyuruh gue buat narik uang kost. Kira-kira udah ada belum ya?"
Dia Ricki anaknya Bunda Ocha pemilik kost yang Eria tempati.
"Oh iya, aku malah lupa. Bentar aku ambilin"
Ricky mengangguk.
Eria berjalan masuk ke dalam kost dan mengambil uang dilemari. Uang sewa kost yang sudah ia sisihkan sejak satu bulan kemarin.
"Ri seblaknya udah jadi!" Suara Ibu terdengar dari sekat dapur.
"Iya bu. Sebentar!"
Jawab Eria sedikit teriak sambil berjalan keluar kost.
"Makasih"
Ricki menerima uang yang Eria ulurkan.
Eria tersenyum.
"Sama-sama Kak"
Ricky menyimpan uang didalam buku catatan lalu memasukkan buku ke dalam sling bag-nya. Ricky naik ke atas motor, menghidupkan mesin lalu pergi dari sana setelah membunyikan klakson.
Eria menghela lega karena sewa kost sudah terbayarkan. Eria segera melanjutkan menjemurnya yang tertunda selepas itu ia akan makan bareng sama ibu dan papa.
Di perjalanan sini Ricky tersenyum geli. Senyuman Eria tidak bisa lepas dari ingatannya.
"Sumpah. Eria itu beda banget sama cewek lain. Dia itu unik. Tapi gue nggak tahu letak uniknya ada dimananya"
Hadehh Eria Eria....dibalikin pulang lu baru rasa
walaupun kamu nggak cinta tapi satria adalah suami kamu.
ada orang yang bilang.
lebih baik di cintai daripada mencintai
si eria kok gitu apa beneran nggak ada rasa sayang buat satria secara kan mereka suami istri.
eria /Angry//Angry/
erianya baru bangun tidur nyenyak.
/Proud//Proud/
jadi pingin tahu reaksi eria pas tahu satria yang keadaannya kaya gitu.