Pernikahan yang sejatinya diinginkan seumur hidup sekali akhirnya kandas juga oleh sebuah pengkhianatan.
Di hari ia ingin memberikan sebuah kejutan anniversary yang ke 2 dan memberikan kabar tentang kehamilannya, Sita melihat sang suami Dani tengah mengerang nikmat di atas seorang perempuan yang tidak lain adalah sekretarisnya.
Hancur hatinya, namun ia memilih tegar. Meminta perceraian walau tidak mudah.
Hidup sebagai single mom membuat Arsita Ayuningrum tidak lagi percaya cinta dan fokus ke putra semata wayang nya Kai.
6 tahun berlalu, dan di saat tak terduga ia bertemu kembali dengan Dani Atmaja, sang mantan suami. Dani meminta Sita kembali, akankah Sita mau menerima mantan suami yang telah menghianatinya kembali? Akankah Kai Bhumi Abinawa mau menerima daddy nya?
Disaat bersamaan ada seorang pria single yang begitu tulus tengah berusaha mengambil hati Sita dan Kai. Pria itu bernama Raden Rama Hadyan Joyodiningrat.
Akankah Sita kembali kepada Dani, atau malah menerima Rama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Sita, Tunggu Aku Menjemputmu
Kediaman Dani begitu ramai, banyak orang keluar masuk membawa beberapa paper bag dari berbagai store brand ternama. Ada brand sepatu, gaun, dan masih banyak lagi. Dani yang melihat pun sungguh merasa pusing. Kelakuan istrinya itu benar benar membuatnya kehabisan kata-kata.
"Mauren… ren….!"
" Ren, … Mauren….!!!"
Dani meneriakkan nama Mauren berulang kali. Namun yang dipanggil tidak muncul juga.
"Sus, panggil nyonya kemari." Akhirnya Dani menyerah dan meminta Susi sang ART untuk memanggil Mauren. Tidak berselang lama akhirnya Mauren datang juga.
"Kenapa sih, aku tuh sibuk tau." Mauren duduk dengan bersungut-sungut kesal.
"Hhhhh…. Apa yang kamu lakukan. Kenapa banyak orang toko kemari."
"Mengantarkan pilihan belanjaan ku."
" Memangnya kamu nggak bisa gitu ke toko langsung?"
" Oh no… Aku ini pelanggan eksklusif, catat eksklusif dan aku diberi kebebasan untuk meminta karyawan toko membawa beberapa produk yang nantinya akan aku pilih satu untuk acara ulang tahun pernikahan kita nanti. Jadi ngapain aku harus repot untuk datang ke toko jika tokonya bisa datang ke sini"
" Ya Allaah Ren ini hanya acara ulang tahun. Mengapa begitu berlebihan."
"Apa, berlebihan. Kamu memang tidak mengerti wanita Dan. Untuk wanita acara ulang tahun pernikahan itu sangat spesial."
"Tapi juga tidak perlu menghamburkan uang begini kan"
"Kamu memang nggak ngerti Dan. Oh iya aku sudah memesan satu set perhiasan dari William Diamond, aku yakin aku akan sangat cantik saat acara nanti."
Mauren melenggang pergi meninggalkan Dani yang amat sangat kesal. Dani benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah Mauren. Semakin kesini semakin dia tidak mengenal istrinya itu. Rasanya ia ingin menyerah pada pernikahannya. Tapi jujur dia tidak mau gagal lagi, ia masih ingin berusaha untuk menyadarkan Mauren.
Hah…. Dani membuang nafasnya kasar saat mengingat William Diamond, perhiasan dari brand itu adalah perhiasan dengan harga yang mahal. Bukannya Dani tidak mampu membayarnya, tapi mengingat dia tidak pernah memberi nafkah kepada anaknya membuat hati Dani serasa diiris.
"Maafkan Daddy nak, maaf. Sungguh Daddy minta maaf." Lirih Dani dengan butiran air mata yang sudah menetes di kedua pipinya.
Dani akhirnya memilih pergi dari rumah. Ia merasa sangat sesak berada di rumah. Jika biasanya orang-orang menjadikan rumah sebagai tempat istirahat, tempat berkeluh kesah dan tempat bermanja dengan pasangan tapi untuk Dani rumah serasa asap tebal yang membuatnya begitu sesak. Rumah baginya ajang debat dan pertengkaran yang selalu membuat darahnya dan amarahnya naik.
Dani melajukan mobilnya ke rumah sang mama. Ya, bagaimanapun mama adalah obat terampuh saat ini. Hanya perlu waktu tempuh 30 menit untuk sampai ke rumah orang tuanya. Dani turun dari mobilnya dan langsung masuk ke rumah.
"Assalamualiakum ma…"
"Walaikumsalam… sini. Sekalian makan malam."
"Iya mah."
Dani duduk di kursi makan, Laila langsung mengambilkan nasi untuk sang putra. Dani yang melihat itu tiba-tiba teringat dengan Sita.
Mas, mau makan sama lauk apa.(Sita)
Apa saja yang dibuatkan istriku akan ku makan.(Dani)
Halah kamu bisa aja.(Sita)
Benar sayang, apapun yang kamu masak memang enak dan pasti akan selalu ku makan habis(Dani)
Tiba-tiba bulir air mata itu keluar tanpa permisi, Dani secepat kilat menyekanya. Laila yang melihat Dani menangis tak mau berkomentar banyak. Laila hanya berkata dalam hatinya, Mungkin kamu memang harus merasakan ini nak, biar kamu tahu bagaimana sakitnya Sita waktu itu. Dan saat ini kamu merasakan sakit karena kehilangan seseorang yang berharga tapi malah kamu sia-siakan.
🍀🍀🍀
Di ruang CEO JD Coal pusat, tampak Rama tengah melihat laporan dari pihak HRD yang ia minta sebelumnya. Rama melihat dengan seksama agar tidak ada yang terlewat. Semenit kemudian ia menelungkupkan kedua tangannya ke wajah dan mengusapnya kasar
" Hah….. Tidak ada yang kosong. Sib nasib. Oh iya tapi aku kan belum cek ke JD advertising. Sebentar sepertinya presiden direktur untuk JD Advertising adalah Adit. Aditya Putra Bratasena, semoga di tempatmu masih ada yang kosong." Monolog rama.
Tak menunggu lama Rama langsung meluncur ke JD advertising. Beruntung pekerjaannya sudah selesai jadi dia tidak akan mendengar ocehan Roni.
Sampai di JD advertising Rama langsung menuju ruangan Adit.
"Dit, aku mau tanya sesuatu. Ups sorry, aku tunggu di luar." Rama tidak jadi masuk ia kemudian duduk di depan ruang Adit." Sialan si Adit siang-siang begini udah mainan squishy aja, dasar tuh bocah nggak tau waktu dan tempat. Untung aku nggak lihat semuanya. Brengsek tuh anak emang. Maki Rama di luar ruang.
"Mas, masuk." Adit meminta masuk, di belakangnya muncul perempuan yang kemudian berjalan pergi sambil tertunduk malu.
"Udah kelar emang." Tanya Rama.
"Udah, mas sih ganggu."
Plak…. Rama memukul kepala adik sepupunya itu.
"Kamu itu lho ya mbok ya kawin aja, daripada kayak gitu. Kalau ketahuan paman Aji habis kamu."
"Kawin mah udah sering mas, nikah yang belum. Belum ketemu yang cocok."
"Kampret....Halah alesan, dasar casanova kampret." Rama kesal dengan adik sepupunya itu. Usianya 26 tahun tapi memang terkenal sebagai casanova.
"Oh iya mas Rama datang kesini ada perlu apa?"
"Itu apakah staf legal di kantor ini ada yang kosong?"
"Staff legal??, mas Rama mau masukin orang ke sini?"
"Begini disini dulu ada staf legal namanya Sita, terus di dipindah ke cabang kota K, nah aku mau bawa dia lagi tapi pusat penuh makanya aku nanya kamu di sini kosong nggak?"
"Oh gitu…. Hahhahaa aku tau nih. Nih mesti calon mbak ipar aku ya.?"
"Brengsek bocah yang beginian cepet banget tanggapnya."
"Sorry sorry, ya udah mas balik dulu nanti aku kabari. Nanti aku coba cek ke bagian hrd. Kalau ada nanti aku langsung kabari mas Rama."
"Ok sip, suwun yo ( makasih ya), oh iya stop itu yang begitu-begitu. Cari yang halal aja."
" Iya mas..., cerewet ih kayak ibu ibu."
Rama melenggang keluar dari ruangan Adit. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tak habis pikir dengan kelakuan adik sepupunya itu. Beruntung dia memiliki teman yang lurus-lurus saja. Iya saking lurusnya sampai usia mereka belum ada satupun yang menikah. Rama tertawa dalam hati jika mengingat hal itu. Mereka sibuk untuk ke sana kesini naik gunung, dan baru sekarang mereka mulai fokus terhadap dunia bisnis.
Hmmmm Tapi si Kampret Juna masih bisa aja keliling-keliling, memang itu anak suka-suka dia. Sita, aku harap bisa membawamu kembali ke kota ini. Meskipun aku tahu kamu pasti memiliki trauma besar di sini, tapi kau akan memusnahkan kenangan buruk mu dan menggantinya dengan kenangan indah sehingga kau tidak ingat lagi trauma mu itu. Sita tunggu aku menjemputmu, gumam Rama.
TBC
Hay readers…
Ayo… Othor tunggu dukungannya ya..
Happy reading,,,
Terimakasih
Matursuwun.