Warm Time With You
(Hangatnya Bersama mu)
....
Kalau penasaran dengan ceritanya langsung aja baca yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Udumbara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
"Ini rumahnya?" tanya Sebastian pada Tobi.
"Benar, Tuan." sahut Tobi mengiyakan.
Sebastian memerhatikan rumah kecil milik Aditya. Hari ini ia benar-benar tidak istirahat, dari ke rumah sakit, panti asuhan, dan sore harinya melihat kediaman Aditya selama ini.
"Betah sekali dia tinggal di rumah kecil seperti ini," cicit Sebastian yang merasakan susahnya kehidupan sang putra.
Tobi hanya diam, ia bingung mau mengatakan ара.
"Sebentar lagi dia akan pindah ke rumahku," gumam Sebastian. "Tob, nanti carikan orang untuk menyiapkan kamar Aditya dan cucuku." titahnya.
"Baik, Tuan."
Sebastian berniat ingin merenovasi dua kamar di rumahnya untuk Aditya dan Zyan, cucunya.
"Apa kamu tahu kesukaan cucuku?" tanya Sebastian lagi.
"Susu, Tuan." jawab Tobi ngelawak.
Yang namanya bayi pasti menyukai susu. Apa bayi berumur satu tahun sudah bisa menyukai benda atau mainan? Bayi cenderung menyukai apa saja yang mereka lihat.
Sebastian terkekeh kecil. "Karena dia masih bayi," pungkasnya.
"Jadi bagaimana, apa kamar Tuan Muda bayi direnovasi berwarna putih susu saja, Tuan?" tanya Tobi bercanda.
"Seperti kamar pengantin baru saja. Pilih warna biru langit,"
"Biru terlalu cerah, Tuan."
"Hitam?"
"Dia masih bayi, Tuan."
"Merah?"
"Apa ada laki-laki menyukai warna merah?"
Sebastian menarik napas panjang. "Warna abu saja, lebih kalem."
Tobi manggut-manggut setuju. "Baiklah," ujarnya. "Apa anda tidak ingin masuk ke dalam, Tuan?" tanyanya melirik rumah Aditya dari balik mobil.
Sebastian menggeleng. "Tunggu hasil tes DNA keluar saja agar dia tidak ragu,"
"Padahal berkas-berkas pribadi dari panti seharusnya sudah bisa membuat Tuan Muda yakin," celetuk Tobi manggut-manggut.
Sebastian tersenyum tipis. "Jangan sekarang, mungkin Aditya masih tidak menerima kenyataannya," imbuhnya.
Ia paham kalau Aditya tidak menerima kenyataan karena orang tua angkat dari anaknya itu begitu mendidik dan menyayangi Aditya layaknya anak sendiri, sehingga membuat Aditya tidak merasakan bahwa ia anak angkat.
"Itu mobil Nona Amanda," tunjuk Tobi yang tidak sengaja mengenali mobil Amanda dari kejauhan.
Sebastian membenarkan kacamata nya dan menatap sebuah mobil yang menuju ke arahnya. "Kita pulang saja." titahnya.
Tobi menganggukkan kepalanya, ia menyalakan mesin mobil dan meninggalkan tempat tersebut.
Setelah kepergian Tuan Zenaraga, mobil Amanda memasuki halaman rumah Aditua yang tidak terlalu luas itu, namun muat dengan satu mobil.
Amanda keluar dari mobilnya dengan senyum cerah. Ia langsung mengetuk pintu rumah Aditya.
Tok.. Tok.. Tok
"Aditya....." teriaknya dari luar.
Tok.. Tok.. Tok..
Amanda terus mengetuk dengan tidak sabaran. Apa gadis itu tidak kelelahan setelah syuting?
Ceklek..
Pintu terbuka dan nampak Aditya tengah geleng-geleng kepala. "Kenapa tidak sabaran, Nona?" tanyanya terkekeh.
Amanda nyengir kuda. "Hehe, aku merindukan Zyan. Dimana dia?" ia memasukkan kepalanya dan melihat-lihat sekeliling rumah.
Aditya terus terkekeh. "Zyan tidur, mari masuk." titahnya.
Amanda mendengus sebal dan mengikuti Aditya untuk masuk. "Kenapa kamu malah menidurkannya?"
Aditya tersenyum tipis. "Karena dia mengantuk," ia mengajak Amanda memasuki kamar kecilnya.
Amanda memandangi kamar Aditya tanpa berkedip. Benar-benar pria yang begitu mencintai kebersihan.
"Zyan, mama datang..." Amanda menaiki ranjang dan mengecup pipi gembul Zyan pelan.
Aditya duduk di tepi ranjang. "Maaf, Nona, kamarnya kecil." pungkasnya tidak enak.
Amanda tersenyum kecil. "Kecil, tapi enak." ia menggerakkan kakinya di kasur tersebut.
"Tidak suka yang besar? Padahal aku besar, Nona," Aditya suka sekali menggoda Amanda.
Amanda menyipit matanya menatap Aditya.
"Kamu menyukaiku?" tanyanya menunjuk Aditya.
Aditya tertawa kecil. "Siapa yang tidak menyukai gadis cantik dan baik sepertimu, Nona? Tapi, aku hanya bercanda, kita jauh berbeda dan tidak cocok untuk bersama. Pasti kamu akan mendapat banyak hujatan dari fansmu jika mereka tahu hubungan kita," ia berkecil hati.
Amanda memutar bola matanya malas.
"Dihujat? Bukankah penggemarku banyak yang menyukaimu? Bahkan diantara mereka ada yang ingin menikah denganmu setelah tau kamu duda," celetuknya nampak kesal.
"Duda memang menarik, Nona." kekeh Aditya.
Amanda tersenyum tipis melihat Aditya terkekeh. Ah, ia baru ingat soal pemotretan yang ditawarkan pada Aditya tadi.
"Oh iya, Dit. Bagaimana dengan penawaran pemotretan tadi?" tanya Amanda serius, ia mendekati pria itu dan duduk disebelahnya.
Aditya menatap gadis itu lekat. "Kenapa tiba-tiba memintaku? Memangnya siapa yang memintanya?" tanyanya curiga.
"Bu Dina," jawab Amanda dengan jujurnya.
Yap, Aditya sudah menduga itu. Ia menghela napas dan menggelengkan kepalanya. "Maaf, Nona. Aku tidak akan menerima pekerjaan dari Bu Dina atau Tuan siapa itu, mereka memberiku pekerjaan karena menganggap ku sebagai anak mereka, bukan karena benar-benar melihat bakatku yang cocok atau tidak melakukan pekerjaan itu," tolak nya dengan baik.
Amanda melengkungkan bibirnya ke bawah.
"Kan bisa dicoba dulu, siapa tau kamu cocok jadi model dan banyak perusahaan atau brand ternama yang akan menawarkan kontrak padamu," cemberut nya.
Padahal baru kali ini ia mau menerima seorang pria untuk menjadi partner modelnya.
Aditya tersenyum tipis. "Aku tidak setampan actor atau idol, Nona. Mereka lebih layak menjadi partner modelmu,"
Amanda mendekatkan wajahnya menatap Aditya dengan seksama. "Wajah seperti ini dibilang tidak tampan? Kamu bahkan cocok menjadi actor dengan best visual terbaik," tanpa sadar ia menangkup wajah Aditya dan membuat jarak wajah mereka semakin dekat.
Aditya yang terkejut dengan perlakuan Amanda hanya diam sambil menahan napasnya.
Amanda memejamkan matanya karena mencium aroma napas Aditya. Ia membuka matanya dan nyengir kuda.
"Mulutmu pake parfum, ya?" tanya Amanda dengan tampang polosnya.
"Iya, jengkol." jawab Aditya iseng.
Mata Amanda terbuka lebar, dan ia reflek menjauhkan tangannya dari wajah Aditya.
"Yang benar saja? Mana ada bau jengkol begitu." ucapnya menatap aneh Aditya.
Aditya tertawa kecil. "Bercanda,"
"Aku tau kamu bercanda," Amanda mengeluarkan ponselnya karena ia merasakan getaran. "Ayo kita keluar," ajaknya pada Aditya.
"Kemana?" tanya Aditya bingung.
"Aku tadi minta sopir buat beli makan malam untuk kita," kata Amanda dengan santainya. Ia turun dari ranjang dan meraih tangan Aditya.
"Nona menginap?" tanya Aditya sambil mengikuti Amanda.
"Tidak, tapi makan malam disini. Aku akan pulang malam," sahut Amanda.
Aditya mengangguk paham. Mereka berdua mengambil makanan yang dibeli oleh sopir Amanda itu.
"Ini terlalu banyak," Aditya membuang napas panjang. Gadis itu membeli makanan begitu banyak, bahkan Amanda juga membelikan beberapa mainan untuk Zyan.
"Tidak masalah, Zyan 'kan anakku juga," Amanda tersenyum manis. "Aku ke kamar duluan, ya." ia nyengir dan langsung kembali.
Aditya menghela napas dan menyimpan makanan itu ke dapur. Dan beberapa mainan untuk Zyan ia bawa ke kamar.
Aditya masuk ke kamarnya dan terlihat Amanda tengah berfoto dengan posisi Zyan yang masih tidur. Ia tersenyum dan mendekati gadis itu.
"Nona, bisa kita bicara serius?" pinta Aditya yang benar-benar serius.
Amanda mengerutkan keningnya heran. "Aku bisa serius, kamu aja yang suka bercanda." sungut nya.
Aditya tersenyum tipis. "Kali ini aku serius. Aku benar-benar berterimakasih denganmu, Nona. Padahal kita baru kenal, tapi kamu begitu baik dan banyak membantuku. Tapi, apakah jangan terlalu sering seperti ini? Aku merasa jadi pria pengecut karena kamu selalu memberiku makan." pungkasnya yang merasa tersinggung dengan sikap baik Amanda.
Amanda menatap Aditya tidak enak. "Kamu tersinggung? Maaf, aku tidak bermaksud. Aku hanya ingin membantumu agar tidak terlalu lelah," cicitnya meminta maaf.
"Aku sudah terbiasa seperti ini, Nona. Bahkan aku selalu memasak untukku dan mantan istriku dulu. Jadi, berasa aneh saat kamu memberiku makan,"
"Tega sekali istrimu." cibir Amanda tanpa sadar.
Aditya tertawa pelan mendengarnya.
"Begitulah dia." ia tersenyum kecut. "Lain kali, kalau kamu mau belikan Zyan, aku tidak masalah. Kalau aku, jangan. Seharusnya aku yang memberimu banyak hal, karena aku pria." lanjutnya menatap Amanda lekat.
Amanda tersenyum haru. Ia juga sudah terbiasa memberi karena mantan kekasihnya itu memang sering meminta padanya. Jadi, ia sering membantu Aditya itu tidak masalah baginya.
Mereka berdua sama-sama terasa canggung setelah pembicaraan itu. Beruntung Zyan bangun dan memecahkan keheningan yang dadakan itu.
Oekkk... Oekkk..
"Aku akan keluar," kata Aditya yang paham kalau anaknya itu pasti meminta asi pada Amanda.
"Iya," sahut Amanda.
🌸🌸🌸🌸🌸