Sungguh teganya Hans ayah Tania Kanahaya, demi melunasi hutangnya kepada renternir, dia menjual anaknya sendiri kepada pria yang tak di kenal.
Dibeli dan dinikahi oleh Albert Elvaro Yusuf bukan karena kasihan atau cinta, tapi demi memiliki keturunan, Tania dijadikan mesin pencetak anak tanpa perasaan.
"Saya sudah membelimu dari ayahmu. Saya mengingatkan tugasmu adalah mengandung dan melahirkan anak saya. Kedudukan kamu di mansion bukanlah sebagai Nyonya dan istri saya, tapi kedudukanmu sama dengan pelayan di sini!" ucap tegas Albert.
"Semoga anak bapak tidak pernah hadir di rahim saya!" jawab Tania ketus.
Mampukah Tania menghadapi Bos sekaligus suaminya yang diam-diam dia kagumi? Mampukah Tania menghadapi Marsha istri pertama suaminya? Akankah Albert jatuh cinta dengan Tania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Bu Rita dan Clara
Tania absen terlebih dahulu di mesin absen karyawan yang ada di sudut lobby. Selanjutnya melangkahkan kakinya menuju coffe shop, Ibu Rita dan Clara mengikuti langkah kaki Tania, di belakang.
“Saya hanya punya waktu 10 menit, jadi segera katakan apa yang ingin di bicarakan,” ucap Tania, ketika mendaratkan bokongnya di kursi cafe.
Wanita paruh baya itu turut duduk di bangku, berhadapan dengan Tania. “Begini Tania, sebenarnya Ibu mau bertemu dengan pria yang membeli kamu. Ibu ingin membatalkan jual kamu dan menukar posisi kamu dengan Clara,” kata Ibu Rita, dengan entengnya.
Tania menyeringai tipis. “Maksud Ibu, menukar aku dan Clara, begitukah!”
Setelah semua yang terjadi terhadap Tania, Bu Rita begitu mudahnya memutar balik keadaan. Wanita muda itu masih tak percaya apa yang baru saja dikatakan oleh ibu tirinya.
Ke mana otakmu selama ini Bu!! Umpat batin Tania.
“Iya Tania, gue bersedia jadi wanita yang di jual. Gue kasihan sama loe. Seharusnya ibu diskusi dulu sama gue waktu loe mau di jual. Seharusnya bukan loe yang nanggung, harusnya gue yang bertanggung jawab. Ibu pinjam uang ke rentenir juga gara-gara gue,” ucap Clara, sambil menunjukkan wajah keprihatinannya.
Dasar muka palsu!! pasti Clara sudah tahu siapa yang membeli gue... Batin Tania
Tania memijat pelipisnya yang berdenyut, setelah mahkotanya dirampas oleh Albert, tiba-tiba ada wanita yang sok jadi penyelamat. Walau sebenarnya Tania juga tidak keberatan jika tukar posisi, lagi pula baru dua hari dan belum hamil ini.
“Maafin gue ya Tania, gara-gara gue...loe jadi menanggung akibatnya. Jadi gue harap loe bersediakan di ganti posisinya?” tanya Clara.
“Ooh gak masalah kalau loe memang mau menggantikan posisi, jadi gue menyerahkan masalah ini ke ibu loe dan ayah untuk bicara langsung dengan pria yang membeli gue. Jangan lewat gue!” balasnya ke Clara.
Tania melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan jam 8, waktu masuk kerja.
“Sorry Bu, Clara, sudah waktunya aku ke ruangan. Untuk masalah ini silakan kalian urus sendiri, karena itu bukan urusan aku. Karena semua bermula dari ibu!" ucap Tania ketus, kemudian wanita itu beranjak dari duduknya.
“Tunggu Tania, pria itu kantornya di sini kan?” tanya Bu Rita.
“Cari sendiri orangnya, jangan tanya ke saya!” balas Tania sambil lalu.
Clara berdecak kesal. “Ck ... sombong amat dia, tunggu waktunya Tania ... Kita akan berganti posisi!”
Ibu Rita dan Clara memutuskan menanyakan pria yang bernama Albert ke bagian resepsionis. Clara sangat yakin jika suami supermodel itu, adalah pemilik perusahaan tempat Tania bekerja.
...----------------...
Ingin ganti posisi, silahkan...gue gak masalah kok. Gue ikhlas walau sudah kehilangan perawan gue...gerutu batin Tania.
Wanita itu setelah menghadapi kedua wanita yang sangat dia benci, kini bergegas ke ruangan marketing tempat dia bekerja, di lantai lima.
“Tania, kemarin loe ke mana aja...kok gak ada kabarnya?” cecar Kia, ketika melihat sohibnya masuk ke ruangan.
Tania memaksakan bibirnya tersenyum. “Gue kemarin demam, sorry gue gak kasih kabar ke kantor, seharian gue tidur gara-gara minum obat demam,” jawabnya, sembari menjatuhkan bokongnya ke atas kursi kerjanya.
“Tapi loe sekarang badannya sudah gak panas lagi kan?”
“Udah gak panas lagi, semoga gue sehat hari ini.”
“Aamiin...sehat...sehat...sehat!” seru Kia memberi semangat.
Tania menyalakan komputernya, lalu mengambil beberapa berkas yang sudah menumpuk di atas meja kerjanya.
“Tania, beberapa hari lagi team kita akan gathering di Mega Mendung Puncak, proposal sudah masuk ke meja atasan. Semoga badan loe sehat, lumayan kita bisa menghirup hawa sejuk di puncak,” kata Kia.
Dengar ada kata gathering di Puncak, suasana hati Tania agak sedikit semangat. Sudah lama rasanya dia tidak merasakan jalan-jalan, healing.
“Semoga badan gue gak sakit dulu,” jawab Tania dengan merentangkan kedua tangannya ke udara.
...----------------...
Ruang CEO
Albert terlihat serius berdiskusi dengan Pak Yana selaku manajer marketing, serta Pak Sebastian selaku manajer keuangan, membicarakan masalah gathering karyawan yang beberapa lagi akan di laksanakan. Gerry sebagai asisten ikut menyimak dan mencatat poin-poin yang terpenting.
“Jadi Pak Albert gathering karyawan kali ini sesi pertama untuk bagian divisi marketing dan bagian divisi opersional. Karena kalau kita gabung semua, karyawan perusahaan begitu banyak. Takutnya gathering karyawan tidak berkesan di hati karyawan,” kata Pak Yana.
“Saya menyetujui hal itu, jadi saya minta ke kalian berdua agar selalu berkoordinasi dengan panitia pelaksana yang telah kalian tunjuk sampai acara selesai,” jawab Albert.
“Kami juga mengharapkan Pak Albert bisa turut hadir acara gathering tersebut, kalau bisa ikut menginap. Untuk tempat telah kami siapkan,” ucap Pak Sebastian.
“Untuk menginap saya tidak bisa menjanjikan, saya harus mengecek jadwal pada tanggal 10. Tapi akan saya usahakan untuk hadir sebentar.”
“Baik Pak Albert, kami akan menunggu kesediaan bapak kembali,” kata Pak Yana.
“Sementara koordinasi sampai di sini dulu, jika ada hal yang perlu di acc, kalian bisa menghubungi Gerry,” ucap Albert.
“Baik Pak.” Kedua manajer tersebut, segera merapikan berkas yang mereka bawa, lalu berpamitan meninggalkan ruangan CEO.
Baru saja kedua manajernya keluar, sang sekretaris masuk ke ruangan.
“Permisi Pak Albert, di bawah ada yang ingin bertemu dengan Tuan. Katanya Ibu Rita, ibu dari Tania,” kata Mila.
Albert menaikkan salah satu alisnya, kemudian mengalihkan pandangannya ke Gerry.
“Gerry, kamu yang urus, tanyakan maksud kedatangannya. Kamu kan tahu kerjaan saya lagi banyak, dan saya tidak ada urusan lagi dengan mereka,” tukas Albert.
“Baik Pak, kalau begitu saya akan ke bawah untuk menemuinya,” pamit Gerry.
Berani sekali orang tua Tania datang ke sini, bukannya urusannya sudah selesai!...kesal batin Albert.
...----------------...
Lobby Perusahaan
Bu Rita dan Clara terlihat tenang menunggu di kursi yang tersedia di lobby, walau hati mereka berdua juga cemas, antara bisa bertemu atau tidaknya dengan sang pemilik perusahaan.
Dari kejauhan Gerry bisa melihat sosok Bu Rita walau dia baru sekali bertemu, tapi ingatan pria itu masih tajam.
“Permisi, saya asisten Pak Albert. Mohon maaf Pak Albert tidak bisa menemui anda. Kalau boleh tahu ada kepentingan apa?” tanya Gerry, langsung to the point tanpa basa-basi.
Bu Rita yang ditegur oleh Gerry, segera beringsut dari duduknya begitu pula dengan Carla. “Maaf Pak bisakah kita tidak bicara di sini? Karena yang ingin saya sampaikan hal yang sangat sensitif,” balas Bu Rita.
“Ikut saya,” pinta Gerry. Pria itu melangkahkan kakinya terlebih dahulu, kemudian di ikuti oleh Bu Rita dan Clara menuju ruang tamu yang ada di lobby.
Sekarang mereka bertiga sudah duduk bersama di sofa yang ada di dalam ruang tamu tersebut.
“Silakan apa yang ingin Ibu bicarakan,” kata Gerry mempersilahkan.
“Begini Pak, sebenarnya saya ingin bicara langsung dengan Bapak yang tempo hari membeli anak saya. Tapi berhubung tidak bisa bertemu, tolong sampaikan. Sebenarnya saya ingin menukar Tania dengan anak saya yang kedua ini, karena sesuatu hal,” ucap Bu Rita, sambil menunjuk wanita yang terlihat masih muda.
Sekilas Gerry menatap wanita itu, dengan menautkan kedua alis matanya.
“Menukar?”
“Iya menukar Tania dengan adiknya, Clara.”
Sang asisten Albert, melipat kedua tangannya ke dada sambil berusaha mencerna permintaan Ibu yang ada di hadapannya, sungguh permintaan yang sangat mencengangkan.
Ada ya penukaran wanita!! Sudah kayak jual beli barang...Ck.
bersambung.....
Kakak Readers yang cantik dan ganteng jangan lupa tinggalkan jejaknya ya. Makasih sebelumnya
Love you sekebon 🍊🍊🍊🍊🍊