"Karena kamu yang menggagalkan acara pernikahan ini, maka kamu harus bertanggung jawab!" ucap pria sepuh didepannya.
"Bertanggung jawab!"
"Kamu harus menggantikan mempelai wanitanya!"
"APA?"
****
Bagaimana jadinya kalau seorang siswi yang terkenal akan kenalan dan kebar-barannya menjadi istri seorang guru agama di sekolah?!?
Yah dia adalah Liora Putri Mega. Siswi SMA Taruna Bangsa, yang terkenal dengan sikap bar-barnya, dan suka tawuran. Anaknya sih cantik & manis, sayangnya karena selalu dimanja dan disayang-sayang kedua orang tuanya, membuat Liora menjadi gadis yang super aktif. Bahkan kegiatan membolos pun sangatlah aktif.
Kalau ditanya alasan kenapa dia sering bolos. Jawabnya cuma satu. Dia bolos karena kesetiakawanannya pada teman-teman yang juga pada bolos. Guru BK pusing. Orang tua juga ikut pusing.
Ditambah sikapnya yang seenak jidatnya, menggagalkan pernikahan orang lain. Membuat dia harus bertanggung jawab menggantikan posisi mempelai wanita.
Gimana ceritanya?!!?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 : Mulai Belajar Ngaji
"A-apa? Kamu hanya bisa baca Iqro? Terus kalau sholat yang kamu baca apa?" tanya Agam menatap tak percaya.
"Hehehehe. Ya surat Al ikhlas. Pendek dan gampang diingat!" kekehnya tanpa merasa berdosa.
"Cuma itu?"
"Iya!" sahutnya.
"Terus kalau yang rokaatnya ada empat kayak sholat isya, ashar dan dhuhur, kamu baca surat apa?"
"Ya diulang-ulang terus surat Al ikhlas-nya?" kikiknya.
"Astaghfirullah," Agam mengelus dadanya sendiri.
"Emang mama dan papa nggak pernah nyuruh kamu ngaji?"
"Nyuruh sih, Aa......Tapi kan aku yang kabur-kaburan terus!" ujarnya dengan enteng.
"Terus kamu mau jadi apa kalau sudah setua ini nggak bisa apa-apa?" geram Agam sambil bibirnya menya-menye, frustasi sendiri.
"Ish, Aa....Aku ini belum tua. Masih muda dan cantik begini dibilang tua. Mata Aa kelilipan biji salak....!"
Agam mendelik tajam.
"Ehm, aku akan belajar, Aa......! Ah, iya, aku akan belajar.....!" lanjutnya kemudian, meringis.
Ya Allah, Aa melotot. Serem banget!!!!!
"Astaghfirullah.....!" Agam mengelus dada.
"Mulai malam ini, kamu akan Aa ajarin mengaji. Kamu denger kan, Liora?????"
"Eh, Apa?"
"Kamu nggak denger. Mulai malam ini setelah sholat Maghrib, kamu harus belajar mengaji. Nggak malu, sudah sebesar ini hanya hafal surat Al ikhlas doang. Masa kamu kalah sama Raisa. Raisa aja sudah Al Qur'an!" omel Agam.
"Apa ada pilihan yang lainnya?" tanya Liora, "Ehm, kalau belajar yang lain, aku mau, Aa. Tapi kalau ngaji.....!"
"NGGAK ADA!" potong Agam cepat, "Kamu itu istri seorang guru agama. Jangan buat Aa malu....!"
"Ish, siapa juga yang mau jadi istri guru Agama? Aa pikir aku seneng banget ya jadi istri Aa. Aa aja yang terlalu pede." Kata Liora, "Di usiaku saat ini, harusnya aku masih bermain-main dengan teman-teman sebayaku. Bukan malah jadi istri yang kerjaannya ngurusin suami. Ish, Ish, lagian Aa benar-benar punya kelainan. Kok mau-mau aja nikah sama bocil kayak aku.....!" ujar Liora mengeluarkan unek-uneknya.
"Ck, dasar pedofil.....!" ejek Liora, keceplosan.
Sudah capek gara-gara nyuci piring, nyuci baju. Eh, malah diomelin. Sewotlah gadis itu.....
"Apa kamu bilang?" Agam melotot tajam.
Liora langsung menutup mulutnya sendiri. Dia sadar kalau sudah keceplosan ngomong.
"Kamu bilang Aa pedofil......?!?" ucap Agam menyeringai lebar.
Agam melangkah maju, membuat Liora hendak beranjak dari tempat duduknya. Namun dengan cepat Agam menahan pundak Liora, membuat gadis itu tak berkutik dan bergerak.
Tanpa diduga-duga, Agam malah justru menciumnya.
Liora terkejut. Bibirnya yang suci dicium gurunya yang galak. Bibir yang selalu Liora jaga, diambil paksa oleh suaminya tanpa persetujuan darinya.
"Apa arti tatapan itu? Mau marah?" tanya Agam songong, lalu kembali menyeringai sinis, "Ingat. Kamu sekarang istri Aa. Mau melakukan apapun, itu sudah hak Aa. Mulai sekarang kamu nggak usah banyak tingkah. Ingatlah, kamu sekarang istri Aa. Jadi kamu harus tahu apa tugasmu?"
Liora merinding mendengarnya. Ini adalah bagian paling horor yang Liora takuti dari pria di depannya.
Menikah dengan pak Agam berarti dia sudah rela menyerahkan miliknya untuk guru galak itu.
"A-a-apa yang mau Aa lakukan? Jangan macam-macam. Aku tonjok nih!"
Liora melihat tanpa malu, Agam sudah melepaskan baju atasan dan celananya.
Liora menatap tak berkedip. Gadis itu melihat tubuh Agam dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Tubuh Agam, suaminya, sangat bagus dan atletis. Liora benar-benar dibuat terpesona. Baru pertama ini dia melihat tubuh setengah telanjang seorang pria. Matanya ternoda!!!!
"Aa jangan macam-macam!" terlihat gadis itu mulai ketakutan.
"Kenapa? Takut? Tadi nyolot.....? Terus bilang apa tadi.....?????" Agam menyeringai lebar.
"Ah, pedofil.....!" lanjutnya, "Akan Aa perlihatkan apa itu pedofil......!"
"Jangan macem-macem ya, Aa. Aku beneran marah loh?"
"Oho. Bisa marah juga rupanya? Ayo tunjukkan bagaimana kamu marah?" ujarnya tersenyum devil.
Agam semakin mendekat ke arah istrinya. Liora terlihat ketakutan.
Meski Liora sedikit ugal, tetap saja dia seorang perempuan. Melawan Agam yang bertubuh besar, tinggi dan tegap, tentu dia tidak akan menang.
"Oke. Oke. Aku minta maaf atas perkataan kasarku. Tapi Please,. jangan seperti ini, Aa. Aku risih!" keluh gadis itu, tak mau menatap tubuh atas suaminya yang sudah telanjang.
Jujur, Liora ketakutan setengah mampus. Dia kan masih terlalu kecil untuk melihat hal-hal seperti itu.
Sementara Agam, sudah bersorak-sorai dalam hati. Dia akan memastikan Liora tidak akan berani bicara macam-macam ataupun kasar. Agam juga akan memastikan istrinya akan berubah menjadi wanita solehah.
"Kamu mau berubah?" tanya Agam menghentikan tingkahnya. Lalu pria itu duduk di samping sang istri.
"Hem. Iya, aku mau berubah!" jawab Liora masih menutupi matanya dengan kedua tangannya.
"Tidak akan berbuat seenaknya?"
"Iya." Jawab Liora mantap.
"Akan jadi istri Solehah?"
"Iya," jawab Liora lagi.
"Mau pake hijab?"
"Iya,"
"......Eh......"
*******
"Li, Ayo dong. Katanya mau belajar iqro? Aa dari tadi nunggu loh....!"
Liora mendengus kesal, lagi-lagi Agam membujuknya untuk belajar mengaji. Harusnya ia tak berjanji pada suaminya untuk belajar dari awal, ternyata membaca iqro lebih sulit menghafal rumus kubus.
Mana tahu kejadiannya akan begini. Itu masih iqra, belum Al Qur'an. Bisa-bisa rambutnya rontok sebelum tua.
"Li, Ayo wudhu dulu. Nanti baru belajar mengaji!"
"Iya. Iya. Aku ambil wudhu dulu!"
Mau tak mau akhirnya Liora pun menurut. Ia berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah itu ia keluar, memakai atasan mukena.
Agam mendelik sejenak, kebingungannya terlihat jelas di wajahnya saat ia melihat Liora hanya memakai bagian atas mukena.
"Loh, kenapa nggak pakai hijab sih?" tanyanya, nada suaranya mencerminkan keheranannya.
Liora hanya mengangkat bahu, seraya tersenyum ringan.
"Aku nggak punya hijab, Aa. Makanya aku pakai mukena," jawabnya dengan suara lembut, berusaha menjelaskan situasinya tanpa merasa bersalah.
Gimana mau pakai jilbab???
Setiap hari, dia memilih mengenakan celana atau kulot. Bahkan saat memakai seragam sekolah berupa rok, dia masih memilih untuk menambahkan celana training atau kulot di dalamnya. Baginya, keamanan dan kenyamanan adalah prioritas, meskipun itu berarti tidak mematuhi norma yang biasa.
Agam mendesah panjang.
Tak mau memperpanjang lagi, pria itu pun memulai pelajarannya, mengajari sang istri mengaji.
Liora duduk tegak dengan buku terbuka di hadapannya, matanya serius menatap huruf-huruf Hijaiyah yang tertulis rapi.
Walaupun masih perlu diasah, bakatnya sudah terlihat jelas. Cepat atau lambat, Liora pasti akan lancar membaca sambung huruf-huruf tersebut. Mengajar gadis seperti dia, bukanlah sebuah tugas yang susah dan berat. Pasalnya memang Liora sudah bisa membaca huruf-huruf tersebut.
"Shadaqallahul adzim!"