NovelToon NovelToon
Pulang / Di Jemput Bayangan

Pulang / Di Jemput Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kutukan / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:684
Nilai: 5
Nama Author: Novita Ledo

para pemuda yang memasuki hutan yang salah, lantaran mereka tak akan bisa pulang dalam keadaan bernyawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novita Ledo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 Korban Baru

Pagi itu, kabut tebal menyelimuti Hutan Giripati. Di jalan setapak yang hampir tertutup semak, sekelompok remaja tiba di pintu masuk hutan. Mereka berempat: Galih, pemimpin kelompok yang membawa pisau survival dan peta lusuh; Ratna, gadis pemberani yang selalu skeptis; Rio, videografer amatir yang gila konten; dan Siska, si pendiam yang terlihat paling ragu untuk ikut.

“Gue nggak tahu kenapa, tapi hutan ini terasa salah,” bisik Siska sambil memandangi batang-batang pohon tua yang tinggi menjulang.

“Ah, biasa aja kali,” ujar Rio santai sambil mengangkat kamera, mulai merekam. “Bayangin aja, konten ini bakal booming. Judulnya: ‘Menjelajah Hutan Misterius yang Tidak Pernah Ditemukan di Google Maps.’”

“Dulu juga gitu ceritanya,” sahut Galih, suaranya berat. “Ada kelompok lain yang pernah masuk ke sini dan nggak pernah keluar lagi.”

Ratna mendelik. “Kok malah cerita horor? Kita di sini cuma mau ambil jalur singkat lewat hutan ini, kan? Nggak usah nyari-nyari sensasi.”

Galih mengangguk, tapi matanya tampak gelisah. “Iya, tapi tetap hati-hati. Hutan ini nggak cuma terkenal karena angkernya. Banyak orang bilang jalurnya sering berubah-ubah.”

---

Saat mereka mulai berjalan, suasana hutan terasa semakin berat. Pepohonan yang tinggi menutupi sinar matahari, membuat jalur setapak itu lebih gelap dari seharusnya. Rio terus merekam setiap sudut hutan, sesekali berhenti untuk mengambil gambar akar-akar pohon atau suara burung yang tiba-tiba terdiam.

Namun, setelah beberapa jam, mereka menyadari sesuatu yang aneh.

“Gue yakin banget tadi kita lewat sini,” ujar Ratna, menunjuk sebuah pohon besar dengan goresan di batangnya.

“Apa lo yakin?” tanya Galih.

“Yakin banget! Tadi gue liat ada bekas tanda aneh ini di pohon,” jawab Ratna.

Rio tertawa kecil. “Santai, mungkin lo salah ingat.”

Tapi tak lama kemudian, mereka melewati batu besar yang sama untuk ketiga kalinya.

“Gue bilang juga apa? Kita cuma muter-muter!” seru Siska panik.

Galih memeriksa peta dan GPS di ponselnya, tapi keduanya tak membantu. GPS menunjukkan titik mereka berada di tengah-tengah hutan, tapi tidak ada jalur keluar.

“Ini nggak masuk akal. Jalur ini jelas ada di peta,” gumam Galih.

“Tapi sekarang nggak ada!” balas Ratna.

---

Mereka memutuskan untuk berhenti di sebuah area yang agak terbuka untuk menyusun rencana. Namun, suasana semakin mencekam. Angin tiba-tiba berhenti, dan hutan menjadi sunyi, seperti tidak ada kehidupan lagi.

Ratna, yang duduk sambil mengamati peta, tiba-tiba merasa ada sesuatu yang aneh. Ia mengangkat wajahnya dan menatap ke dalam hutan. “Eh, kalian denger nggak?”

Yang lain berhenti berbicara. Dalam keheningan, terdengar suara langkah kaki. Pelan, tapi berat.

Galih berdiri cepat, mencabut pisaunya. “Siapa di sana?!”

Tidak ada jawaban. Tapi langkah itu semakin dekat, membuat dedaunan di tanah berdesir.

Ratna mengambil batu dari tanah, bersiap melempar. “Gue nggak suka ini. Kita harus pergi sekarang!”

Namun, ketika mereka berbalik, jalan yang mereka lalui sebelumnya tertutup oleh akar-akar pohon yang bergerak perlahan, seolah hidup.

“Ini apa lagi?!” teriak Siska panik.

“Akar ini tadi nggak ada!” Galih mencoba menebas akar dengan pisaunya, tapi akar itu kembali tumbuh, lebih tebal dari sebelumnya.

--

Sementara itu, Rio masih sibuk merekam meski tangannya gemetar. Tiba-tiba, melalui layar kameranya, ia melihat sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Di kejauhan, di antara pepohonan, tampak sosok tinggi dengan tubuh hitam pekat dan mata merah menyala.

“Eh, gue… gue liat sesuatu,” bisik Rio, matanya terpaku pada layar.

“Mana?!” tanya Ratna.

Rio mengarahkan kameranya ke arah sosok itu, tapi saat yang lain melihat langsung, sosok itu lenyap.

“Gue serius! Dia tadi ada di situ!” Rio mengarahkan kameranya lagi, tapi yang muncul di layar hanyalah bayangan hitam yang tak berbentuk.

“Mungkin kita harus…”

Sebelum Ratna menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara jeritan dari belakang mereka. Mereka semua menoleh cepat dan melihat Siska berdiri mematung, wajahnya pucat.

“Siska, lo kenapa?” tanya Galih, mendekatinya.

Namun, ketika ia memegang bahu Siska, tubuh gadis itu tiba-tiba terlempar ke belakang, menabrak pohon dengan keras. Darah mengalir dari mulutnya, dan matanya menatap kosong ke depan.

“Siska!!” teriak Ratna, mendekati tubuh temannya yang kini tak bergerak.

Namun, sebelum mereka bisa melakukan apa pun, akar-akar pohon mulai melilit tubuh Siska, menariknya perlahan ke dalam tanah.

“Lepasin dia!!” Galih mencoba menebas akar itu, tapi sia-sia. Dalam hitungan detik, tubuh Siska lenyap di bawah tanah, meninggalkan noda darah di atas akar.

---

“Kita harus keluar dari sini sekarang!” teriak Ratna, air mata mengalir di pipinya.

Mereka berlari tanpa arah, mencoba menemukan jalur keluar. Tapi setiap jalan yang mereka lalui selalu membawa mereka kembali ke tempat yang sama.

Sementara itu, Rio yang masih membawa kameranya terus merekam, meskipun tangannya gemetar hebat. Ketika ia memeriksa rekaman itu, ia melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku.

Di setiap rekaman, meski kamera diarahkan ke depan, sosok Siska yang sudah mati terlihat berdiri di belakang mereka, menatap dengan senyum menyeramkan.

“Gue… gue nggak mau di sini lagi…” Rio mulai menangis, menjatuhkan kameranya ke tanah.

“Fokus, Rio! Kita pasti bisa keluar!” teriak Galih, meski suaranya juga penuh ketakutan.

Namun, sebelum mereka sempat melangkah lebih jauh, suara tawa lembut terdengar dari arah pepohonan.

Tawa itu semakin keras, berubah menjadi jeritan yang memekakkan telinga. Dari bayang-bayang pepohonan, sosok hitam besar dengan mata merah menyala muncul, melayang perlahan ke arah mereka.

“Kalian milik hutan ini sekarang,” suara itu bergema, dingin dan tanpa emosi.

---

Korban Selanjutnya

Galih, Ratna, dan Rio mencoba melawan, tapi sia-sia. Hutan itu hidup, mengendalikan segala sesuatu di sekitarnya. Ratna adalah korban selanjutnya, tubuhnya ditarik oleh akar-akar pohon hingga hanya tersisa jeritannya yang menggema.

Rio, yang berusaha melarikan diri, akhirnya tersandung dan jatuh. Sosok hitam itu mendekatinya, dan kamera yang ia jatuhkan merekam detik-detik terakhirnya sebelum layar menjadi gelap.

Galih, yang kini sendirian, hanya bisa menatap dengan putus asa saat sosok hitam itu melingkupinya.

Hutan Giripati tidak pernah membiarkan siapa pun pergi.

1
そして私
numpang lewat, jangan lupa mampir di after book bang
Novita Ledo: Yups, bentar yah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!