NovelToon NovelToon
Guruku Adalah Pacarku

Guruku Adalah Pacarku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dikelilingi wanita cantik / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Teen Angst / Idola sekolah
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

GURUKU ADALAH CINTAKU, BIDADARI HATIKU, DAN CINTA PERTAMAKU.

******

"Anda mau kan jadi pacar saya?" Seorang pria muda berjongkok, menekuk satu kakinya ke belakang. Dia membawa sekuntum mawar, meraih tangan wanita di hadapannya.

Wanita itu, ehm Gurunya di sekolah hanya diam mematung, terkejut melihat pengungkapan cinta dari muridnya yang terkenal sebagai anak dari pemilik sekolah tempatnya bekerja, juga anak paling populer di sekolah dan di sukai banyak wanita. Pria di hadapannya ini adalah pria dingin, tidak punya teman dan pacar tapi tiba-tiba mengungkapkan cintanya ... sungguh mengejutkan.

"Saya suka sama anda, Bu. Anda mau kan menerima cinta saya?" lagi pria muda itu.

"Tapi saya gurumu, Kae. Saya sudah tua, apa kamu nggak malu punya pacar seperti saya?"

Sang pria pun berdiri, menatap tajam kearah wanita dewasa di hadapannya. "Apa perlu saya belikan anda satu buah pesawat agar anda menerima cinta saya? saya serius Bu, saya tidak main-main,"

"Tapi..."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 25. Calon Istri

"Yah, Bun, aku udah bilang berkali-kali sama kalian, aku nggak suka sama Daniel. Aku nggak mau nikah sama dia!" seru Tyas, suaranya tegas dan bercampur amarah. Ia sudah berulang kali menolak, menegaskan ketidaksukaannya pada Daniel, namun orang tuanya tetap tak mengindahkan.

Ayah Tyas terlihat geram, ia tahu Tyas pasti akan menolak, dan kali ini ia tak akan membiarkannya. Baginya, Tyas harus bersama Daniel.

"Nggak, Yas. Kamu harus pergi sama Daniel nanti. Dia bilang buat bakal datang dan ajak kamu menemui keluarganya. Kamu pergi ya, jangan nolak! ayah sama bunda bakal marah sama kamu kalo kamu nolak niat baik Daniel." ucap Ayah Tyas dengan nada tegas.

Bunda Tyas pun menambahkan, "Iya, kamu pergi aja nanti. Kasian, niatnya baik, dia pengen nikahin kamu. Oh iya, kemarin kamu kemana? kok sampe nggak pulang? katanya cuma mau bahas olimpiade," tanya Bunda Tyas, matanya tertuju pada Tyas.

Tyas menoleh sekilas ke arah Kaesang yang hanya menatap dingin dan tajam ke arah Ayah Tyas. Tyas tahu bahwa Kaesang pasti marah kepada ayahnya, tetapi apa yang bisa Tyas lakukan? Dia merasa terlalu lemah untuk menolak.

"Maaf, kemarin aku nginep di rumah ... ehm, Kaesang. Aku diskusiin soal olimpiade sampe lupa jam. Tau-tau udah mau jam sepuluh, Kaesang minta aku buat nginep, dia nggak tega biarin aku pulang jam segitu ...

Maafin Tyas ya Yah, Bun, maaf udah bikin kalian khawatir." ujar Tyas, suaranya sedikit terbata. Wajahnya memerah, matanya menunduk.

 

Kedua orang tua Tyas menoleh ke arah Kaesang, tatapan mereka tajam. "Beneran kemarin anak saya nginep di tempat kamu?" tanya ayah Tyas, suaranya terdengar tegas, sedikit menyelidik.

Kaesang mengangguk, raut wajahnya serius. "Iya, Om. Maaf, bukannya saya menahan Bu Tyas atau nggak ngebolehin beliau pulang. Cuma, rasanya nggak tega aja liat Bu Tyas pulang malam-malam begini. Maaf ya, ini salah saya," jawab Kaesang, suaranya lembut namun tetap sopan.

Ayah dan Bunda Tyas saling bertukar pandang, lalu kembali menatap Kaesang. Tatapan mereka seolah ingin memastikan kejujuran Kaesang. Kaesang pun sedikit mengernyitkan dahi, merasakan tatapan tajam itu.

"Baiklah, tidak masalah. Makasih sudah mengantarkan anak saya pulang." ujar Bunda Tyas, berusaha tersenyum.

Kaesang pun menoleh ke arah Tyas, lalu kembali menatap kedua orang tua Tyas.

"Kalau begitu saya pamit pulang dulu ya Om, Tante." Kaesang berdiri, diikuti Tyas dan orang tuanya yang juga beranjak dari tempat duduk.

"Ya, hati-hati di jalan, Nak. Terima kasih sudah mengantar Tyas pulang," ucap Ayah Tyas, suaranya masih tegas seperti sebelumnya. Kaesang mengangguk, lalu menoleh ke arah Tyas dan tersenyum tipis. Setelah itu, ia berpamitan dan melangkah keluar rumah.

Langkah Kaesang baru saja sampai di luar rumah, Tyas sudah menyusul keluar dan menghampiri Kaesang. Dia menarik lembut lengan Kaesang, membuat Kaesang menghentikan langkahnya dan berbalik. Tatapan mereka bertemu, sebuah senyum tipis terukir di bibir Tyas.

"Aku pulang, Dear. Kamu istirahat ya." ujar Kaesang singkat, sambil berbalik hendak menuju mobilnya. Namun, Tyas tak mau melepaskan genggaman tangannya di lengan Kaesang.

Tatapannya sendu, seakan menahan tangis yang ingin tumpah.

"Yang, kamu jangan khawatir ya, aku bakal tolak kok nanti. Aku nggak akan mau pergi sama dia. Aku nggak cinta sama dia, aku cintanya sama kamu. Kamu jangan marah ya, Sayang. Jangan marah sama aku," bisik Tyas, matanya menangkap kekecewaan dan amarah yang terpancar di wajah Kaesang.

Tatapan Kaesang dingin dan tajam, meski suaranya tenang. Tyas tahu, Kaesang pasti kecewa. Dia pun juga kecewa dengan orang tuanya yang memaksanya.

Kaesang berbalik, tangannya terangkat, mengusap pipi Tyas. Senyum tipis mengembang di bibirnya. "Siapa yang bilang aku marah sama kamu, Dear? aku nggak marah sama kamu. Aku ngerti kamu pasti nolak dan nggak nerima ajakannya. Yaudah kamu masuk gih, aku pulang dulu. Nanti aku hubungi kamu lagi." ujar Kaesang, menepuk lembut pipi Tyas.

Tyas mengangguk, melepaskan tangannya dari lengan Kaesang. "Hati-hati," pesan Tyas, melambaikan tangan saat Kaesang beranjak pergi.

Kaesang membalas lambaian tangan Tyas sebelum berlalu. Sesampainya di mobilnya, Kaesang membuka kaca jendela dan melambaikan tangan sekali lagi sebelum melajukan mobilnya pergi.

**********

Siang harinya, saat terik mentari sedang terasa menyengat, Kaesang kepikiran untuk menghubungi Tyas dan mengajaknya jalan-jalan. Namun, tiba-tiba pesan dari mamanya masuk, menyuruhnya pulang. Omnya, Daniel, ternyata datang ke rumah dan ingin membicarakan sesuatu yang penting.

Kaesang mengerutkan kening, tak percaya. Benarkah Daniel yang dimaksud Tyas adalah omnya? Dugaan itu langsung terbersit di benaknya. Dengan sedikit malas, dia pun memutuskan untuk pulang. "Apa tujuan om Daniel datang?" pikirnya. Tidak biasanya omnya pulang. Dia kan orang sibuk. Ehm, sok sibuk.

Kaesang mengenakan jaketnya dan keluar dari apartemen. Dia menuju basement dan segera menuju mobilnya. Tanpa banyak kata, Kaesang melajukan mobilnya keluar dari area apartemen, menuju rumahnya.

Di tengah perjalanan, ponselnya berdering. Namun, Kaesang mengabaikannya. Dia terus melajukan mobilnya hingga akhirnya memasuki gerbang rumahnya dan menghentikan mobil tepat di sebelah mobil papanya dan sebuah mobil asing yang sepertinya milik omnya.

"Hmm," 

Kaesang melangkah keluar dari mobil, jantungnya berdebar-debar tak menentu. Seolah ada yang menanti di balik pintu itu, sesuatu yang akan membuatnya terkejut. Dengan hati berdebar, ia mengetuk pintu.

Tak lama kemudian, pintu terbuka, memperlihatkan Zora dalam balutan gaun ungu selutut berlengan pendek. Rambutnya terurai indah, dan senyum manis terukir di wajahnya, menyambut kedatangan Kaesang.

"Kamu datang Kae? Ommu sudah menunggu di dalam bareng calonnya. Katanya dia mau ngomong sesuatu tapi nunggu kamu. Ayo masuk, Daniel sama calonnya lagi nunggu di ruang tamu bareng Papa." Zora berbalik hendak masuk, tapi Kaesang menahan tangannya.

"Calonnya?" tanya Kaesang, sedikit bingung.

Zora mengangguk, senyum tipis mengembang di bibirnya. "Om kamu bawa calon istrinya kesini. Dia mau nikah dan mau ngenalin calonnya sama kita. Cantik loh. Yuk masuk," ajaknya, menarik Kaesang masuk ke dalam.

Begitu melewati ambang pintu, mata Kaesang langsung terpaku pada ruang tamu. Di sana, duduk berdampingan Om Daniel dan seorang perempuan yang membuatnya terkesiap. Tyas. Kekasihnya.

Bagaimana bisa? Dan Om Daniel menyebutnya calon istri? Jadi, Daniel yang Tyas maksud selama ini memang benar-benar Omnya? Apakah saingannya sekarang adalah Omnya sendiri?

Kaesang terpaku di tempatnya, matanya tak berkedip menatap Tyas dan keluarganya yang tengah bercengkrama. Senyum tak tampak di wajah Tyas, dan sepertinya ia tak menyadari kehadiran Kaesang. Namun, satu hal yang membuat Kaesang terkejut: Tyas menerima ajakan Daniel untuk bertemu keluarganya.

"Shit! bisa-bisanya Daniel itu om Daniel!! Nggak mungkin! Nggak bisa! Tyas milik gue. Selamanya dia akan jadi milik gue!" gerutu Kaesang dalam hati.

Dia benar-benar tidak terima jika Daniel yang dimaksud Tyas adalah omnya. Terlebih lagi, omnya seenaknya mengatakan Tyas adalah calon istrinya. Kaesang terpaku di tempat, tak beranjak. Matanya menatap tajam ke arah Daniel yang sedang tertawa dan berbincang hangat dengan papanya.

"Kaesang udah Dateng Pa, Daniel." ujar Zora, sambil beranjak duduk di sofa di samping Indra, suaminya. Semua mata langsung tertuju pada Kaesang. Tyas menoleh, dan air mata menganak sungai di matanya.

Rasa bersalah menggerogoti hatinya. Ia ingin berlari ke arah Kaesang, memohon maaf karena telah membiarkan Daniel memperkenalkan dirinya sebagai istri.

Tyas menangis dalam hati. Kaesang berjalan mendekat, duduk di kursi yang berseberangan dengan orang tuanya dan omnya. Tatapannya dingin, tajam, menyapu semua orang, termasuk Tyas.

"Ada urusan apa, Om Daniel, datang ke sini?" tanya Kaesang, suaranya terdengar ketus. Jujur, dia sudah kesal setengah mati dengan kedatangan Omnya. Rasanya dia ingin langsung pergi dari rumah dan kembali ke apartemennya.

Zora berusaha mencairkan suasana. "Eh, Kae, kok ngomongnya gitu sih? Om kamu mau ngenalin calon istrinya sama kita. Dia guru kamu loh di sekolah. Namanya Tyas. Cantik kan? 

Tadi kami udah bicara-bicara, katanya minggu depan kamu mau ngikutin olimpiade ya? Kok kamu nggak ngomong sama mama?" Zora tersenyum hangat, menoleh ke arah Kaesang yang masih terpaku menatap Tyas. Tyas membalas tatapan Kaesang, matanya berkaca-kaca.

"Peduli apa Mama sama sekolahku?!" tanya Kaesang, tanpa menoleh atau menatap mamanya. Suaranya sedikit meninggi, "Mama sama papa selalu sibuk, nggak ada waktu buat aku. Jadi apa pentingnya aku buat ngasih tau semua itu ke kalian?" 

Melihat Kaesang mulai tak nyaman dan marah, Indra buru-buru mengalihkan topik. "Ehm, jadi Kamu mau nikah kapan? ini udah fiks kan, kamu mau nikah sama Bu Tyas?" tanya Indra kepada Daniel, sembari melirik ke arah mereka berdua.

Daniel terlihat antusias dan bahagia. Berbeda dengan Tyas yang terlihat sedih dan murung.

"Aku sih cinta banget sama Tyas. Pengen banget nikah sama dia. Orang tuanya juga udah setuju, cuma yang jadi masalahnya sekarang adalah Tyas sendiri. Sampai sekarang dia nolak aku terus. Bahkan buat ke sini aja aku harus mohon-mohon dulu." Kata Daniel kepada Indra.

Indra menoleh ke arah Tyas. "Apa yang kamu ragukan dari adik saya? Dia ganteng, pekerjaannya bagus, dan nggak jauh beda sama saya, di kantor juga. Umurnya juga pas. Kenapa kamu nolak dia? Dia cinta banget sama kamu, lho." Indra seperti ingin memaksa Tyas menerima cinta Daniel.

 

Tyas diam saja, matanya tak berkedip menatap Kaesang. Kaesang bangkit dari duduknya, berbalik hendak pergi. Namun, panggilan Papanya menghentikan langkahnya. Ia terpaku, tak berbalik.

"Kamu mau ke mana sih, Kae? Jangan pergi dulu lah, Daniel masih mau ngobrol-ngobrol sama kita. Kamu yang paling ditunggu di sini, lho!" seru Indra, berusaha menahan Kaesang.

Kaesang diam, wajahnya menegang, menahan amarah. "Aku nggak akan pernah merestui Om Daniel nikah sama Bu Tyas," gumamnya, tangannya mengepal erat dan rahangnya mengeras.

"Papa inget ya, kalau sampai Bu Tyas nikah sama Om Daniel, Papa jangan pernah berharap aku pulang lagi ke sini." Selesai berkata, Kaesang beranjak pergi, meninggalkan rumah dengan langkah cepat. Dia masuk ke mobilnya dan melaju pergi, kembali ke apartemennya.

"Kae, Kaesang! Tunggu!" teriak Indra, langkahnya terburu-buru mengejar Kaesang yang sudah sampai di depan pintu. Sayang, usahanya sia-sia. Kaesang sudah melajukan mobilnya, meninggalkan mereka di balik pintu yang terbanting tertutup.

Bersambung ...

1
Misnati Msn
Lanjut
◍•Grace Caroline•◍: makasih kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!