Setelah lima tahun memendam rasa cinta pada pria yang berstatus sebagai mantan kekasih kakaknya akhirnya membuat Amara memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria dingin bernama Aga.
Jawaban berupa penolakan yang keluar dari mulut Aga yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tak membuat Amara gentar untuk mengejar cinta Aga. Amara yakin jika suatu saat nanti ia bisa menggantikan sosok Naina di hati Aga.
Hingga beberapa waktu berlalu, Amara yang sudah lelah mengejar cinta Aga pun akhirnya memilih berhenti dan melupakan cintanya pada Aga.
Namun hal tak terduga terjadi, sikap Amara yang tak lagi mengejar dirinya membuat Aga mulai resah terlebih saat mendengar kabar jika Amara menjalin hubungan dengan pria lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian Kecil Aga
Jadwal pulang kantor telah tiba. Namun Aga belum juga menunjukkan tanda-tanda akan keluar dari dalam ruangan kerjanya. Amara yang sudah bersiap-siap untuk pulang pun memilih tetap duduk di kursi kerjanya sampai menunggu Aga keluar dari dalam ruangan kerjanya.
Hingga lima belas menit telah berlalu, Amara belum juga melihat Aga keluar dari dalam ruangan kerjanya. "Bagaimana ini. Sore ini aku harus mengantarkan Zel kembali ke rumah Kak Nai. Aku bisa kemalaman sampai di rumah Kak Nai jika seperti ini." Amara mulai resah. Ingin sekali ia mengetuk pintu ruangan kerja Aga dan menanyakan kapan pria itu pulang.
"Apa tidak masalah jika aku tanyakan saja? Aku takut Kak Aga berpikir aku semakin lancang setelah tadi menyatakan cinta kepadanya." Amara menimbang-nimbang.
Setelah mendapatkan pesan suara dari Zeline yang mempertanyakan kapan dirinya pulang, akhirnya Amara pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu ruangan kerja Aga.
Setelah beberapa kali mengetuk pintu ruangan kerja Aga, Amara belum juga mendapatkan sahutan dari dalam. "Tidak seperti biasanya. Ada apa dengan Kak Aga. Kenapa dia tidak menyahut dari dalam." Gumam Amara lalu kembali mencoba mengetuk pintu kamar.
Setelah yang kesekian kalinya mengetuk dan tak mendapatkan sahutan dari dalam juga, akhirnya Amara memberanikan diri membuka pintu ruangan kerja Aga. Dan betapa terkejutnya Amara melihat Aga tengah tertidur di kursi kerjanya.
"Astaga Kak Aga. Kenapa Kak Aga bisa ketiduran seperti itu." Gumam Amara.
Dengan memberanikan diri, Amara melangkah mendekat pada Aga. Tubuhnya mulai merasa gugup saat sebelah tangannya terangkat berniat memukul pelan lengan Aga untuk membangunkan Aga.
"Tuan Aga..." ucap Amara lembut dan hati-hati.
Tiga kali memanggil nama Aga, akhirnya Aga membuka kedua kelopak matanya. Jantung Amara berdebar-debar saat kedua mata Aga yang nampak merah menatap kedua bola matanya.
"Ada apa?" Tanya Aga dengan parau. Ia memperbaiki posisi duduknya hingga membuat Amara sontak menjauh darinya.
"Maafkan saya Tuan Aga. Saya hanya ingin membangunkan anda karena waktu pulang sudah tiba." Jawab Amara.
Aga sontak melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Astaga. Lalu kenapa kau belum pulang juga?" Tanya Aga.
"Karena saya menunggu Tuan Aga pulang dulu seperti biasanya."
Aga sedikit merasa bersalah karena sudah membuat Amara terlambat pulang karenanya.
"Sekarang pulanglah. Saya akan segera pulang." Ucap Aga.
Amara mengangguk seraya tersenyum. "Kalau begitu saya pulang dulu, Tuan." Pamitnya.
"Iya. Hati-hati di jalan." Jawab Aga seperti biasanya.
Amara semakin mengembangkan senyum mendengar jawaban Aga yang terdengar masih perhatian kepadanya. Kemudian ia melangkah meninggalkan ruangan kerja Aga sambil memegang dada dengan kedua tangannya.
"Apa ini cinta? Agh tentu saja ini cinta." Amara tertawa kecil menyadari kebodohannya dalam berpendapat.
Sementara Aga yang masih berada di dalam ruangan kerjanya pun menatap pintu yang sudah tertutup dengan tatapan tak terbaca.
Suara deringan panggilan telefon yang terdengar cukup keras mengalihkan tatapan Aga ke sumber suara. Dilihatnya nama pemanggil telefon adalah adik sepupunya yang tak lain adalah Daniel.
"Hallo Kak Aga. Bisakah malam ini Kakak datang ke rumahku untuk makan malam bersama. Kebetulan Paman dan Agatha sudah berada di rumahku saat ini tinggal menunggu kedatangan Kakak saja." Ucap Daniel.
Aga yang tidak memiliki kesibukan pun mengiyakan ajakan Daniel tanpa mengetahui jika bukan hanya ada keluarganya saja yang berada di rumah Daniel nanti malam tapi Amara juga.
***
buat author semangat nulis nya
mentang2 kaya sama suami berani apalagi sana anak2nya
Gak benar tuh punya pandangan seperti mama Tyas
Tapi mamamu materialistis tuh gimana coba. .
Semangat untuk berjuang bersama Sisil
Tapi mama Tyas pasti heboh melarang cinta mereka