NovelToon NovelToon
Ace Disciple

Ace Disciple

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Tamat / Mengubah Takdir / Fantasi Isekai / Pendamping Sakti
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

Seorang pemuda yatim piatu dan miskin yang tidak memiliki teman sama sekali, ingin merubah hidupnya. Buku warisan nenek nya menjawab tekadnya, 7 mentor atau guru yang berasal dari dunia lain yang jiwanya berada di dalam buku mengajari nya macam macam sampai dia menjadi orang yang serba bisa.

Kedatangan seorang gadis bar bar di hidupnya membuat dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada keluarganya dan membuat dirinya menjadi yatim-piatu. Ternyata, semuanya ulah sebuah sekte atau sindikat yang berniat menguasai dunia dari balik layar dan bukan berasal dari dunia nya.

Akhirnya dengan kemampuan baru nya, dia bertekad membalas dendam pada musuh yang menghancurkan keluarganya dan menorehkan luka di keningnya bersama gadis bar bar yang keluarganya juga menjadi korban sindikat itu dan tentu juga bersama ke tujuh gurunya yang mendampingi dirinya.

Genre : Fantasi, fiksi, action, drama, komedi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 4

Tanpa permisi, Bella langsung menyeruak masuk ke dalam, Evan yang melihatnya menjadi sedikit kesal, dia menutup pintunya dan berjalan penuh perjuangan ke dalam. Di ruang tengah, dia melihat Bella duduk di sofa tempat neneknya biasa duduk sambil menaikkan sebelah kaki dengan santai, tangannya masuk ke dalam tas dan menarik keluar sebungkus rokok.

“Klik,” “huffffff,” Bella menyalakan rokok nya dan menghembuskan asap nya, dia membuang abu rokoknya di asbak yang ada di meja dan sudah bertahun tahun berada di sana tanpa di pakai. Bella menoleh melihat Evan yang berdiri mematung,

“Lo kenapa ga masuk ?” tanyanya.

“Mantan laki lo pagi pagi udah nge hajar gue,” jawab Evan.

“Siapa ? Surya ?” tanya Bella.

“Emang siapa lagi,” jawab Evan kesal.

“Sori ya, semalem dia gue putusin gara gara ngajak gue begituan di rumah nya, udah tahu gue masih perawan, otaknya isinya selangkangan doang,” ujar Bella dengan cuek nya.

“Hah,” Evan kaget mendengar ucapan Bella karena banyak gosip tentang Bella di sekolah. Wajahnya memang cantik dan manis, tapi dia di gosipkan suka jalan dengan om om hanya demi uang saku dan menjajakan dirinya melalui streaming online. Evan duduk di sofa tepat di seberang Bella.

“Lo ngapain ke sini ? trus kok lo tau rumah gue ?” tanya Evan.

“Aduh gerah, bagi air dong, masa tamu ga lo suguhin sih,” jawab Bella sambil membuka dua kancing kemeja seragam nya.

Evan langsung menoleh ke arah lain karena melihat dua gundukan besar menyembul dari balik kemejanya karena kancingnya di buka. Bella menaruh rokoknya di asbak kemudian berdiri dan berjalan ke dapur Evan, dia mengambil gelas dan mengambil air dingin di kulkas seperti berada di rumah sendiri. Evan sedikit geram melihatnya, namun geramnya mendadak hilang karena Bella yang melihat tumpukan piring di tempat cuci piring mulai mencuci piringnya.

“Oi lo ngapain ?” tanya Evan.

“Lo tuh ya, piring lo biarinin begini, cuci napa, ga betah gue liat nya,” jawab Bella sambil mencuci piring.

Evan berdiri namun kakinya yang merasa berat dan langkahnya yang sudah teratur, membuatnya berjalan perlahan ke arah Bella,

“Udah lo duduk aja, kaki lo sakit kan ?” tanya Bella tanpa melihat nya.

“Ga lah, gue bantuin,” jawab Evan.

“Tadi si Surya mukul lo di bagian mana, abis ini gue cari dia,” ujar Bella.

“Dah ga usah, ntar malah lo kenapa napa lagi,” ujar Evan.

“Jah dia mana berani ama gue,” ujar Bella penuh percaya diri.

“Ya udah terserah lo lah, trus lo kerumah gue mau ngapain ?” tanya Evan.

“Mau ngembaliin ini,”

Bella mengambil gumpalan kertas dari kantung kemejanya yang menjadi sedikit basah karena tangannya basah. Dia memberikannya pada Evan yang melongo melihat gumpalan kertas itu, dia membukanya dan ternyata gumpalan kertas itu adalah catatan miliknya yang di robek oleh Bella kemarin,

“Lah catatan gue jadi kayak gini ?” tanya Evan.

“Sori gue kelupaan ambil dari kantong baju gue, lo salin lagi aja, gue bawa kok, gue pinjemin,” jawab Bella.

“Dah lah, ga usah ga apa apa, trus lo tau rumah gue dari siapa ?” tanya Evan.

“Dari pak Joko, tinggal kasih liat ini, langsung ngomong,” jawab Bella sambil berbalik kemudian menunduk dan menarik kemejanya memperlihatkan belahan buah dadanya.

“Ampun dah, gue jadi ragu ama omongan lo kalau lo masih perawan,” ujar Evan.

“Mau tes ? kalo lo boleh,” balas Bella melirik Evan.

“Hah...ga lah, gue percaya aja,” balas Evan.

“Lo kenapa tadi ? ga ada yang terluka parah kan ?” tanya Bella.

“Ga ada, ga apa apa,” jawab Evan singkat.

Setelah selesai mencuci piring, Bella kembali duduk membawa gelasnya dan menyalakan sebatang rokok lagi kemudian menghisap nya dengan santai seperti bapak bapak yang sedang rileks di rumahnya sendiri sambil makan singkong rebus dan minum kopi.

“Gue ngaso bentar ya di sini, males pulang,” ujar Bella.

“Ya udah, tapi ntar ada yang cemburu lagi ga, tau tau besok gue di hajar lagi kayak tadi pagi,” ujar Evan.

“Santai, sekarang gue kosong, udah cape juga punya cowo, pada minta begituan mulu, parah,” balas Bella.

“Ya elo nya kayak gitu,” ujar Evan dalam hati.

“Eh...kalo gue tinggal bareng lo di sini boleh ga ?” tanya Bella.

“Yang bener aja lo, kamar gue cuman satu, ini aja gue lagi mikir gimana bayar listrik bulan ini,” jawab Evan sewot.

“Santai aja kale, gue becanda doang, gue pulangnya ntar an ya,” ujar Bella.

“Ya udah, ntar kalo mau pulang rapetin aja, gue ke kamar dulu,” ujar Evan.

Dengan penuh perjuangan lagi, Evan melangkah masuk ke dalam kamarnya, setelah di dalam, dia kembali melanjutkan latihannya. Namun baru saja dia menyelesaikan satu putaran kamarnya, “klek,” pintu kamarnya di buka, Bella masuk dan melemparkan tasnya ke ranjangnya, kemudian “blugh,” dia melompat ke ranjangnya. Bella yang terlungkup di atas ranjangnya menoleh melihat dirinya,

“Lo ngapain ?” tanyanya sambil tersenyum.

“Ga ngapa ngapain, lo kenapa masuk ke kamar gue ?” tanya Evan.

“Numpang rebahan bentar ya, pala gue pusing, gue ga akan ganggu lo,” ujar Bella berbalik terlentang dan menaikkan sebelah lengannya menutupi matanya.

“Lah,” ujar Evan yang melihat Bella memperlakukan ranjangnya seperti ranjangnya sendiri. Evan menutup pintunya dan berjalan lagi meneruskan latihanya, tak lama kemudian “krr...krr,” terdengar dengkuran halus dari ranjang, dia menoleh melihat Bella sudah terlelap.

“Ampun deh nih cewe, gimana mantan mantannya ga minta begituan kalo kayak gini,” ujarnya dalam hati.

[Li Tian : hmm apa semua wanita di dunia mu seperti dia ?]

“Oh enggak kak, santai aja, dia spesies langka, dari seribu wanita cuman satu yang kayak dia,” balas Evan.

[Li Tian : hmm bukan sikap nya, tapi hatinya, dia kuat, sepertinya ke depannya kamu harus jaga dia.]

“Hah...maksudnya apa ?” tanya Evan.

[Li Tian : lihat saja nanti, teruskan latihan mu.]

Evan meneruskan latihannya tanpa memperdulikan Bella dan membiarkan Bella tidur di ranjangnya. Hari menjelang malam, Evan membangunkan Bella yang masih tertidur,

“Uhh...ntar ya, lima menit lagi,” ujar Bella berbalik.

“Ini udah mau malem Bel, lo ga mau pulang ?” tanya Evan.

“Gue nginep ya, jangan bilang enggak,” jawab Bella.

“Lah mana boleh, ntar kalo bokap nyokap lo nyariin gimana ?” tanya Evan.

“Alah ga bakal, lo mau makan apa, gue pesenin, gue masih ada saldo, besok gue balik, gue janji,” jawab Bella.

Evan menatap wajah Bella yang sedang mencari restoran di aplikasi ojek online nya dan berbaring di ranjang, dia baru menyadari kalau tatapan mata Bella ketika melihat smartphone nya nampak ada kesedihan yang terpancar di mata nya.

“Gue makan apa aja,” ujar Evan.

“Sip, bareng aja ya,” balas Bella.

Akhirnya malam itu Bella menginap dan tidur di kamarnya, Evan duduk di sofa yang berada di ruang tengah.

“Si Bella kenapa sih sebenernya, walau banyak gosip miring tentang dia, tapi banyak juga kan cowo yang deketin dia, trus kenapa dia ada di sini sekarang, gue bener bener ga habis pikir,” tanyanya dalam hati.

Karena tidak bisa tidur, Evan melanjutkan latihannya dengan berjalan mengelilingi ruang tengah, kemudian tengah malam dia keluar dari rumah dan berjalan memutari gang dengan bertelanjang kaki sambil terus berpikir. Keesokan paginya, setelah menumpang mandi dan meminjam handuk Evan, Bella bersiap berangkat ke sekolah,

“Lo ga mau masuk ?” tanya Bella.

“Enggak deh, gue masih ga enak badan, tolong bilangin aja ama bu Ratna,” ujar Evan.

“Ok, makasih ya, bye,” balas Bella yang langsung keluar dari rumahnya tanpa menoleh lagi.

Dengan langkah tertatih karena sekujur tubuhnya sakit semua, Evan berjalan masuk ke dalam kamarnya dan “blugh,” dia langsung merebahkan dirinya yang lelah di atas ranjangnya. “Sniff,” dia menghirup aroma berbeda di ranjangnya,

“Duh ranjang dan bantal gue jadi wangi si Bella, bodo amat lah, ganti sprei dan sarung bantal nya ntar aja kalau gue bangun, met tidur,” ujarnya dalam hati.

1
Stay Stronger
/Scream//Scream//Scream/
Amara❤️
good job
Mobs Jinsei: makasih kakak
total 1 replies
Anna
udah aku beri kopi
Mobs Jinsei: makasih ya kak
total 1 replies
marrydiana
semangat kak, mampir juga ya di cerit aku❤️
Dian
Lanjut thor semangat❤️
Dian
Semangat thor,💪🏻💪🏻ayo saling dukung mampir jg ke karya aku “two times one love”❤️
Mobs Jinsei: Sudah mampir ya kak, makasih support nya /Pray/
total 1 replies
Aulia Nur
good job 🔥
darryl gunawan
Luar biasa 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!