NovelToon NovelToon
Bangkitnya Lady Antagonis

Bangkitnya Lady Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Epik Petualangan / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Achaa19

Karin, seorang editor buku yang sibuk, terbangun dalam tubuh Lady Seraphina Ashbourne, seorang karakter antagonis dalam novel percintaan terkenal yang baru saja ia revisi. Dalam cerita asli, Seraphina adalah wanita sombong yang berakhir tragis setelah mencoba merebut perhatian Pangeran Leon dari tokoh utama, Lady Elara.

Berbekal pengetahuannya tentang plot novel, Karin bertekad menghindari takdir suram Seraphina dengan mengubah cara hidupnya. Ia menjauh dari istana, memutuskan untuk tinggal di pinggiran wilayah Ashbourne, dan mencoba menjalani kehidupan sederhana. Namun, perubahan sikapnya justru menarik perhatian banyak pihak:

Pangeran Leon, yang mulai meragukan perasaannya pada Elara, tiba-tiba tertarik dengan sisi "baru" Seraphina.

Duke Cedric Ravenshade, musuh terbesar keluarga Seraphina, yang curiga terhadap perubahan sifatnya, mendekatinya untuk menyelidiki.

Sementara itu, Lady Elara merasa posisinya terancam dan memulai rencana untuk menjatuhkan Seraphina sebelum hal-hal di

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achaa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Bab 17: Menemukan Kunci Kemenangan

Malam setelah pertemuan dengan Sihir Kegelapan, Leon dan Karin duduk di ruang pribadi mereka di istana, merencanakan langkah selanjutnya. Kehadiran Asteris, pemimpin kelompok tersebut, adalah ancaman nyata, dan dengan kekuatan mistisnya, kelompok ini tidak hanya memanfaatkan kekuatan fisik, tetapi juga mengendalikan pikiran dan hati orang-orang dengan cara yang tak terbayangkan sebelumnya.

"Kita harus menemukan cara untuk mengungkapkan kebohongan mereka," kata Karin, menatap peta kerajaan yang terbentang di depan mereka. "Namun, kita juga harus melindungi mereka yang masih bisa diselamatkan dari pengaruh mereka."

"Kita tahu banyak dari mereka adalah orang yang putus asa, mencari solusi cepat untuk masalah yang mereka hadapi," jawab Leon, suaranya penuh keyakinan. "Asteris memainkan perasaan mereka. Dia memberi mereka harapan palsu, dan itu harus dihentikan."

Leon memandang Karin dengan intensitas yang penuh rasa tanggung jawab. "Tapi kita juga tahu kita tidak bisa melawan kekuatan seperti itu hanya dengan menyerang langsung. Ada sesuatu lebih dalam yang mereka sembunyikan, dan kita harus menemukannya."

Karin mengangguk. "Aku setuju. Kita harus tahu lebih banyak tentang Asteris dan sumber kekuatannya. Jika kita bisa menghancurkan fondasi mereka, kita bisa mengakhiri ancaman ini sekali dan untuk selamanya."

"Itu akan sulit," Leon berkata dengan serius. "Mereka tidak akan membiarkan kita dengan mudah mengungkapkan kebenaran. Aku yakin mereka akan berusaha untuk menutup semua jalan yang mengarah pada mereka."

Namun, meskipun begitu, mereka tahu bahwa tidak ada pilihan lain selain melawan dengan segenap kekuatan dan kebijaksanaan yang mereka miliki.

Mencari Kunci Kekuatan Asteris

Beberapa hari kemudian, Leon dan Karin mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang Sihir Kegelapan. Mereka tahu bahwa Asteris tidak hanya mengandalkan kekuatan fisiknya, tetapi juga memiliki beberapa artefak mistis yang memberinya kendali atas pikiran dan perasaan orang lain. Beberapa petunjuk yang mereka temukan mengarah pada sebuah kuil kuno yang terletak jauh di utara kerajaan, di mana mereka yakin artefak-artefak itu disembunyikan.

Karin berbicara dengan beberapa penasihat yang memiliki pengetahuan tentang sejarah kerajaan dan kekuatan mistis. "Ada legenda tentang kuil tersebut," katanya. "Konon, itu adalah tempat di mana kekuatan gelap yang dapat mengendalikan pikiran dan jiwa orang terkumpul. Jika kita bisa menemukan kuil itu, kita mungkin bisa menghancurkan sumber kekuatan Asteris."

Leon merasa ragu, tetapi dia tahu ini adalah satu-satunya kesempatan untuk menghentikan kelompok itu. "Kita harus pergi. Kita tidak bisa membiarkan mereka terus menyebarkan kebohongan dan merusak hati rakyat kita."

Mereka mempersiapkan diri untuk perjalanan panjang itu, menyusun rencana untuk mencari kuil dan menghancurkan artefak-artefak yang memberikan kekuatan kepada Sihir Kegelapan.

Perjalanan ke Kuil Kuno

Perjalanan menuju utara bukanlah perjalanan yang mudah. Leon dan Karin harus melewati hutan lebat dan pegunungan tinggi yang jarang dijamah oleh orang. Namun, mereka tahu ini adalah jalan yang harus mereka tempuh. Dengan pasukan yang setia di belakang mereka, mereka menempuh perjalanan berhari-hari, melintasi medan berat dan menghadapi berbagai tantangan.

Saat mereka mendekati lokasi kuil, mereka merasakan kehadiran energi gelap yang kuat di sekitar mereka. Udara terasa tebal dan menekan, seolah-olah dunia ini sendiri berusaha menahan mereka. Namun, Leon dan Karin tidak gentar. Mereka tahu bahwa meskipun rintangan fisik mereka hadapi, mereka masih memiliki harapan—dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa dihancurkan oleh kekuatan kegelapan.

Di tengah malam yang sunyi, mereka akhirnya sampai di Kuil Kegelapan yang tersembunyi di balik lereng gunung. Kuil itu terbuat dari batu hitam, dan dikelilingi oleh patung-patung yang tampaknya menyimpan energi magis. Pintu kuil besar dan tertutup rapat, tapi mereka tahu itu adalah satu-satunya jalan untuk mengalahkan Asteris.

"Ini tempat yang menakutkan," Karin berkata, melihat ke sekeliling dengan waspada.

Leon mengangguk, tetapi matanya penuh tekad. "Kita harus masuk. Ini adalah satu-satunya cara untuk mematahkan kekuasaan mereka."

Dengan hati-hati, mereka memasuki kuil yang gelap, di mana aura kekuatan mistis semakin kuat. Mereka harus berhati-hati setiap langkahnya, karena mereka tahu bahwa Sihir Kegelapan pasti sudah mengetahui kedatangan mereka dan akan mengirimkan para pengikutnya untuk menghalangi.

Mengungkap Kekuatan Asteris

Setelah melalui berbagai rintangan, mereka akhirnya menemukan ruangan yang dipenuhi dengan artefak-artefak kuno. Di tengah ruangan, ada sebuah altar besar yang tampaknya menjadi pusat dari kekuatan mistis itu. Di atas altar tersebut terletak sebuah buku besar yang dilapisi dengan simbol-simbol gelap yang tidak mereka mengerti.

"Ini dia," kata Leon, suara rendah dan penuh ketegangan. "Ini adalah kunci untuk menghancurkan mereka."

Karin mendekat dan dengan hati-hati membuka buku itu. Apa yang mereka temukan di dalamnya adalah ritual yang bisa menghancurkan artefak-artefak dan memutuskan ikatan Asteris dengan kekuatan gelap yang selama ini digunakannya. Namun, untuk melakukannya, mereka harus menghadapi Asteris secara langsung.

"Kita tidak punya waktu," kata Karin. "Kita harus kembali ke kerajaan dan menghentikan mereka sebelum mereka melakukan langkah besar berikutnya."

Leon mengangguk, dan mereka pun bergegas keluar dari kuil, membawa buku itu bersama mereka sebagai satu-satunya alat yang bisa mengakhiri ancaman Sihir Kegelapan.

Malam semakin larut, dan Leon serta Karin berdiri di luar kuil, memandang batu hitam besar yang mencakar langit dengan aura gelapnya. Mereka telah mengalahkan penghalang fisik dan menemukan buku yang mengandung ritual untuk menghancurkan Sihir Kegelapan, tetapi beban yang ada di pundak mereka tak terasa lebih ringan. Meskipun mereka memiliki kunci untuk mengakhiri ancaman ini, mereka tahu bahwa perjalanan ini belum berakhir.

"Kita hampir sampai," kata Karin, suaranya penuh keyakinan namun diselimuti kecemasan. "Namun kita harus hati-hati. Asteris pasti sudah mengetahui kita ada di sini. Mereka akan mengirimkan pasukan untuk mencegah kita menggunakan ritual ini."

Leon mengangguk, matanya tak beralih dari kuil yang tersembunyi di kegelapan. "Asteris sudah bermain dengan api terlalu lama. Kali ini, dia tidak akan menang. Kita harus segera kembali dan memperingatkan seluruh kerajaan."

Namun, meski kata-kata Leon penuh semangat, dia tahu bahwa tantangan mereka lebih besar dari sekadar mengalahkan pasukan Sihir Kegelapan. Untuk mengalahkan Asteris, mereka harus mengungkapkan kebenaran yang lebih besar: bahwa kekuatan yang mereka tawarkan adalah ilusi yang akan mengorbankan banyak jiwa.

Dengan langkah hati-hati, mereka meninggalkan kuil, membawa buku yang berisi ritual dan strategi yang dapat menghancurkan artefak-artefak kekuatan Asteris. Namun, begitu mereka memasuki hutan yang mengarah ke kerajaan, mereka segera disambut oleh kelompok besar pengikut Sihir Kegelapan, yang telah mengetahui keberadaan mereka.

Bertarung Melawan Kegelapan

Tanpa ampun, pasukan Sihir Kegelapan menyerang. Mereka adalah prajurit-prajurit yang terlatih dengan kekuatan sihir gelap, membuat setiap serangan mereka lebih mematikan daripada yang dapat diprediksi oleh Leon dan Karin. Namun, meski dikelilingi, Leon dan Karin tetap bertahan.

"Kita harus bertahan! Jangan biarkan mereka merampas buku ini!" seru Leon, sambil menghunus pedangnya.

Karin, yang telah melatih diri dengan berbagai teknik bertarung, melawan dengan keahlian yang luar biasa. Sihir gelap yang digunakan oleh pasukan lawan tidak dapat mengalahkan keterampilan dan keberanian yang dimiliki oleh Karin. Dia dengan cepat menghindari serangan demi serangan, menghantam musuh dengan kekuatan yang tak terduga.

Namun, meski mereka berhasil menahan serangan pertama, Asteris tahu mereka tidak bisa dibiarkan melarikan diri begitu saja. Dengan kekuatan penuh, dia muncul di hadapan mereka. "Kalian terlalu naif," Asteris berkata dengan senyum sinis. "Kalian pikir kalian bisa menghentikan kami? Kami adalah masa depan, dan kalian hanyalah bayangan yang akan segera hilang."

Leon dan Karin menatap Asteris dengan hati-hati. Meskipun mereka tahu Asteris lebih kuat, mereka juga tahu bahwa ini adalah saat yang menentukan. "Kami tidak akan membiarkanmu menghancurkan semuanya," jawab Leon dengan tegas.

Asteris mengangkat tangan, memanggil kekuatan kegelapan yang menyelimuti sekeliling mereka. Angin gelap berputar di sekitar mereka, membuat tanah di bawah kaki mereka retak dan memancarkan aura yang menekan jiwa. "Ini adalah akhir bagi kalian. Aku akan menunjukkan pada kalian mengapa kekuasaan gelap adalah yang tertinggi."

Namun, Karin yang cerdik, dengan cepat mengenali kelemahan dalam cara Asteris menggunakan kekuatannya. "Leon, fokuskan energimu untuk melawan ilusi ini!" teriaknya. "Jangan biarkan dia mengendalikan pikiranmu!"

Leon mengangguk, lalu menutup matanya sejenak untuk mengendalikan perasaan dan pikirannya. "Kita tidak bisa melawan kegelapan dengan kekuatan yang sama," katanya, suara rendah namun penuh keyakinan. "Kita harus menemukan cahaya di tengah kegelapan ini."

Dia memanggil energi dari dalam dirinya, memusatkan kekuatan dalam pedangnya. Sinar terang memancar dari ujung pedangnya, memotong melalui kegelapan yang mengelilingi mereka. Sinar itu mengusir bayangan dan ilusi yang diciptakan oleh Asteris, mencerahkan jalan menuju kebenaran.

Asteris terkejut. "Apa ini?" katanya, tidak percaya.

"Kekuatan kami tidak berasal dari gelapnya dunia ini," jawab Karin dengan penuh semangat. "Kami berjuang untuk kebenaran dan untuk mereka yang telah dirampas oleh kekuasaanmu."

Melihat tekad mereka yang tak tergoyahkan, Asteris merasa kemarahannya membara. Dia memanggil kekuatan gelap terakhir yang dia simpan, namun Leon dan Karin sudah siap. Dengan cepat, mereka menggunakan buku yang mereka temukan di kuil kuno untuk memutuskan sambungan antara Asteris dan kekuatan gelap yang mendalam.

"Ritual ini akan mengakhiri kekuasaanmu!" seru Leon.

Dengan kekuatan gabungan mereka, mereka mengucapkan mantra dalam buku itu, dan seketika itu juga, energi gelap yang menyelimuti Asteris menghilang. Kekuatannya mulai pudar, dan wajahnya berubah menjadi ekspresi kebingungan dan ketakutan.

"Tidak... Tidak mungkin..." Asteris berseru, terjatuh ke tanah saat kekuatan gelap yang sebelumnya ia kendalikan hancur.

Momen Kemenangan dan Pengorbanan

Setelah pertempuran sengit, Asteris jatuh ke tanah, kekuatannya hilang. Sihir Kegelapan mulai runtuh, dan pasukan pengikutnya mundur, menyadari bahwa pemimpin mereka telah kalah. Rakyat yang sebelumnya terpengaruh oleh ilusi mereka mulai membuka mata, merasa terbebas dari belenggu sihir yang telah menguasai mereka.

Leon dan Karin berdiri di tengah kehancuran itu, napas mereka terengah-engah, namun wajah mereka penuh dengan kepuasan. "Ini belum berakhir," kata Leon, meskipun mereka tahu pertempuran fisik sudah selesai. "Namun, kita telah menyingkirkan ancaman yang nyata."

Karin menatapnya dengan senyum lembut. "Kami telah menunjukkan kepada mereka bahwa harapan sejati tak datang dari kekuasaan gelap, tetapi dari tekad dan keberanian."

Namun, meski kemenangan ini manis, mereka tahu masih banyak yang harus dilakukan untuk memulihkan kedamaian di kerajaan. Asteris mungkin telah jatuh, tetapi efek dari Sihir Kegelapan masih terasa di hati rakyat mereka. Leon dan Karin berjanji untuk mengembalikan kerajaan mereka ke jalan yang benar, dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya.

1
Aster
Kenapa semua orang takut pada pilihan karin?, Seakan-akan mereka sudah tau masa depan, dan takut Karin mengubah nya?
Aster
Dia tiba-tiba berubah, siapa yg tidak penasaran, hemmm
Aisyah Suyuti
menarik
Frando Wijaya
entah knp gw jd alergi denger kta takdir....
Frando Wijaya
cih 😒....gw dh duga bkl terjadi yg sgt menjengkelkan
Frando Wijaya
HA! seakan2 Tau masa dpn apa yg bch ini lht.... bner2 konyol....segituny ingin antagonist jd boneka? HA! bner2 bch krg ajar tdk Tau malu
dea febriani: ijin promosi cerita silhoute of love
total 1 replies
Frando Wijaya
....... mencurigakn 😒😒😒
Frando Wijaya
ini jls2 ada seseorang yg awasi antagonist harus di takdirkn hidup antagonist
Frando Wijaya
gk heran putri kandung sendiri saat mati gk sedih....heh 😏....sampah bht
Frando Wijaya
semua berawal keslhan bpk antagonist sialan itu...yg sdh biarkn anakny mati gara2 Dia
Cha Sumuk
MC ceweknya kurg cerdas jg lemah
Achaa19
bagus
Hikam Sairi
mulai baca
Retno Isma
semangat nulisnya thorrr....💪💪💪💪
Rahman Hayati
masih lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!