Gadis suci harus ternoda karena suatu keadaan yang membuat dia rela melakukan hal tersebut. Dia butuh dukungan dan perhatian orang sekitarnya sehingga melakukan hal diluar batas.
Penasaran dengan ceritanya, simak dan baca novel Hani_Hany, dukung terus yaa jangan lupa like! ♡♡♡♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Kecelakaan pun terjadi, Zulfa merasakan seperti mimpi ditemui oleh banyak orang tetapi tidak ada yang mau menolongnya. Benturan keras terjadi dikeningnya, dan dia tertindis oleh kursi kemudinya.
"Zain." panggil sang ibu terbata. Ibu Rianti mendapatkan telfon dari nomot tidak dikenal ternyata dari kepolisian jika menantu kedua Wijaya mengalami kecelakaan parah. Ibu Rianti menangis di kamar, saat menerima telfon ibu memang di kamar. Sekarang rasanya sangat lemah untuk melangkah memanggil sang anak.
"Ibu, ada apa?" tidak sengaja Zainal mendengar suara terikan ibunya dari dalam kamar. Zainal melihat ibunya menangis tersedu.
"Mana Zain nak?" tanya ibu terbata masih menangis.
"Zain di kamar bu." jawabnya. "Imah, tolong panggil Zain." Imah atau Ni'mah mengangguk saja kemudian menuju kamar Zain untuk memanggilnya.
Setelah Zain tiba di kamar sang ibu, Ibu Rianti memeluk anak bungsunya. "Zulfa Zain, ayo kita ke rumah sakit." ucap ibu terbata sambil mengajak anaknya berdiri.
Inal atau Zainal ke luar kamar untuk menghubungi anggotanya untuk menyelidiki apa yang terjadi di rumah sakit. Selang beberapa menit Inal mendapat info jika iparnya mengalami kecelakaan dan sekarang berada di rumah sakit Wahid.
"Ayo Zain. Kamu kenapa lamban sekali." geram sang ibu memanggil anak bungsunya itu. Zain bangkit dan mengekor dibelakang ibu Rianti. Dia memang menyayangi Zulfa seperti putrinya sendiri karena Zulfa anak dari sahabatnya sejak lama hanya Zain jarang bertemu Zulfa.
Setibanya di rumah sakit Zain dan Ibu Rianti menuju ruang UGD.
"Maaf, saya ibu mertua Zulfa, bagaimana keadaannya sus?" tanya ibu Rianti khawatir karena dia melihat kedua orang tua Zulfa menangis tersedu.
"Maaf bu, Ibu Zulfa sudah mendahului kita. Saya permisi." jawab suster tersebut ramah. Ibu Rianti membekap mulutnya, belum cukup 1 tahun pernikahan Zain ternyata Zulfa harus meninggalkannya.
"Zain." panggil ibu Rianti lirih kemudian memeluk sang anak.
"Sabar bu." ucap Zain pelan, dia peluk ibunya erat. Dia tidak menyangka ternyata pertengkaran mereka membawa maut. "Maaf kan aku Zulfa." batin Zain. Ada rasa sesal dalam hatinya, dia mengingat Zulfa ingin pernikahan mereka diperbaiki tapi Zain tetap cuek. Selain itu, ada sedikit harapan yang tertanam karena dengan begitu dia akan mencari Diana.
"Kamu gak sedih Zain?" tanya ibu heran, tidak ada wajah sedih apalagi menangis pada diri Zain, seolah semua baik² saja.
"Sedih tentu bu, Zulfa juga isteri Zain." jawabnya enteng. "Sudah bu, kita temui orang tua Zulfa sebelum mengurus jenazah Zulfa." ucapan Zain ada benarnya, pikir ibu.
"Maaf kan Zain Yah, Bu." Zain menjabat tangan mertuanya dengan mengucapkan kata maaf. "Maaf, Zain tidak bisa menjaga Zulfa." sesalnya.
"Ini semua sudah takdir nak, meski berat kita harus bisa menerimanya." jawab Ayah Zulfa bijak seraya menepuk punggung Zain pelan. Di belakang sama ada Inal dan Imah, mereka baru datang. Mereka menyata kedua mertua sang adik.
"Biar kami yang urus administrasinya." tawar Inal ramah mengajak Imah keluar. Imah hanya menurut saja karena pada dasarnya dia wanita penurut.
"Semua salah kamu Zain." setelah lama cukup diam, ibu Zahra bersuara. "Kamu gak mencintai Zulfa kan? Semua salah kamu!" ucap ibu Zahra menyalahkan menantunya. Dia pikir Zain bisa membahagiakan Zulfa anak satu²nya tapi ternyata anaknya malah pergi selamanya. Ibu mana yang tidak terpukul!
"Maaf kan Zain bu." ucap Zain pada mertuanya.
"Sudah lah Zain, semua bukan salah kamu. Benar kata Rio, semua sudah takdir dari Tuhan." bela sang ibu.