Mika, seorang wanita yang dulunya gemuk dan tidak percaya diri, sering menjadi korban bullying oleh geng wanita populer di SMA. Dihina karena penampilannya, ia pernah dipermalukan di depan seluruh sekolah, terutama oleh Dara, ketua geng yang kini telah menikah dengan pria idaman Mika, Antony. Setelah melakukan transformasi fisik yang dramatis, Mika kembali ke kota asalnya sebagai sosok baru, sukses dan penuh percaya diri, tapi di dalam dirinya, dendam lama masih membara. Kini Mika bertekad untuk menghancurkan hidup Dara, gengnya, dan merebut kembali Antony, cinta masa lalunya, dengan cara yang jauh lebih kejam dan cerdas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berjanji
Di rumahnya, Raka termenung dengan ekspresi serius, pikirannya dipenuhi berbagai asumsi tentang Mika dan pria yang tengah dekat dengannya. Ingatannya kembali ke pertemuan beberapa waktu lalu ketika dia melihat Mika mengenakan pakaian yang menurutnya tidak pantas—penampilan yang sangat berbeda dari sosok Mika yang dulu ia kenal saat masih sekolah. Raka menghela napas panjang, merasa ada jarak yang semakin lebar antara dirinya dan Mika yang sekarang.
“Kamu berubah, Mika… terlalu jauh,” gumam Raka pada dirinya sendiri, seolah berbicara pada bayangan Mika yang hadir dalam ingatannya. Kecemasannya bercampur dengan rasa penasaran, membuatnya tak tenang. Sebenarnya, apa yang sedang Mika lakukan? Siapa pria itu?
Pikirannya tak kunjung tenang, dan keinginan untuk melindungi Mika terus mengusik hatinya. Tanpa sadar, Raka memeriksa ponselnya, melihat pesan terakhir dari Mela. Walau tidak ada foto, keterangan dari Mela cukup membuatnya semakin curiga. “Pria kaya, tampan… apa maksudnya semua ini?”
***
Di sisi lain, Dara dan Antony tiba di rumah mereka hampir bersamaan. Keduanya terdiam sejenak, saling bertatapan ketika Antony turun dari mobil dan Dara keluar dari taksi. Namun sebelum sempat melangkah masuk, mereka disambut oleh Oma Ambar yang berdiri di teras dengan ekspresi penuh kemarahan.
“Untuk apa kalian pulang?” suara Oma Ambar menggema di tengah suasana tegang, tatapannya tajam menembus Antony dan Dara.
Antony terkejut mendapati ibunya di sana. “Ibu, sejak kapan ibu ada di sini?” tanyanya, sedikit bingung sekaligus khawatir. Dara pun sama terkejutnya, tak menyangka akan bertemu dengan Oma Ambar dalam keadaan seperti ini.
Oma Ambar menyilangkan tangan di dada, tak beranjak sedikit pun dari posisinya. “Sejak kapan, tidak penting! Yang penting adalah apa yang kalian pikirkan, meninggalkan Alea sendirian di rumah seperti ini?”
Antony dan Dara saling bertukar pandang, sadar bahwa mereka mungkin telah membuat kesalahan. Antony mencoba mendekati ibunya. “Bu, maafkan kami. Ini… hanya salah paham. Kami tidak bermaksud meninggalkan Alea begitu saja.”
Oma Ambar menggelengkan kepala, menatap mereka dengan kecewa. “Salah paham? Alea sendirian, menangis mencari ibunya. Apa kalian pikir urusan kalian di luar sana lebih penting daripada putri kalian?”
Dara mencoba berbicara, merasa bersalah. “Maafkan aku, Bu… aku hanya—aku hanya butuh waktu untuk menenangkan diri,” ucapnya dengan nada rendah. Namun, Oma Ambar tidak tergerak. Amarah di matanya masih belum surut.
Oma Ambar menatap Dara dengan penuh kekecewaan. “Kamu tahu, Dara? Kamu itu cuma ibu rumah tangga. Kamu nggak kerja, nggak ngapa-ngapain juga di rumah, padahal sudah disediakan pembantu. Tugasmu itu cuma satu—urus Alea dengan baik. Kalau kamu nggak bisa jadi ibu yang baik buat Alea, biar Ibu saja yang urus dia. Kamu benar-benar nggak berguna, Dara. Cuma bisa menghabiskan uang Antony saja.”
Dara tercengang mendengar perkataan Oma Ambar. Kata-kata tajam itu menusuk, membuatnya terdiam dalam perasaan bersalah yang mendalam, tapi juga ada perasaan terluka.
“Ibu… saya memang bukan ibu yang sempurna, tapi saya… saya sayang sama Alea,” jawab Dara lirih, berusaha menahan air matanya yang mulai menggenang.
Oma Ambar mendengus. “Sayang? Kalau sayang, mana buktinya? Kamu pergi semalam tanpa memberi tahu siapa pun. Alea menangis, mencari-cari ibunya. Di mana kamu? Apa menurutmu ini tanggung jawab seorang ibu?”
Antony yang mendengar percakapan itu dari ruang tamu, merasa konflik semakin memanas. Ia berjalan mendekat dan menengahi. “Bu, sudah cukup. Dara sudah berusaha sebaik mungkin.”
“Sebaik mungkin?” Oma Ambar menatap Antony, tidak percaya. “Anakmu hampir seharian sendirian di rumah, Antony. Apa itu yang kalian sebut ‘sebaik mungkin’? Kalian berdua harus berubah kalau tidak ingin Alea yang menderita!”
Dara yang terluka mendengar kata-kata tajam dari Oma Ambar langsung berlari ke kamarnya, menutup pintu dengan emosi yang meluap. Dari ruang tamu, Oma Ambar masih terdengar bergumam, “Mantu macam apa itu? Ibu belum selesai bicara!”
Antony mencoba menenangkan situasi. “Bu, tolong maafkan kami. Dara hanya sedang… sedang tidak baik.” Tanpa menunggu jawaban, Antony bergegas menyusul Dara ke kamar, hatinya dipenuhi rasa bersalah.
Saat memasuki kamar, Antony melihat Dara terduduk di tepi ranjang, memandang ke arah jendela dengan wajah penuh kekecewaan dan luka. Ia mendekat pelan, mencoba menawarkan simpati. “Dar, kamu baik-baik saja?”
Dara menoleh, dan dalam sorot matanya ada kemarahan yang tertahan. “Antony, kenapa kamu ninggalin Alea sendirian hari ini? Kamu tahu aku nggak ada di rumah semalam, karena aku kecewa. Tapi kenapa kamu nggak berusaha ngehubungi aku sama sekali? Apa kamu udah nggak peduli sama aku?”
Antony menarik napas panjang, mencoba menjelaskan. “Dara, aku benar-benar menyesal. Aku kira kamu butuh waktu sendiri, jadi aku pikir biar Alea di rumah dengan Dewi dan… dan aku memang banyak pekerjaan hari ini, aku tadi menemani klien untuk olahraga.
Dara memandang Antony dengan tatapan penuh luka. "Apa pekerjaan lebih penting daripada aku dan Alea?" tanyanya dengan suara yang bergetar, jelas sekali menahan emosi yang sudah terlalu lama terpendam. Antony terdiam sejenak, merasa bersalah, lalu perlahan mendekati Dara dan menggenggam tangannya dengan lembut.
"Dara," ujarnya dengan suara rendah, penuh penyesalan. "Tidak ada yang lebih penting daripada kamu dan Alea. Aku mungkin membuatmu merasa sebaliknya, dan aku sangat menyesal untuk itu."
Dara menghela napas panjang, namun tatapan matanya masih belum sepenuhnya melunak. "Tapi kenyataannya kamu terus mengutamakan pekerjaanmu, Tony. Kamu jarang ada untuk Alea, dan… kamu juga sering nggak ada buat aku. Aku nggak tahu lagi, ini pernikahan atau hanya aku yang berusaha sendiri?"
Antony mengangguk, mengakui kesalahan tanpa membantah. “Aku paham, Dar. Dan aku tahu kata-kata ini mungkin terdengar klise, tapi aku benar-benar ingin memperbaikinya. Aku tahu aku nggak bisa terus menyalahkan pekerjaan. Aku janji akan lebih hadir buat kalian.”
Dara masih menatapnya ragu, tapi Antony perlahan mengangkat tangannya, menyentuh wajah Dara dengan lembut. "Aku tahu aku belum jadi suami dan ayah yang baik, tapi beri aku kesempatan untuk berubah. Demi Alea dan demi kita."
Dara menghela napas, merasakan perlahan sikap lembut Antony mulai meluluhkan hatinya. “Antony, kamu selalu tahu bagaimana bicara manis, tapi aku ingin lihat perubahan yang nyata,” ujarnya lirih. “Aku nggak minta banyak… aku cuma mau kamu ada buat kami, hadir bukan cuma fisik, tapi benar-benar ada.”
Antony mengangguk tegas. “Aku janji, Dar. Aku akan buktikan kalau aku serius.” Ia mendekap Dara dengan lembut, mencoba merasakan kembali kehangatan yang dulu mereka miliki.
Mereka tenggelam dalam keheningan, seolah masing-masing merenungkan harapan baru yang perlahan muncul. Lalu, terdengar suara langkah kecil Alea yang mengintip dari balik pintu, matanya yang polos memandang kedua orang tuanya dengan rasa penasaran.
“Mama, Papa, kalian lagi pelukan, ya?” tanyanya dengan senyum kecil di wajahnya.
Dara dan Antony tersenyum, melepaskan pelukan mereka untuk mengajak Alea bergabung. “Iya, sayang, Mama dan Papa sedang berbaikan,” jawab Antony sambil mengangkat Alea ke pangkuannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Guys izin promosi Novelku yang berjudul "Antara Dua Sisi"
Sinopsis : Libelle Talitha, atau Belle, adalah gadis 17 tahun yang hidup di tengah kemewahan sekolah elit di Inggris. Namun, di balik kehidupannya yang tampak sempurna, tersembunyi rahasia kelam: Belle adalah anak dari istri kedua seorang pria terpandang di Indonesia, dan keberadaannya disembunyikan dari publik. Ayahnya memisahkannya dari keluarga pertamanya yang bahagia dan dihormati, membuat Belle dan ibunya hidup dalam bayang-bayang. Dikirim ke luar negeri bukan untuk pendidikan, tetapi untuk menjauh dari konflik keluarga, Belle terperangkap di antara dua dunia. Kini, ia harus memilih: terus hidup tersembunyi atau memperjuangkan haknya untuk diakui.
mampir juga dikaryaku ya kak jika berkenan/Smile//Pray/