Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.
Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.
Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.
Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Bryan keluar dari kamar hotel dengan pakaian casual. Celana jeans biru dipadukan dengan kemeja warna putih terlihat sangat cocok di tubuh atletisnya. Bryan kedapatan melirik ke pintu kamar Annelise setelah menutup pintu kamarnya sendiri. Raut wajah Bryan berubah kesal, dia kesal karna keinginannya ditolak Annelise berkali-kali. Kalau saja Annelise bersedia menyetujui keinginannya, mungkin Bryan tidak akan sepusing ini mencari wanita diluar sana yang bisa dijadikan bahan eksperimennya.
Sebenarnya dengan uang dan kekuasaan yang Bryan miliki, dia bisa mendapatkan wanita manapun yang diinginkan untuk ditawari kerja sama. Namun Bryan cukup selektif dan sulit percaya pada orang asing. Dia punya tingkat kewaspadaan yang tinggi. Jadi tidak akan sembarangan mengajak wanita asing dekat-dekat dengannya. Tapi Annelise jadi pengecualian, karna sekretaris barunya itu sudah lama bergabung di perusahaan Daddynya, walaupun dia baru dipertemukan lagi dengan Annelise sejak dua bulan terakhir. Paling tidak Annelise memiliki latar belakang karir yang bagus. Saat di bangku SMA, Annelise juga bukan siswi yang bermasalah.
Sekitar 2 menit mematung di depan pintu kamarnya sambil memandangi pintu kamar Annelise, Bryan akhirnya beranjak dari sana setelah sempat berdecak kesal. Dia geram sendiri, uring-uringan karna baru pertama kali ada orang yang berani menolak keinginannya.
Bryan melajukan mobilnya menuju club malam. Hanya menempuh jarak sekitar 2l3 kilo meter, dia sudah sampai di club terbesar yang cukup populer di sana. Dengan view lautan yang terbentang luas menjadikan club itu paling diminati kalangan anak milenial.
Begitu sampai, Bryan segera menghampiri salah satu meja. Di sana ada beberapa temannya yang sudah datang sejak tadi. Mereka cukup tau karakter Bryan, pria itu paling tidak suka menunggu. Jadi mereka inisiatif untuk datang sebelum Bryan sampai.
Bryan langsung bergabung dan duduk di sofa. Keempat pria yang memiliki wajah tampan itu sempat berbasa-basi sebentar, sekedar bertanya kabar dan bertanya perkembangan perusahaan masing-masing. Circle pertemanan Bryan memang pengusaha muda dari berbagai penjuru.
"Bos besar yang satu ini sangat sibuk sampai lupa punya temen." Seloroh Luky.
"Tidak usah jauh-jauh, cara menikmati hidup saja tidak bisa. Lihat, sudah sesukses ini saja belum punya pasangan sampai sekarang. Padahal tinggal tunjuk, mau yang bodynya kata gitar Spanyol atau model-model ternama juga bisa dia gaet." Sander menimpali dengan kekehan kecil.
"Akibat kebanyakan pandang-pandangan sama laptop, jadi lupa caranya ngobrol dan pendekatan sama cewek." Balas Regan tak mau ketinggalan mengejek Bryan.
Yang di bicarakan malah memasang wajah datar sembari menyesap rokok.Pandangan Bryan lurus ke depan, menatap kerumunan yang sedang asik berjoget menikmati musik.
"Carikan wanita muda yang masih virgin. Usianya di atas 20 tahun dan dibawah 2 tahun." Ucap Bryan tiba-tiba.
Ketiga temannya mendadak syok. Bryan diam-diam begitu ternyata suhu. Mainnya mau langsung dengan perempuan yang masih virgin. Padahal kalau sekedar ingin nakal dan merasakan se ks, Bryan bisa menyewa wanita mal yang sudah berpengalaman.
"Kamu serius.? Mau cari partner ranjang atau istri.?" Tanya Sander. Kalau sekedar partner ranjang, rasanya tidak perlu mencari yang virgin. Karna akan lebih berkesan dengan sudah berpengalaman. Seperti yang dulu pernah Sander lakukan pertama kali.
"Kalau aku bilang mau cari istri, apa kamu percaya.?!" Sahut Bryan ketus.
Sander menggeleng, begitupun Luky dan Regan yang ikut menggelengkan kepala. Mereka tau kalau Bryan menganggap wanita adalah makhluk paling merepotkan, jadi sudah pasti tidak ada pikiran untuk berkomitmen, apalagi hidup bersama seumur hidup.
"Susah kalau cari yang virgin umur segitu. Kalau mau sama anak sekolahan aja. Nanti aku cari, spesial buat Pak Bos Bryan." Ujar Regan yang ikut menimpali. Luky dan Sander juga setuju dengan perkataan Regan.
Bryan terdiam dan tampak sedang mempertimbangkan saran dari Regan. Tapi setelah di pikir-pikir, dia hanya akan mendapat masalah kalau partnernya masih bocah ingusan. Daripada menyusahkan diri karna berurusan dengan bocah ABG, lebih baik memaksa Annelise saja yang sudah pasti.
"Lusa aku kembali ke Jakarta, paling tidak besok malam sudah dapat." Ujar Bryan pada luky.
Pikiran Bryan mungkin sudah buntu, karna baru kali ini dia memiliki ketakutan yang berlebihan pada dirinya sendiri. Walaupun tidak pernah memiliki bayangan untuk menikah, setidaknya Bryan ingin memastikan kalau dia pria normal. Bukan pria penyuka batang. Itu sebabnya dia ingin melakukan kontak fisik dengan wanita. Yang Bryan tau, pria normal tidak bisa menahan diri kalau sedang berduaan dengan lawan jenis.
"Beres, kamu tenang saja." Jawab Luky menyanggupi.
Keempat pria itu kemudian menikmati suasana malam di club dengan minum dan merokok.
Sementara itu, ada yang sedang ketakutan di kamar hotelnya. Sudah tiga kali Annelise mendengar pintu kamarnya di ketuk. Awalnya Annelise mengira kalau Bryan ataupun petugas hotel yang datang, tapi saat membuka pintu, di luar kamarnya tidak ada siapapun. Koridor di depan kamarnya benar-benar sepi tanpa satupun ada yang lewat. Sontak saja Annelise ketakutan dan buru-buru mengunci pintunya. Tapi tak berselang lama, kembali terdengar ketukan pintu sampai ketiga kalinya.
Di balik selimut tebalnya, Annelise sedang bersembunyi karna ketakutan. Dia tangannya ada ponsel yang di genggam sejak tadi. Annelise di lema, dia beberapa kali sempat ingin menghubungi Bryan untuk memastikan situsnya tidak berbahaya. Tapi Annelise khawatir mengganggu waktu istirahat Bosnya karna sekarang sudah pukul setengah sebelas. Mau menghubungi petugas hotel juga tidak berani karna dia hanya seorang diri di kamar. Kalau petugas hotelnya laki-laki, Annelise justru takut terjadi sesuatu.
Tokk,, tokk,, tokk,,
Suara ketukan pintu itu kembali terdengar, kali ini lebih kencang dari sebelumnya. Annelise semakin panik, sampai akhirnya nekat menghubungi Bryan dengan menelponnya.
Di atas meja, ponsel Bryan berdering dan menyala. Nama Annelise tertera di sana. Semua orang langsung mengerutkan keningnya setelah membaca nama kontak yang muncul di layar ponsel Bryan.
"Perempuan mana yang berani menghubungi mu malam-malam begini.?" Tanya Regan curiga. Pikirannya sudah macam-macam karna biasa nakal dengan wanita di luaran sana. Jika ada wanita yang menghubunginya malam-malam, biasanya wanita itu ingin mengajaknya bersenang-senang.
Bryan meraih ponselnya dan menerima telfon dari Annelise. "Hmm." Pria itu hanya berdehem menyapa Annelise di seberang sana.
"Pak Bryan dimana.?" Tanya Annelise karna suaranya di ponselnya cukup bising.
"Katakan saja ada apa." Bryan berucap datar.
"Sejak tadi pintu kamar ku di ketuk, tapi tidak ada orang di luar. Saya takut, apa Pak Bryan bisa kesini.?" Kali ini suara Annelise bergetar. Itu karna dia mendengar suara ketukan pintu lagi untuk ke lima kalinya.
Bryan diam sejenak, dia merasa kalau Annelise benar-benar ketakutan. Sepertinya Annelise memang tidak main-main dengan ucapannya. Lagipula Bryan tau kalau Annelise paling tidak suka dekat-dekat dengannya, jadi tidak mungkin Annelise mengarang cerita hanya untuk membuatnya mendatangi kamat Annelise.
"Tetap di dalam, jangan buka pintu sebelum aku menyuruhmu.!" Titah Bryan yang langsung memutuskan sambungan telfonnya.
Kayak ngegantung sih