Di dunia kultivasi yang dilanda konflik antara Ras Manusia dan Ras Iblis, Dewa Bin Jue dari Sekte Pedang Langit menjadi harapan terakhir umat manusia. Setelah bersembunyi di Gua Abadi, Dewa Bin Jue meninggal dan menciptakan warisan Pedang Langit sebelum Dewa Iblis Yu Zheng menyerang.
Di Benua Huang Zhou, pemuda jenius Luo Xinfen kehilangan kemampuan kultivasi akibat pengkhianatan tunangannya, Wei Ling. Dalam pencariannya untuk memulihkan kekuatannya, Luo Xinfen menemukan gua misterius yang menyimpan rahasia kuno. Di sana, ia bertemu dengan suara Dewa Bin Jue yang memberinya Pedang Langit.
Dengan warisan legendaris ini, Luo Xinfen bersiap untuk menghadapi tantangan, mengungkap kebenaran di balik pengkhianatan, dan menyelamatkan dunia manusia dari ancaman Ras Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LevzaaOP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 29 I Langkah Awal Di Sekte Pedang Kilat
Luo Xinfen memperhatikan betapa berharganya poin ini, karena ia tahu bahwa pil kultivasi adalah sumber daya yang sangat penting bagi pertumbuhannya. Dengan pil ini, ia bisa mempercepat proses kultivasi, tetapi mengumpulkan poin tentu tidak mudah.
Tetua Qian juga menekankan bahwa Sekte Pedang Kilat memiliki aturan ketat yang harus dipatuhi oleh semua murid. “Di sini, setiap pelanggaran disiplin akan mendapatkan sanksi. Kesetiaan kepada sekte, rasa hormat kepada tetua dan hubungan baik antar murid sangat dijunjung tinggi. Jika terjadi konflik, kami mengharapkan kalian menyelesaikannya dengan cara terhormat dan sesuai aturan sekte.
Luo Xinfen mengangguk, menyadari bahwa untuk maju di sekte ini, ia harus mengikuti peraturan dengan ketat dan menunjukkan dedikasinya.
Luo Xinfen kau tunggu dulu disini aku ingin melapor kepada ketua sekte akan kedatangan kita, Tetua Qian menuju ke tempat Ketua Sekte Xin Chen untuk melaporkan perkembangan Xinfen. Sesampainya di sana, ia memberikan penghormatan dan langsung menyampaikan berita kedatangan Xinfen serta kemajuan luar biasa yang telah dicapai dalam setahun.
"Ketua, murid yang kita terima tahun lalu, Luo Xinfen, telah tiba. Dalam waktu satu tahun, dia berhasil mencapai Tingkat Menengah Tahap Ke-7. Kemampuannya sangat mengesankan, dan saya yakin dia memiliki potensi besar untuk sekte kita."
Ketua Sekte Xin Chen tersenyum penuh kebanggaan mendengar laporan tersebut. "Tingkat Menengah Tahap Ke-7 dalam waktu sesingkat itu? Xinfen memang menunjukkan bakat luar biasa. Dia adalah aset berharga bagi sekte kita, dan saya yakin dia akan membawa kehormatan besar. Namun, Tetua Qian, kita juga harus berhati-hati."
Tetua Qian mengangguk setuju. "Saya sepenuhnya memahami, Ketua. Bakatnya yang menonjol bisa menimbulkan kecemburuan di antara murid lain, terutama Murid Dalam yang mungkin merasa posisinya terancam. Saya rasa akan lebih bijaksana jika Xinfen memulai sebagai Murid Luar agar ia dapat memahami sekte dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tanpa menarik terlalu banyak perhatian."
Ketua Xin Chen mengangguk bijaksana. "Keputusan yang tepat. Mulai dari Murid Luar akan memberinya waktu untuk mengembangkan keterampilannya tanpa tekanan yang berlebihan. Ini juga akan membantunya memahami nilai kerja keras dan mengumpulkan poin dari dasar, sebuah pelajaran berharga untuk setiap murid."
Tetua Qian melanjutkan, "Saya juga telah memberitahukan peraturan sekte serta sistem poin untuk mengakses sumber daya seperti pil kultivasi. Xinfen tampaknya siap menghadapi tantangan ini dengan penuh dedikasi."
Dengan penuh kebijaksanaan, Ketua Sekte Xin Chen berkata, "Biarkan dia tumbuh dalam ketenangan, tetapi awasi perkembangannya. Jika dia benar-benar menunjukkan tekad yang tak tergoyahkan, kita bisa mempertimbangkan untuk memberinya kesempatan khusus di masa depan.”
Tetua Qian membungkuk, menunjukkan penghormatannya kepada sang ketua. "Akan saya sampaikan, Ketua. Xinfen pasti akan menjadi murid yang layak dibanggakan."
Setelah perbincangan itu, Tetua Qian kembali, meninggalkan Ketua Xin Chen yang masih tersenyum puas, menyadari bahwa sekte mereka baru saja menerima seorang murid dengan bakat langka yang bisa mengubah nasib sekte di masa depan.
Tetua Qian berjalan dengan langkah tenang menuju gerbang utama tempat Luo Xinfen menunggu. Sesampainya di sana, ia melihat Xinfen berdiri dengan sikap penuh hormat, menanti arahan berikutnya.
"Xinfen," Tetua Qian menyapa dengan suara penuh wibawa, "ini adalah lencana yang akan menandai statusmu sebagai Murid Luar Sekte Pedang Kilat. Pegang lencana ini dengan baik karena ini juga menjadi identitasmu di dalam sekte."
Tetua Qian menyerahkan lencana berwarna perak yang berukir simbol sekte. Lencana itu memancarkan aura sederhana namun kuat, sebagai tanda kebanggaan menjadi bagian dari sekte.
Luo Xinfen menerima lencana tersebut dengan kedua tangan, lalu menundukkan kepala sebagai bentuk rasa hormat. "Terima kasih, Tetua Qian. Saya akan menjaga dan menghormati tanggung jawab ini dengan sepenuh hati."
Setelah memberika lencana, Tetua Qian mulai menjelaskan Lokasi-lokasi penting dalam sekte dan beberapa peraturan dasar. “Sekarang, izinkan aku menunjukkan asramamu. Asrama Murid Luar terletak di bagian timur dari area sekte. Di sana kamu akan tinggal bersama murid lainnya.”
Mereka berjalan melewati beberapa bangunan megah dengan arsitektur khas sekte, dihiasi dengan ukiran-ukiran pedang dan simbol-simbol yang melambangkan kekuatan dan keagungan. Sepanjang perjalanan, mereka melewati taman-taman tempat para murid berlatih, serta beberapa arena duel untuk uji coba dan latihan tanding.
Akhirnya, mereka sampai di bangunan asrama Murid Luar. Tetua Qian berhenti di depan pintu besar asrama dan menatap Xinfen sejenak, memberikan pesan terakhirnya. "Ingatlah, Xinfen, meskipun kamu berada di luar perhatian banyak orang saat ini, sekte ini penuh dengan tantangan dan persaingan. Jangan biarkan dirimu lengah. Perjalananmu baru dimulai, dan kamu akan bertemu dengan teman maupun saingan di sini."
"Terima kasih, Tetua Qian. Saya siap menghadapi apa pun yang ada di depan saya," jawab Xinfen, menunjukkan tekad yang kuat di wajahnya.
Setelah Tetua Qian meninggalkan Luo Xinfen, Xinfen melangkah masuk ke asrama Murid Luar, matanya beradaptasi dengan suasana asrama yang ramai. Di dalamnya, para murid lain sibuk dengan berbagai kegiatan beberapa berlatih teknik kultivasi, ada yang berbincang santai, dan yang lainnya tampak mempelajari berbagai jenis kultivasi.
Saat ia berjalan, beberapa murid menatapnya dengan rasa penasaran, terutama karena ia adalah murid baru yang masuk bersama Tetua Qian, sebuah hal yang tidak umum di antara para Murid Luar. Bisik-bisik mulai terdengar, dan beberapa murid memperhatikan lencana yang tergantung di pinggang Xinfen.
Ketika Luo Xinfen menemukan kamarnya dan hendak masuk, sekelompok murid mendekatinya. Salah satu dari mereka, seorang murid yang tampak lebih tua, berdiri di depan pintu kamar Xinfen dan menatapnya dengan ekspersi meremehkan.
“Hei, kau murid baru ya?” tanya murid itu dengan nada dingin. “Kedatanganmu cukup menarik perhatian, tapi jangan berpikir kau bisa masuk dan langsung merasa lebih hebat di sini hanya karena Tetua Qian yang membawamu.”
Luo Xinfen menatapnya dengan tenang dan menjawab, “Saya di sini untuk belajar dan berkembang, bukan membuat masalah.”
Namun, murid yang lain, seorang pemuda dengan wajah licik, tertawa kecil. "Ah, lihat ini! Berani juga kau berbicara begitu. Jangan kira statusmu sebagai murid baru berarti kau bisa mendapatkan segalanya dengan mudah. Di sini, kami mendapatkan apa yang kami mau dengan usaha keras dan... sedikit permainan, tentunya," katanya dengan nada menggoda.
Xinfen tahu bahwa ini adalah cara mereka mencoba menantangnya dan mengujinya sebagai murid baru. Namun, ia tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan. Ia menatap mereka dengan dingin dan menjawab, "Saya tidak di sini untuk bersaing tanpa alasan. Jika kalian punya masalah dengan saya, kita bisa menyelesaikannya dengan adil, sesuai peraturan sekte."
Mendengar keberaniannya, murid yang lebih tua itu tertawa sinis. "Kau sombong juga, ya? Baiklah, kalau begitu, kita lihat saja seberapa kuat dirimu, murid baru." Ia menunjuk ke arah arena kecil di luar asrama. "Bagaimana kalau kita bertemu di arena besok? Siapa tahu, kami bisa membantu mengajarkanmu sesuatu."
Xinfen menyadari bahwa mereka memang berniat mengujinya. Namun, ia tetap tenang dan menjawab, "Baik, aku akan datang."
Kelompok murid itu tersenyum sinis, merasa puas telah mendapatkan respons yang mereka inginkan. Setelah mereka pergi, beberapa murid yang lain menatap Xinfen dengan sedikit khawatir, tetapi ada juga yang terlihat kagum pada keberaniannya menghadapi tantangan itu.
Seorang murid lain mendekat dan berbisik, "Hati-hati dengan mereka. Mereka adalah murid-murid yang sudah lama di sini dan suka membuat masalah dengan murid baru."
Xinfen mengangguk sambil tersenyum, "Terima kasih atas peringatannya. Saya akan berhati-hati."
Dengan tenang, ia masuk ke kamarnya, bersiap untuk latihan malam dan mempersiapkan dirinya menghadapi ujian pertama yang akan ia hadapi sebagai murid baru di Sekte Pedang Kilat.