"People come and go, but someone who is compatible and soul mates with you will stay"
Dengan atau tanpa persetujuanmu, waktu akan terus berjalan, sakit atau tidak, ayo selamatkan dirimu sendiri. Meski bukan Tania yang itu, aku harap menemukan Tania yang lain ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Haruskah Aku Melakukannya?
Pikiran berbunga-bunganya buyar saat ponsel Tania bergetar panjang, Bryan Babiboo di layar.
📞"Halo."
📞Bryan : Kenapa jadi lu yang angkat?
📞Joon : You can talk to me, I'll tell her. Saya pacarnya, dia sedang tidur.
📞Bryan : Lu makin lama makin belagu ya, lu ngga ngga pantes sama sekali buat dia dokter Jung. Lu sakit. Sembuhin diri lu dulu. Dia cuma main-main itu sama lu, ngga usah terlalu percaya diri dulu.
📞Joon : Hmmm begini dokter Bryan, kamu senggang sekali ya sampai-sampai mengurusi sebegininya? Saya sembuh atau tidak, pantas atau tidak untuk Tania, bukan urusan kamu. Video klarifikasi Tania apa belum cukup? Apa perlu kami berkolaborasi? Kamu mau sakit jiwa apa bagaimana dokter Bryan?
📞Bryan : Karena gua ngga terima Tania buat orang sakit kaya lu. Gimana kabar pasien lu nanti ya? hehehe.
Deg
Benar-benar kepercaya dirian Joon Young terguncang akan kalimat provokasi Bryan.
📞Bryan : Hah... diem kan lu. Makanya Jung, jangan sok duluan deh.
📞Joon : Mau kamu apa?
📞Bryan : Tinggalin Tania.
Deg
Deg
Bip. Joon Young mematikan telepon itu sepihak. Jujur hatinya benar-benar sakit. Sudahlah mentalnya dibuat down berulang kali, bahkan personal medicinenya juga ingin direbut.
Tidak pantas
"Sakit"
"Dokter sakit"
"Jangan percaya diri"
Semua kata-kata itu benar-benar menghuni sudut hatinya. Rasa tidak yakinnya kembali membesar, tapi ketika melihat wajah cantik yang selalu menenangkannya ini, bisakah ia egois kali ini?
Bisakah ia tutup mata akan ketidak pantasan nya itu?
Bisakah ia terus bertahan dan sembuh bersama wanita ini?
Apa boleh?
Tanpa ia sadari ia sudah menepikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi sunyi itu.
"Bryan memang salah tapi semua pernyataannya tentang aku itu benar ", batin Joon Young.
Lalu ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, akhirnya mereka tiba ke tujuan sebuah tempat yang cocok untuk berkemah di pinggir danau.
"Sayang, wake up. Kita sudah sampai. " serunya sambil menepuk pelan bahu Tania.
Sang gadis pun menggeliat meliuk-liukkan badannya sembari melebarkan matanya yang agak susah dibuka itu. Sembari menguap dan mengangkat kedua tangannya ke atas, "Udah sampai ya, woaaah.....", ia takjub akan pemandangan yang ia lihat.
Ia turun seketika dari mobil itu. Seperti kambing keluar kandang, ia sibuk sekali mengagumi yang tersedia didepan matanya ini.
"Sayang, aku ngga mau bantu ya. Annyeong...." seru Tania berlari menjauh ketika Joon Young mengeluarkan peralatan kemah mereka dari mobil.
"Don't go too far!", teriak Joon Young.
"Arasso, oppa...", suara yang menjauh.
Oppa dokter pun tersenyum melihat tingkah pacarnya yang hanya berukuran setengah tiang jika dibanding kan dengannya itu.
Joon Young membangun tenda sendirian menggelar matras, memasang lampu portable, juga menghidupkan kompor portable untuk memanggang daging, Oppa dokter itu mulai kuatir pasalnya Tania belum juga kembali hingga sore berakhir.
Srek srek srek ... Tidak lama setelahnya Tania muncul dengan kaki yang diseret. Joon Young pun lega.
"Kamu dari mana saja sayang? Kenapa lama sekali? ", suruh Joon Young tak terlalu memperhatikan karena ia sibuk dengan daging yang dipanggangnya.
"Oh di sana pemandangannya bagus banget, jadi aku lupa waktu. Sebentar ya aku ganti baju dulu."
" cepat ya sayang aku sudah lapar. "
Kurang lebih 20 menit kemudian Tania keluar dari tenda, ia melepas rambut panjangnya dibiarkan terurai begitu saja. Ia memakai sweater tipis dan celana Jogger over size.
" Oh laparnya." serunya langsung duduk di samping Joon Young.
Tania berkali-kali mengibas rambutnya ke belakang, Joon Young agak heran padahal pacarnya itu bisa saja mengikat rambutnya tapi kenapa ia biarkan terurai seperti itu dan membuatnya sangat tidak nyaman.
"Let me tied it." tawar Joon Young akhirnya sambil mengulurkan tangannya.
"Gwenchana Joon Youngah." Tania menghindar.
" kenapa? You look so uncomfortable. Come here, let me tied it." sambil menarik bahu Tania dan menyugar rambut di tengkuk gadisnya itu.
Deg
Joon young terdiam tiba-tiba.
"What is that? Kamu jatuh?", herannya dan memeriksa seluruh tubuh Tania.
Kali ini sang dokter benar-benar terdiam, terheran-heran apa saja yang dilakukan pacarnya ini ketika berada jauh darinya sampai-sampai pulangnya membawa banyak luka seperti itu. Karena setahunya tempat mereka berkemah ini adalah tempat yang nyaman dan aman sekali. Kenapa Tania Malah seperti dikeroyok begitu?
Ia geleng-geleng kepala, karena menemukan memar di kening sebelah kanan yang berusaha ditutupi Tania dengan poninya, lecet di siku kiri dan kanannya, dan juga goresan sepanjang 15 cm di lengan kirinya, itulah alasan yang mengapa dia memakai cardigan padahal hari itu meskipun malam masih terasa hangat karena di Seleste Ville sedang musim panas.
Begitu juga dengan betisnya yang punya memar parah di sebelah kiri. Joon Young menarik nafas panjang dan menghempaskannya. Ia sudah memprediksikan akan terjadi sesuatu tapi tidak separah ini dan menyediakan P3K.
Meskipun agak kesal Ia tetap harus mengobati kesayangannya itu, dimulai dengan memar di kening hingga salep di semua lecetnya begitu juga ke betisnya yang sudah membiru keunguan itu. Ia juga menempelkan koyo di tengkuk Tania. Selanjutnya menempelkan plester plester kecil di semua goresan-goresan luka Tania.
Selama proses pengobatan itu Joon Young tidak berekspresi sama sekali. Datar. Tidak juga bersuara. Jika sudah begitu maka Tania pun tidak berani berbicara. Setelah selesai Joon Young menggendongnya masuk ke dalam tenda ala bridal style, masih diam dan hening. Setelah meletakkan Tania dengan nyaman pria itu keluar lagi meninggalkan Tania sendirian di dalam.
"Aduh dia pasti kesel banget nih sama gua, bego banget sih Tan. " bisiknya dalam hati.
Tidak lama setelahnya terdengar lagi suara langkah kaki mengarah kepada tenda, ia yakin itu Joon Young, dan benar saja kini pria itu masuk dan menutup resleting tenda kemah mereka. Pria itu langsung berbaring di samping Tania dan membelakanginya.
" Wih bener-bener nih orang." kesal tania dalam hati.
Drrt... Getar panjang ponsel Tania.
📞 Halo Mbak Jessie, aku di luar ya sama Joon Young, aku nggak pulang malam ini. Semua baik-baik aja kan Mbak. Oke bye." sambungan pun terputus
"Joon Youngah."
"Hm."
"Jangan marah dong, sayang."
"Aku tidak marah."
"Bohong." seru Tania. Joon Young tetap membelakanginya . Tania menggesekkan ujung jari telunjuknya ke punggung Joon Young seolah gambar sesuatu di sana.
" Maaf ya, aku udah nyusahin kamu. Aku tadi kepleset jatuh ke lubang yang agak dalam, Awalnya aku nggak apa-apa. Aku kira bisa gampang naik dengan mudah, tapi ternyata itu tanahnya licin banget. Aku malah jatuh lagi ke dalam sampai ke planting lagi. Aku kira bisa didiemin aja tapi ketahuan duluan. Jinjja miane."
Joon Young tiba-tiba berbalik arah dan mengungkung kekasihnya itu, sejak tadi ia sudah menahan senyumnya ketika Tania menggores punggungnya ia sudah merasa geli. Joon Young tersenyum tipis ke arah gadisnya itu. Iya membelai rambut Tania dan menurunkan wajahnya tepat di atas ranum gadis itu, ia melumatnya dengan pelan dengan sayang dan sangat hati-hati. Masing-masing merasakan degup jantung yang kencang, dan kini joon Young menciumnya semakin dalam.
Pikirannya sudah sibuk sekali, Berisik dan kesana kemari.
"Taniaya You are the first for me, gadis pertama yang nyaman memelukku dan kupeluk, yang pertama kali ku cium, yang nyaman ku sentuh, yang membuat aku merasa lebih hidup dalam segala hal. Saranghae." batin Joon Young di tengah ciumannya.
Detik itu juga ia merasakan ada gejolak di dalam dirinya, ada sesuatu yang bangun di bawah sana, berusaha ditahannya, dan menggeser sedikit tubuhnya agar Tania tidak menyadari itu.
" Haruskah aku melakukannya dengan Tania hari ini? ", bisiknya lagi dalam hati.
"Aduh... ", Pekik Tania tiba-tiba.
"Wae? Waeyo?", panik Joon Young.
"My leg." ringis Tania.
" Maaf Sayang maaf, aku tidak sengaja."
Suasana tiba-tiba canggung karena Joon Young menimpa kakinya yang memar tadi. Joon Young yang tadinya pikirannya sudah travelling kembali terdiam. Melihat situasi yang canggung itu Tania perlahan masuk ke dalam pelukan Joon Young. Kepalanya tepat di bawah dagu Joon Young. Suasana canggung itu akhirnya hilang, pria Jangkung itu menepuk punggung gadis kesayangannya hingga akhirnya keduanya pun tertidur.
.
.
.
Tbc ...💜