Gadis Ternodai
"Namaku Diana Lestari, biasa dipanggil Diana. Aku lahir di Kolaka Utara pada tanggal 24 Januari 1992. Hobby ku jalan² dan cita²ku jadi orang kaya. Terima kasih." itulah perkenalan Diana saat dilapangan, Diana duduk dikelas X SMK Negeri 1 Kolaka Utara.
"Baik. Semua sudah perkenalan ya?" tanya pak Wawan guru Kejuruan.
"Saya belum pak." Zain angkat tangan dan ternyata dia tertinggal untuk perkenalan diri.
"Silahkan maju kedepan." ucap pak Wawan lalu Zain maju ke depan untuk perkenalan diri.
"Namaku Zainuddin Wijaya, aku anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku bernama Zainal Wijaya, dia sedang menempuh pendidikan S2 di Makassar. Ibuku bernama Rianti Bana, dan ayahku bernama Wijaya. Aku lahir di Makassar 10 Oktober 1992. Terima kasih." ucap Zain lalu kembali ke belakang tanpa diminta.
"Ok. Itu tadi Zain anak orang kaya dari bapak Wijaya, tidak ada yang tidak mengenal beliau karena orang yang baik dan royal untuk masyarakat kurang mampu." ujar pak Wawan, dia merupakan guru pendatang baru di Kolaka Utara tersebut. Dia berasal dari Kendari, dia berada disini karena terangkat menjadi guru tetap di Kolaka Utara.
"Kalau sudah semua silahkan kembali ke kelas." ujar pak Wawan lagi. Semua siswa masuk ke dalam kelas masing². Diana dan Zain satu kelas di Jurusan Pertanian.
"Hay. Kamu Diana kan?" tanya Zain basa basi.
"Hhmm." gumam Diana cuek. Lalu dia pindah mencari tempat duduk yang aman menurutnya.
"Cuek banget." batin Zain.
***
Beberapa bulan kemudian.
"Diana, kamu tolong belikan ibu belanjaan buat diwarung ya nak! Ibu kurang sehat mau keluar nak." ujar ibu Riana lirih.
"Belanjanya dimana bu?" tanya Diana.
"Di toko besar itu nak, disana yang agak murah dijalan menuju kota." ucap ibu menjelaskan.
"Di toko besar. Toko Wijaya itu bu?" tanya Diana memastikan. Ibu Riana mengangguk membenarkan.
"Iya bu. Apa saja bu?" tanya Diana.
"Ini catatannya nak." ucapnya lirih seraya menyodorkan kertas daftar belanjaan warung kecil mereka.
Diana merupakan anak orang miskin, untuk makan sudah syukur. Dia membantu ibunya menjaga warung sembako kecil untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari². Diana memiliki adik masih SMP bernama Dini Larasati.
"Aku berangkat sekarang ya bu?" setelah bersiap Diana berpamitan pada ibunya untuk pergi ke toko Wijaya.
"Hati² nak." Diana mengangguk lalu berangkat.
***
"Permisi." ucap Diana lalu masuk ke dalam toko Wijaya yang besar dan lengkap.
"Mau beli apa de?" tanya pak Wijaya, kebetulan dia yang menjaga sendiri. Isteri dan anaknya sedang keluar entah kemana! Pegawainya sedang izin sakit padahal ada tiga orang.
"Mau belanja ini pak." Diana menyodorkan kertas miliknya kepada pak Wijaya.
"Iya tunggu." Dia berdiri lalu menyiapkan belanjaan yang dibutuhkan Diana.
"Ini sudah." setelah beberapa menit semua sudah beres dan tinggal dibayar. "Semua 550rb de." ucap pak Wijaya ramah.
"Terima kasih pak." Ucap Diana ramah sambil tersenyum lalu dibalas senyum oleh pak Wijaya. Diana pulang ke rumahnya dengan naik motor butut milik ayahnya.
***
"Kayak kenal sama anak itu. Bukankah anaknya Sidiq? Cantik juga." batin Wijaya dengan senyum nakalnya.
"Coba ku hubungi Sidiq." batinnya lagi. "Eh jangan, tapi gimana ya caranya dapatkan dia?" gumamnya pelan.
Berbagai macam cara akan dia lakukan kalau dia menginginkan suatu hal. Ya, bisa dibilang karena dia kaya dan beruang makanya semua harus dapat dia taklukkan. Kejam!
***
"Baik ternyata itu pak Wijaya, kirain serem. Barusan ada menjaga toko besarnya biasanya hanya anggotanya saja!" gumam Diana saat perjalanan pulang. "Enak ya jadi orang kaya!" gumam Diana lagi.
"Kamu sudah pulang nak?" tanya ibu Riana.
"Iya bu. Bu, itu pak Wijaya baik ya! Kirain gak bakalan mau jualan ternyata dia yang turun langsung menghadapi pembeli." Ucap Diana antusias.
"Iya kah? Memang orang itu baik tapi juga berbahaya nak. Dia memang royal sama orang tapi biasa ada maunya, orang kaya bebas mau melakukan apa saja karena ada uang." jelas ibu Riana.
"Gitu ya bu. Tapi kalau kaya enak juga bu supaya bisa beli apa pun!" ucapnya semangat.
***
Hari² berlalu, Diana paling suka jika disuruh belanja ke Toko Wijaya karena jika pak Wijaya yang melayani di toko maka Diana akan dapat bonus bahkan sampai dimintai nomor telfon.
"Aku gak punya hp pak." ucap Diana polos. Karena Diana sering belanja maka pak Wijaya sering ke toko.
"Kalau gitu nanti hari Minggu kita ke kota yuk, nanti aku belikan hp." ucap Pak Wijaya ramah. Dia memang pandai menggombal dengan ucapan ramah, lembut, untuk mengambil hati lawan jenisnya apalagi dengan wanita polos seperti Diana.
"Bener pak? Ok deh." Diana setuju. "Aku pamit dulu pak." pamitnya hendak pulang.
"Diana, bawa ini de." Pak Wijaya menyodorkan kertas berisi nomor telfonnya dan uang 100rb. "Untuk jajan ya!" ucapnya lembut dengann senyum manis. Diana mengagguk dengan tersenyum bahagia.
"Asyik dapat uang." batin Diana terus tersenyum hingga di rumahnya. Diana masuk ke kamar menyimpan uangnya untuk ditabung. Akhir² ini dia rajin menabung meski uang dari pak Wijaya. "Aku mau kaya." batinnya lagi.
***
Hari Minggu Diana sudah bersiap.
"Bu, aku pamit dulu ya! Mau ada kegiatan di sekolah." pamit Diana.
"Hati² nak." ucap ibu sudah sehat. Ibu sangat percaya anak²nya makanya sampai bebas seperti itu.
"Aku lolos juga. Ke sekolah saja dulu." ternyata dugaannya benar bahwa pak Wijaya menunggunya disana.
"Bapak sudah disini?" tanya Diana bahagia.
"Tentu dong, ayo ke kota." lalu mereka menuju kota sekitar 45 menit saja. "Pilihlah hp kesukaan kamu." ucap pak Wijaya.
"Bener pak?" tanya Diana antusias. Diana menganggap bahwa pak Wijaya menganggapnya anak, begitu sebaliknya.
"Aku mau yang ini saja pak." dibelilah hp Nokia zaman dahulu sekitar tahun 2008.
"Ok. Mb aku mau yang ini." usai melakukan registrasi dan administrasi mereka melanjutkan jalan² di kota tersebut.
"Kamu suka hpnya Diana?" tanya pak Wijaya.
"Suka pak. Bagus! Terima kasih." ucap Diana antusias. Tanpa Diana sadari jika pak Wijaya telah mendekat dan sangat dekat hingga hanya berjarak dua centi saja. "Bapak kenapa dekat²?" tanya Diana gugup berusaha mendorong pak Wijaya tapi tenaganya kalah dengan laki² kekar sepertinya.
"Kamu cantik sayang." ucapnya lembut, pak Wijaya memang masih terlihat awet muda karena menjaga pola makan dan olah raga.
"Tapi pak!" tolak Diana.
"Kenapa sayang?" tanya pak Wijaya lagi.
"Bapak kan sudah ada anak dan isteri. Ku kira bapak menganggapku anak makanya baik sama aku." ucap Diana dengan polosnya.
"Gak bisa gitu sayang. Kamu sudah berapa tahun?" tanyanya, mereka masih didalam mobil yang terparkir dipinggir pantai.
"Aku masih 16 tahun pak. Baru juga masuk SMK." ucap Diana polos. Pak Wijaya maju hendak mencium Diana, lalu Diana berusaha menolak,, memberontak sebisanya tapi tetap kalah tenaga.
"Huuaaa bapak jahat, tega sama aku." ya Diana menangis kencang karena sudah dipaksa dicium oleh pak Wijaya bahkan sampai digigit bibirnya hingga berdarah.
"Sstt sudah maaf ya, jangan nangis gitu!" ucapnya menenangkan sambil memeluk Diana. Diana pun pasrah dipeluk mungkin karena memang dia butuh kasih sayang lebih dari orang tua dan juga lingkungannya.
......................
Bersambung ♡♡♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Hani
yang mampir tolong baca sampai habis ya!!! karena itu akan mempengaruhi retensi kk /Pray/
2024-12-03
1
Nurul Hanifah
mengerikan pak Wijaya mentang2 banya uang
2024-11-09
1
Author GG
helehh 🙄
2024-12-10
1