Dunia Sakura atau kerap dipanggil Rara, hancur seketika saat video dia yang digerebek sedang tidur dengan bos nya tersebar. Tagar sleeping with my boss, langsung viral di dunia Maya.
Rara tak tahu kenapa malam itu dia bisa mabuk, padahal seingatnya tidak minum alkohol. Mungkinkah ada seseorang yang sengaja menjebaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Dengan wajah babak belur, Deni mengemasi barang-barangnya, dia dipecat secara tidak hormat. Beberapa kali dia terlihat mendesis dan memegangi pipi yang terasa nyeri.
"Lo keterlaluan banget, Den," Wentry menghampiri Deni di mejanya. "Lihat efeknya buat Rara. Video tak senonohnya tersebar, tak hanya hanya itu, dia dituduh mengambil kekasih sahabatnya sendiri. Gak hanya Rara, Pak Jovan dan calon istrinya, juga dirugikan disini."
"Gue uga gak tahu kalau bakal jadi seperti ini, Wen. Gue cuma iseng ngasih sedikit, pengen tahu gimana kalau Rara mabuk."
"Iseng kata lo? Keterlaluan!" maki Wentry. "Untung lo cuma dipecat, gak dilaporin polisi. Tapi... rada aneh sih," dia mengerutkan kening, mengingat kembali peristiwa malam itu. "Rara pas keluar dari tempat karaoke, tampak biasa-biasa saja loh, gak seperti orang mabuk."
"Gue juga gak tahu," Deni mengedikkan bahu.
Kling
Ponsel miliknya yang ada di atas meja berbunyi, Deni langsung mengambil benda itu.
[ Good job. Nanti aku transfer bayarannya. Kerjaan buat kamu juga udah aku siapin. ]
...----------------...
Malam hari, keluarga Jovan bertandang ke rumah Dista. Mereka ingin membicarakan soal pernikahan. Sesampainya disana, Jovan langsung kena hajar Pak Rano, papa Dista. Pria yang berprofesi sebagai anggota kepolisian itu tak terima anaknya disakiti seperti itu. Ibu Jovan hendak melindungi anaknya, tapi suaminya melarang. Untungnya, Dista yang maju, menghentikan papanya.
"Udah, Pah, kasihan Jovan," Dista merentangkan kedua lengan, berusaha menutupi tubuh Jovan.
"Untuk apa kamu membela laki-laki bejat seperti dia?" Rano menunjuk wajah Jovan. "Laki-laki yang menggunakan jabatan dan kekuasaan untuk meniduri bawahannya."
"Itu gak benar, Om," sahut Jovan cepat. "Saya tidak pernah memperdaya Rara atau siapa pun. Semua terjadi begitu saja karena kami mabuk. Seseorang telah mencampurkan alkohol di minuman Rara, sehingga dia mabuk."
"Kalian pulang saja, pernikahan Dista dan Jovan batal," ujar Weni, Mama Dista.
Dista menggeleng cepat. "Enggak, aku gak mau pernikahan ini batal."
"Jangan gila kamu, Dis," bentak Weni. "Laki-laki bajingan seperti dia, gak pantas buat kamu."
"Tapi aku cinta sama Jovan, Mah," Dista memegang lengan Jovan. "Jovan gak selingkuh, dia hanya terjebak ONS dengan Rara. Jovan gak ada perasaan pada Rara. Mungkin memang Rara saja yang ingin mengambil Jovan dari aku, makanya dia menggunakan kesempatan malam itu untuk merusak hubunganku dengan Jovan."
"Kamu jangan terlalu bucin, Dista!" bentak Weni, menarik lengan Dista agar berdiri disisinya.
"Tapi benar apa yang Dista katakan, Bu," Bu Mariam, ibu dari Jovan ikut bicara. "Jovan dan Rara hanya terjebak ONS, gak ada hubungan apa-apa. Dan mungkin saja, ini memang akal-akalan Rara untuk merebut Jovan."
"Rara, mabuk, Mah, dia juga gak sengaja."
"Halah, paling dia cuma pura-pura mabuk. Kamu sendiri yang bilang, kalau Deni hanya ngasih alkohol dikit, dan saat keluar dari tempat karaoke, Rara tidak mabuk. Masa yang awalnya enggak, tiba-tiba mabuk parah, mustahil."
"Mah, Pah," Dista berusaha meyakinkan kedua orang tuanya. "Undangan sudah dicetak. Persiapan pernikahan udah 80 persen, gaun juga hampir jadi. Berkas juga sudah masuk KUA. Tolong jangan paksa Dista untuk membatalkan pernikahan ini."
"Tapi bagaimana jika Rara hamil?" ujar Pak Rano.
"Itu juga yang saya fikirkan, Om," sahut Jovan.
"Nanti kita cari cara, lagian belum tentu dia hamil," ucap Dista. "Aku gak mau Rara menang karena mendapatkan Jovan dan menggagalkan pernikahanku. Aku sudah tahu, sejak dulu dia suka pada Jovan, dia ngincer Jovan."
...----------------...
Jovan, pria itu datang ke rumah Rara beberapa hari setelah sekretarisnya itu dipecat secara tidak hormat. Jujur, dia merasa bersalah karena tak bisa berbuat banyak untuk Rara. Selain belum punya kekuasaan yang besar, dia juga sedang terjerat kasus dengan Rara, makin tak bisa berkutik.
"Maaf," ucap Jovan saat keduanya mengobrol di halaman belakang. "Harusnya aku bisa bantuin kamu, tapi sekali lagi aku minta maaf. Keputusan pemecatan kamu, sudah menjadi keputusan perusahaan, aku gak bisa berbuat apa-apa, Ra."
Rara tersenyum kecut sambil memainkan jemarinya. "Kalaupun tidak dipecat, saya juga akan resign. Menurut Bapak, apa mungkin saya masih punya muka untuk bertemu orang-orang di kantor?" Membayangkan saja, dia sudah tidak sanggup. Rara merutuki dirinya sendiri yang lemah, padahal sudah tak ingin menangis, tapi masih saja, matanya mengeluarkan air.
"Pihak keluarga, memilih untuk tidak melaporkan Dista. Kami tak mau kasus ini makin besar dan makin banyak diketahui orang. Skandal ini antara bos dan sekretaris, perusahaan pasti kena imbasnya. Kami memilih untuk berusaha menghentikan penyebaran video. Video kita sudah tak lagi menjadi trending dan tak banyak muncul potongannya di reel sosial media."
"Tapi pasti sudah banyak yang menyimpan," Rara tersenyum getir. Jovan memang tak banyak dirugikan disini, tak seperti dirinya.
Jovan hanya menanggapi dengan helaan nafas panjang, karena percaya atau tidak, hal itu memang pasti.
"Dista melakukan ini juga karena ada sebabnya, dia sakit hati. Dia bilang tak bisa berfikir jernih saat itu, dia sedang dikuasai emosi." Jovan menoleh ke arah Rara yang duduk di sebelahnya.
Kemarin keluarga sudah membicarakan soal ini, Papanya kekeh ingin melaporkan Dista, tapi mamanya tak setuju. Alasannya, jika masalah ini makin berlarut-larut, kesedihannya juga akan makin panjang lagi, begitupun dengan tekanan batinnya. Mamanya ingin lebih fokus menyembuhkan traumanya bukan memperpanjang masalah ini. Sejak kejadian itu, dia memang tak berani keluar, tak berani melihat sosial media, juga tak berani menonton TV, takut tiba-tiba beritanya muncul di TV.
"Bagaimana dengan hubungan kalian?"
Jovan menghela nafas panjang, diam beberapa saat, lalu menjawab, "Pernikahan kami akan tetap dilaksanakan. Selain karena berkas yang sudah masuk KUA, juga persiapan pernikahan yang sudah 80 persen. Aku melakukan kesalahan, pun dengan Dista. Jadi kami sudah impas. Tapi.... " Jovan menjeda kalimatnya. "Tapi ada yang membuat aku khawatir."
"Khawatir?"
"Aku khawatir jika kamu hamil, Ra."
Rara reflek mengusap perutnya. Sumpah demi apapun, dia tidak ingin di rahimnya, ada janin hasil perbuatan dosanya.
"Bulan depan, aku dan Dista akan menikah, tapi bagaimana jika kamu hamil?" Jovan benar-benar khawatir soal itu. Rara sudah banyak sekali menanggung beban karena perbuatan tanpa sadar mereka. Jika sampai wanita itu hamil, mana mungkin dia memintanya untuk menggugurkan, itu terlalu kejam.
Meski Dista kekeh bilang kalau ini akal-akalan Rara untuk menghancurkan rencana pernikahan mereka, tapi Jovan tak langsung percaya begitu saja. Selama bekerja dengan Rara, gadis itu sangat profesional, tak pernah sekali pun menggodanya. Karena itulah, dia simpati pada Rara, bukan malah menuduh jika ini sebagian dari ulahnya yang kata Dista, hanya pura-pura mabuk
"Berdoalah semoga tak ada yang tumbuh di perut saya," ucap Rara dengan suara bergetar. Yang terjadi malam itu, adalah kesalahan mereka berdua, tak ada sedikitpun niat dia hatinya untuk meminta pertanggung jawaban.
"Bagaimana hubunganmu dengan Fino?"
Rara menggeleng. "Selesai."
Jovan berdecak pelan. Sungguh, kenapa mendengar itu, rasa bersalahnya makin besar. "Jika kamu hamil, katakan padaku. Aku akan tanggung jawab. Bagaimanapun, jika memang ada yang tumbuh, itu adalah anakku, darah dagingku."
Rara terkekeh pelan mendengar ucapan sok pahlawan Jovan. "Anda akan menikah, bagaimana mungkin anda akan bertanggung jawab jika saya hamil?"
Jovan membuang nafas kasar, dia juga bingung soal itu. Satu-satunya yang dia harap, jangan sampai Rara hamil.
"Apa kamu datang untuk bertanggung jawab?"
Jovan dan Rara yang duduk di gazebo, langsung berdiri mendengar suara Papa Romeo. Keduanya menatap pria itu dengan isi hati yang tentunya berbeda. Tadi saat Jovan datang, pria itu ada di toko, sekarang baru pulang.
"Apa kamu kesini untuk bertanggung jawab?" Papa Romeo kembali mengulang pertanyaannya.
"Pak Jovan akan menikah dengan Dista, Pah," ucap Rara yang tak mau Papanya terus menunggu jawaban.
Senyum pahit terukir di bibir Papa Romeo. Dia sudah melihat rekaman CCTV apartemen Jovan, tahu jika keduanya melakukan karena mabuk, bukan karena intimidasi apalagi pemaksaan secara kasar. Tapi seperti apapun awalnya, mereka telah tidur berdua, bahkan videonya tersebar, disini masa depan Rara dipertaruhkan.
"Saya minta maaf, Om, tapi yang terjadi, bukan hanya salah saya, tapi kekhilafan kami berdua. Tidak ada hubungan apapun antara saya dan Rara, tidak juga ada cinta. Saya akan menikah dengan Dista, sesuai dengan rencana dan apa yang telah disepakati kedua belah pihak keluarga."
"Lalu nasib anak saya?" telapak tangan Papa Romeo mengepal kuat, rahangnya mengeras. Ada perasaan tak terima mendengar ucapan Jovan.
"Pah," Rara mendekati papanya, mengusap lengannya. "Rara tidak mengharapkan pertanggung jawaban. Rara juga tidak mau, dikira mengambil calon suami orang, apalagi menusuk teman dari belakang." Rara merasa bersalah pada Dista, dia tak mau menambah rasa bersalah itu dengan mengambil calon suami sahabatnya.
"Tapi, Ra," sesungguhnya yang ditakutkan Papa Romeo adalah masa depan Rara. Dia takut jika nantinya, video tersebut akan membuat Rara susah jodoh.
"Kalau Rara hamil, saya akan tanggung jawab," Jovan tak mau dianggap lepas tangan begitu saja. "Segera cek, Ra, jangan sampai kamu minta tanggung jawab saat saya sudah resmi menjadi suami Dista."
"Berdoa saja supaya saya tidak hamil." Saat ini, itulah harapan terbesar Rara. Dia tak mau semakin jahat dengan mengambil calon suami sahabatnya.
lucu banget part ini..
bahas nama2 gunung dan sungai keren di indonesia
Semeru nama yang bagus
dan buat Jovan, cem-buru sih boleh tapi yoo jangan berlebihan dong,,,cuma makan buah yang dibawa Haidar gak masalah lah.aku yakin sih Haidar ikhlas dan gak mungkin dia kasih pelet buat memikat Rara 😜😜
Skrg kamu pemilik hati nya Rara jadi gk usah cemburu gitu Van, malu sama Semeru lho