"Maukah kau menikahi ku, untuk menutupi aib keluarga ku?" tanya Jisya pada seorang satpam yang diam menatapnya datar.
Kisah seorang gadis yang lebih rela di nikahi oleh seorang satpam muda demi tidak menikah dengan seorang pengusaha angkuh dan playboy.
Sanggupkah satpam datar itu bertahan di tengah-tengah keluarga istrinya yang sering menghinanya? atau dia memilih pergi saja? dan siapa kah sebenarnya satpam muda itu?
Mari ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa Dibohongi Suami
Jisya tersabar dari lamunannya saat merasa kan jari pria itu masih menempel di wajahnya.
Wanita itu melangkah ke belakang untuk menghindar dari tangan Rega.
"Maaf, Tuan. Saya sudah mengotori baju anda," kata Jisya lagi.
Pria itu melihat ke arah pakaiannya yang memang sudah kotor. Rega bergerak dan membuka jasnya kemudian memberikan jas itu kepada Jisya.
Jisya mengerutkan alisnya tak mengerti kenapa pria di hadapannya memberikan dia jas miliknya. Tapi meski dia tidak mengerti apa maksud dari pria itu, jari lentik gadis itu tetap bergerak dan meraih jas milik Rega.
"Di dunia ini tidak ada yang gratis Nona. Kau sudah mengotori pakaian ku, makanya kau harus mencucinya terlebih dulu, setelah itu kau bisa mengembalikannya pada ku di alamat yang berada di dalam jas itu." Kata Rega memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan kembali ingin melangkah pergi.
"Lalu, bagaimana dengan baju, dan celana Tuan yang terkena sedikit itu," tunjuk Jisya pada baju kemeja putih dan juga celana Rega yang juga terkena noda.
Rega menyeringai dalam masker yang dia pakai. Tiba-tiba pria itu bergerak ingin membuka tali pinggangnya.
Jisya di buat kaget, "Maaf, anda mau apa, Tuan?" Tanya Jisya mengedar pandangannya di mana hari sudah hampir gelap.
"Mau membuka celana ku, agar kau bisa bawa pulang untuk membersihkannya juga," jawab Rega yang sebenarnya sedang menahan tawanya melihat ekspresi lucu gadis itu yang memandangnya aneh.
"Apa! Jangan lakukan itu, Tuan!" Jisya langsung berteriak untuk menghentikan pria itu yang sengaja menjahilinya.
"Kenapa? Aku hanya ingin membuka pakaianku agar kau bisa mencucikannya untukku," jawab pria itu.
"I-ya, ah, bukan, maksud saya, anda tidak bisa membuka pakaian anda di depan umum seperti ini..." ujar Jisya malu dan mengecilkan kalimatnya.
"Kalau begitu, mari kita ke hotel saja," Rega semakin menjadi-jadi sengaja mengisengi Jisya.
"Tidak! Apa yang ingin kita lakukan di hotel?" Jisya menggeleng dan menjauhi pria di hadapannya.
Pletak!
"Arkh!" Jisya mengusap dahinya yang baru saja terkena jitakan pria itu, dan rasanya lumayan perih.
"Bukan kah barusan kita membahas tentang pakaian? Lalu kenapa kau bertanya lagi apa yang ingin kita lakukan di hotel? Atau....... Kau ingin kita melakukan sesuatu?" Ucap Rega melirik dahi gadis itu yang memerah akibat jitakannya.
"Anda sangat tidak sopan, Tuan." Terdengar nada
Jisya yang tak suka dengan pembahasan pria asing itu yang tiba-tiba saja membahas yang aneh-aneh.
Rega hanya membalas ucapan gadis di depannya dengan tersenyum di balik maskernya kemudian membalik badan dan melangkah pergi tanpa mengeluarkan sepatah kata pun lagi.
"Dasar laki-laki tidak sopan." Gumam Jisya masih menatap punggung Rega.
Gadis itu tiba-tiba teringat dengan ucapan pria tadi yang mengatakan jika ada alamat di dalam jas yang dia pegang itu.
Jisya merogoh saku jas Rega dan benar saja, dia menemukan kartu nama pria itu.
"Rega Argapramana CEO MegaGP."
Jisya kembali mengangkat pandangan di mana sudah tidak ada pria itu lagi.
"Bagaimana bisa aku tidak menyadari tadi jika dia adalah Tuan Rega Pengusaha yang terkenal dengan kekejamannya, si pria angkuh yang arogan dan tidak ingin tampil di publik dengan wajah aslinya, cucu kesayangan Nyonya Mahiswara Pramusita." Gumam Jisya.
"Sepertinya keberuntungan sedang berpihak kepadaku hari ini, karena pria itu tidak menunjukkan sikap bengisnya dan menampar ku karena tidak sengaja mengotori pakaiannya. Karena seperti itu yang biasa aku dengar dari orang-orang." Ucap Jisya mengusap lembut dadanya dan kembali melanjutkan langkahnya.
,,,
Jisya sudah tiba di kompleks dan menjalankan mobilnya ke rumah suaminya. wanita itu ingin melihat apa suami yang sedang pulang atau belum.
Tok tok tok
Jisya mengetuk pintu rumah suaminya.
Cklek
Pria itu membuka pintu dan melihat Jisya yang sudah berdiri di depannya dengan wajah tak enak untuk di lihat.
"Apa kau tidak ingin masuk?" tanya Arga saat gadis itu hanya diam dengan wajah datar menatapnya.
Jujur saja Jisya ingin sekali meminta penjelasan pada pria itu karena mengingat tadi seorang wanita yang mengangkat panggilan telepon darinya, dan juga mengatakan jika dia adalah pacar Arga.
Tapi saat gadis itu kembali teringat jika bukan Arga yang mengajaknya menikah, tapi dia sendirilah yang mengajak pria itu untuk menikah dengannya. Ia akhirnya mengurung niatnya karena merasa tidak pantas untuk dia bertanya tentang pribadi pria itu.
"Mas, dari mana? Tadi aku dari kantor polisi, tapi Mas Arga tidak berada di sana," tanya Jisya tak ingin melihat mata pria itu karena berpikir ternyata Arga sama saja seperti Malvin yang tukang selingkuh.
"Aku dari kantor polisi, lalu mau dari mana lagi?" jawab Arga membuat hati Jisya semakin berpikir jika Arga memang seorang pembohong seperti Malvin.
"Oh, baiklah kalau begitu." Jisya membalik badan dengan bola mata membendung merasa jika suaminya sedang mempermainkannya.
"Jisya." panggil pria itu.
"I-ya." jawabnya tak ingin membalik badan karena air matanya yang sudah hampir jatuh.
Tiba-tiba Jisya merasa pelukan lembut penuh kehangatan yang memeluknya dari belakang.
"Ada apa? Kenapa kau terlihat begitu sedih, hm?" tanya Arga mencium pucuk kepala istrinya yang di baluti jilbab.