NovelToon NovelToon
Petir Abadi Dan Tawa Di Antara Kematian

Petir Abadi Dan Tawa Di Antara Kematian

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Reinkarnasi / Fantasi Isekai
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Raven Blackwood

mengikuti perjalanan Kaelan, seorang remaja yang terjebak dalam rutinitas membosankan kehidupan sehari-hari. Dikelilingi oleh teman-teman yang tidak memahami hasratnya akan petualangan, Kaelan merasa hampa dan terasing. Dia menghabiskan waktu membayangkan dunia yang penuh dengan tantangan dan kekacauan dunia di mana dia bisa menjadi sosok yang lebih dari sekadar remaja biasa.

Kehidupan Kaelan berakhir tragis setelah tersambar petir misterius saat dia mencoba menyelamatkan seseorang. Namun, kematiannya justru membawanya ke dalam tubuh baru yang memiliki kekuatan luar biasa. Kini, dia terbangun di dunia yang gelap dan misterius, dipenuhi makhluk aneh dan kekuatan yang tak terbayangkan.

Diberkahi dengan kemampuan mengendalikan petir dan regenerasi yang luar biasa, Kaelan menemukan dirinya terjebak dalam konflik antara kebaikan dan kejahatan, bertempur melawan makhluk-makhluk menakutkan dari dimensi lain. Setiap pertarungan mempertemukan dirinya dengan tantangan yang mengerikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raven Blackwood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelatihan Selama 3 Tahun

Pagi itu, matahari baru saja muncul di balik pegunungan, menyebarkan sinar keemasan di atas tanah yang masih diselimuti embun. Udara pagi terasa dingin, menusuk hingga ke tulang, namun tubuhku dengan cepat beradaptasi berkat kemampuan regenerasiku. Sejak mendapatkan tubuh baru ini, regenerasi superku selalu memastikan bahwa aku bisa pulih dari segala luka dan rasa sakit. Bahkan, suhu yang membekukan tidak mampu menghentikan latihanku.

Esok harinya, seperti yang sudah dijanjikan, Takashi melanjutkan latihan yang semakin berat. Setelah sebulan penuh menguasai dasar-dasar Kurai Yaiba, hari ini ia memperkenalkanku pada sebuah teknik baru yang dikenal sebagai Tenra Ken Tinju Langit Berdarah. Teknik ini berbeda dari teknik pedang; di dalamnya, aku harus menggunakan kekuatan tangan kosong dengan memanfaatkan kiryoku untuk memperkuat setiap serangan. “Pedang akan memberimu jarak, tapi tangan kosong? Ini seni bertarung yang langsung di hadapan musuhmu,” kata Takashi sambil tersenyum lebar.

Latihan dimulai dengan dasar-dasar. Pukulan lurus, tendangan, dan serangan lain dipadukan dengan aliran kiryoku yang mengalir dari dalam tubuh. Namun, seperti yang Takashi ingatkan berulang kali, tidak cukup hanya melibatkan kekuatan fisik. “Teknik Tenra Ken menuntut kau untuk bisa memadukan kekuatan batin dengan fisik. Hanya dengan itu, kau bisa meruntuhkan lawanmu.”

Hari demi hari aku menghabiskan waktu dengan memoles gerakan-gerakan ini. Awalnya, semuanya terasa kaku dan aneh. Bahkan dengan kekuatan petir yang mengalir dalam diriku, aku merasa tidak mampu sepenuhnya menguasai teknik ini. Namun, di sinilah pelajaran penting dari Takashi kembali teringat: kesabaran adalah kunci. “Kau tidak bisa terburu-buru dalam seni bela diri, Kaelan. Setiap langkah yang kau ambil harus terencana, terkendali. Kiryoku tidak akan mematuhimu jika kau memaksanya.”

Waktu berjalan dengan cepat, dan musim mulai berganti. Saat musim panas datang, hawa panas terasa begitu menyengat, tapi latihan tidak pernah berhenti. Setiap pagi, aku berdiri di lapangan latihan di tengah teriknya matahari, keringat menetes deras, namun setiap hari tubuhku terasa semakin kuat. Kekuatan petir dalam diriku mulai lebih mudah dikendalikan. Dalam beberapa sparing, aku mulai menggunakan petir untuk memperkuat tinjuku, menggabungkannya dengan Tenra Ken. Setiap kali tanganku melayangkan pukulan, sambaran kilat menyertainya, menciptakan gelombang energi yang membuat tanah di bawah kakiku retak.

“Bagus, Kaelan! Kau mulai menguasainya,” seru Takashi di tengah debu yang beterbangan setelah pukulanku menghantam tanah keras. Senyumnya penuh kebanggaan, meskipun, seperti biasanya, dia tidak pernah puas dengan hasil setengah jalan. “Tapi ingat, ini hanya permulaan. Kau belum mencapai puncaknya.”

Seiring berjalannya waktu, kekuatan regenerasiku terus memainkan peran penting. Saat latihan semakin berat, aku sering mengalami luka, baik dari pedang maupun tinju, namun luka-luka itu selalu cepat sembuh. Hal inilah yang membuatku bisa terus berlatih tanpa mengenal batas.

Lalu datanglah musim gugur. Udara mulai berubah, angin dingin mulai bertiup, dan dedaunan berubah warna, sebelum akhirnya jatuh berguguran. Di saat-saat seperti ini, latihan terasa sedikit lebih nyaman. Takashi, yang selalu bersikap tegas, mulai memberikan sedikit kelonggaran, namun tetap menjaga intensitas latihannya. Di malam-malam tertentu, aku duduk di dekat perapian, merenungkan semua yang telah kupelajari. Teknik-teknik yang diajarkan Takashi semakin mendalam, dan aku tahu bahwa aku harus lebih fokus untuk benar-benar menyatu dengan kekuatan yang kumiliki.

Musim dingin tiba tak lama kemudian. Salju pertama turun perlahan, menutupi seluruh lapangan latihan dalam lapisan putih yang tebal. Suhu turun drastis, tapi aku tidak pernah absen dari latihan. Tubuhku terus beradaptasi dengan lingkungan sekitar, dan kemampuan regenerasiku memastikan bahwa aku tidak kedinginan, meskipun badai salju berkecamuk. Takashi tetap memperlakukanku dengan keras. “Kau tidak bisa memilih kapan harus bertarung. Musim tidak akan peduli pada perjuanganmu. Jadi hadapi semuanya.”

Aku sering berlatih di tengah hujan salju, pedang di tanganku bergetar ketika aku memusatkan kiryoku untuk melawan rasa dingin. Petir dalam tubuhku juga memainkan peran penting; setiap kali aku merasa tubuhku mulai kaku oleh suhu rendah, aku akan melepaskan aliran petir kecil untuk menghangatkannya.

Takashi mengamati dari jauh, membiarkanku menemukan cara mengatasi batasanku sendiri. Latihan musim dingin adalah ujian besar. Tidak hanya untuk kekuatan fisik, tapi juga mental. Ada banyak hari di mana aku merasa ingin menyerah, tetapi hasrat untuk menjadi lebih kuat mendorongku untuk terus maju.

Setiap kali musim berganti, aku merasa tubuhku semakin kuat. Setiap hari, latihan yang keras membuatku menjadi lebih cepat, lebih tangguh, dan lebih cerdas dalam memanfaatkan kekuatan kiryoku dan petirku. Tahun-tahun berlalu, dan seiring dengan itu, hubunganku dengan Takashi semakin erat. Di balik sikapnya yang kadang kasar, aku mulai merasakan rasa hormat yang mendalam darinya.

Suatu hari, di tahun ketiga pelatihan, Takashi menyuruhku melakukan sparing yang lebih serius dari biasanya. “Kau sudah jauh berkembang, Kaelan. Hari ini, aku ingin melihat apakah kau benar-benar sudah menguasai Tenra Ken dan Kurai Yaiba,” katanya sambil mengambil posisi bertarung.

Aku tahu pertarungan kali ini akan lebih serius. Takashi tidak menahan diri. Setiap serangannya datang seperti badai, namun aku siap. Aku memadukan teknik pedang Kurai Yaiba dengan Tinju Langit Berdarah, serangan kiryoku dan petirku bergabung menjadi satu. Setiap seranganku terasa jauh lebih bertenaga, dan kali ini, aku tidak lagi hanya bertahan, aku melawan. Kami bertarung selama berjam-jam, sampai akhirnya Takashi tersenyum, mundur, dan menyimpan pedangnya.

“Kau sudah siap,” katanya dengan anggukan bangga. “Tiga tahun latihan tidak sia-sia. Kau sudah menguasai segalanya.”

Aku berdiri, napas terengah-engah, namun dengan perasaan penuh kemenangan. Tiga tahun latihan yang tak kenal lelah telah mengubahku. Aku tidak lagi hanya Kaelan yang dulu. Kini, aku adalah Kaelan yang mampu menguasai kekuatan petir, pedang, dan tinju.

Takashi menepuk pundakku, dan untuk pertama kalinya, dia memanggilku dengan nada yang lebih hangat, “Sekarang, dunia luar menunggumu. Tapi jangan pernah lupa, perjalananmu baru saja dimulai.”

Tiga tahun yang panjang ini telah menempaku menjadi lebih dari sekadar seorang petarung. Aku sudah siap menghadapi apa pun yang akan datang, dengan kekuatan di tangan, hati yang tangguh, dan tekad untuk menjadi lebih kuat.

1
Hr⁰ⁿ
bagus Thor,tpi tolong di perbaiki aja si buat bicara dan untuk bicara dalam hati,agak pusing kalo baca lngsung kaya gitu,
coba cari novel lain trus cek buat nambah referensi 🙏
Raven Blackwood: masukkan yang menarik, di bab selanjutnya langsung saya pakai nih saran nya, thanks.
Raven Blackwood: siap, terimakasih masukannya
total 2 replies
Hr⁰ⁿ
mantap Thor lanjutkan
Shion Fujino
Merasuki jiwa
Mia001
semangat kak
Raven Blackwood: terima kasih 😁
total 1 replies
Mia001
Semakin di baca semakin penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!