Mila Agatha telah menjalani 11 tahun pernikahan penuh dengan cinta dari suaminya, namun tidak ada rumah tangga tanpa ujian. Pernikahan yang ia jalani terasa hampa tanpa kehadiran seorang anak di antara mereka, berbagai macam cara sudah ia lakukan namun nihil.
Hingga suatu hari ia harus menerima suatu kenyataan pahit yang membuatnya begitu terluka.
Akankah Mila sanggup untuk melewati ujian pernikahan yang ia jalani?
Yuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenMama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Mia akan mengintai rumah kakaknya dari jauh, namun ia bingung saat melihat kerumunan orang yang berada di depan rumah kakak perempuan nya. "Ada apa di rumah itu kenapa ramai sekali." Batin Mia.
Karena merasa sangat penasaran Mia pun menghampiri rumah kakaknya terdengar bisik-bisik tetangga yang merasa sangat kasihan, dan ada juga yang mencemooh kakak nya. Kata-kata itu masuk di telinga Mia ia merasa sangat geram dengan cepat ia pun masuk ke rumah kakaknya tak menghiraukan perkataan para biang gosip itu.
"Kak. Kak Mila dimana kamu!" teriak Mia menyusuri rumah kakaknya.
"Nyonya bangunlah sadarlah nyonya!" Sayup-sayup Mia mendengar suara yang begitu asing di telinga nya.
"Nyonya. Sejak kapan kakak menjadi nyonya?" Mia terkekeh geli ia pun langsung bergegas menghampiri asal suara itu.
Dan betapa terkejutnya Mia saat melihat ruangan itu nampak berantakan dengan darah di sekujur tubuh kakaknya yang kini tergeletak di lantai.
"Kakak." Teriak Mia begitu histeris sambil berlari menghampiri Mila.
"Kak apa yang terjadi padamu kenapa bisa seperti ini." Tanya Mia sambil memeluk kakaknya yang sudah tak sadarkan diri.
"Sebaiknya kita harus segera membawa nyonya Mila ke rumah sakit" Ucap Bu Inah menyadarkan Mia.
Mia masih begitu syok dengan tangan yang sedikit bergetar, ia pun mulai memanggil ambulance untuk membawa kakaknya ke rumah sakit agar segera di tangani. Setelah lima belas menit kemudian ambulance pun tiba tepat di halaman rumah itu.
"Kakak bertahanlah" Ucap Mia sambil menggenggam erat tangan kakaknya.
"Nona apa saya boleh ikut?" tanya Bu Inah karena sedikit cemas melihat kondisi Mila yang begitu memprihatinkan.
Mia hanya mengangguk mengiyakan keinginan Bu Inah. Dengan cepat mereka pun membawa Mila ke rumah sakit terdekat, setelah sampai di tempat tujuan Mila langsung di larikan ke UGD.
"Semoga saja tidak terjadi hal yang serius pada kakak." Doa Mia dalam hati.
"Ini pasti perbuatan pria bajingan itu lihat saja akan ku patahkan tulang mu jika sampai terjadi sesuatu hal yang buruk pada kak Mila." Mia mulai mengepalkan tangannya.
Lalu Mia melirik pada wanita paruh baya yang sejak tadi menundukkan kepalanya, "Bu permisi apa ibu mengenal kak Mila?'' tanya Mia dengan sopan.
Bu Inah langsung menatap ke arah Mia yang berada di sampingnya, saat pandangan mata mereka bertemu Mia sangat terkejut hampir terjatuh jika tangannya tak berpegangan pada sisi kursi.
"Ibu.'' Mia bergumam lirih namun masih dapat di dengar oleh Bu Inah.
''Maaf nona jika saya membuat anda terkejut." Sahut Bu Inah merasa sangat bersalah.
"tidak apa-apa bu," jawab mia terbata-bata.
"Saya Bu Inah pembantu baru di rumah tuan hendra tapi sepertinya saya tidak akan meneruskan pekerjaan saya kembali di rumah itu" Ucap Bu Inah menjelaskan.
"Kenapa?" Tanya Mia sedikit penasaran.
"Saya takut non tuan Hendra sangat mengerikan apalagi istri keduanya" Jujur Bu Inah.
"Memangnya kenapa bu, tolong jelaskan apa yang sudah terjadi di rumah itu." Mia mulai menggali informasi pada Bu Inah.
Dengan sangat lancar Bu Inah pun menceritakan tentang asal mula pertikaian terjadi di rumah itu. Dari kelicikan Diana hingga berujung Mila sampai di rumah sakit saat ini. Bu Inah menceritakan semuanya dengan deraian air mata yang menetes di pipinya.
Karena sama seperti Mila Bu Inah pun di buang oleh suaminya karena tidak bisa memberikan keturunan. Jadi Bu Inah sangat tahu bagaimana rasanya menjadi mila.
"Dasar pria iblis ingin sekali aku jadikan kau makanan buaya Hendra." Geram Mia dengan penuh emosi.
"Sudah cukup lama kakak ku bersabar menghadapi keluarga nya, kini kakak harus menanggung akibat dari keserakahan istri keduanya ingin sekali aku menenggelamkan pelakor itu!"
Mia pun segera meninggalkan Bu Inah dari tampat itu namun langkah nya terhenti saat melihat ruangan kakaknya terbuka menampakkan wanita berjas putih dengan raut wajah yang tak bisa di tebak.
"Dimana suami pasien?" Tanya dokter itu tanpa basa-basi.
"Bagaimana keadaan kakak saya dok?" Tanya Mia tak menjawab pertanyaan sang dokter.
"Itu sebabnya saya mencari suami pasien"
"Saya adiknya dok. Dokter tidak perlu mencari suaminya karena suaminya sudah tidak perduli lagi dengan nyawa istrinya sendiri" Ucap Mia sarkas membuat dokter itu diam tak bisa berkata apapun lagi.
Dokter itupun menghela nafas panjang "Ibu Mila mengalami pendarahan hebat karena ini adalah kehamilan semester awal bayinya tidak bisa di selamatkan, jadi kami hanya meminta tanda tangan suaminya untuk melakukan tindakan selanjutnya" Ucap sang dokter menjelaskan.
Mia mengerutkan keningnya mendengar penjelasan dokter itu. "Maksud dokter kakak saya hamil lalu sekarang keguguran begitu?" Tanya Mia sedikit tak mengerti dengan apa yang dokter itu katakan.
''Betul sekali"
"Apa dokter yakin?" Tanya m ia memastikan bahwa ia tidak salah mendengar nya.
Dokter itupun sedikit tak mengerti dengan pertanyaan yang di lontarkan gadis remaja yang ada di hadapannya itu.
"Hasil pemeriksaan kami memang Bu Mila sedang mengandung mungkin baru berumur beberapa Minggu, kami masih belum bisa memastikan karena janin masih terlalu kecil" Dokter itu pun menjelaskan secara detail pada Mia.
Mia hanya mengangguk mengerti dengan apa yang di jelaskan oleh sang dokter,
"Dimana saya harus tanda tangan dok?" tanya Mia.
"Disini." Dokter pun menyodorkan berkas ke hadapan Mia dan dengan cepat Mia pun langsung menandatangani berkas itu dan memberikan kembali pada sang dokter.
"Dok tolong jangan pernah memberi tahu semua ini pada kakak saya. Karena saya hanya ingin menjaga perasaan beliau karena ini adalah kehamilan pertama nya setelah sebelas tahun pernikahan mereka, saya tidak ingin kakak syok saat mendengar hal ini sekarang." Ucap Mia dengan raut wajah sedihnya.
"Baik, saya permisi dulu!"
"Tunggu dok boleh nanti saya minta laporan tentang kehamilan kakak saya, hanya untuk bukti pada suaminya saja dok bahwa kak Mila juga bisa hamil." Pinta Mia dengan sedikit ragu-ragu.
"Tentu saja nanti saya akan memberikan nya padamu.'' Ucap dokter itu sambil tersenyum pada Mia.
Mia bernafas lega saat mendengar perkataan dokter itu sebelum pergi meninggalkan Mia yang masih berdiri disana. "Jadi kakak ku bisa hamil kakak tidak mandul seperti yang orang-orang katakan padanya."
Kemudian Mia pun mengusap air matanya nya yang mengalir begitu saja. "Kau akan menyesal Hendra karena kau sudah membunuh anakmu sendiri yang bahkan sebelum ibunya belum tahu tentang keberadaan bayi kalian yang sedang tumbuh di dalam rahim nya"
Mia pun mengurungkan niatnya untuk mencari keberadaan Hendra saat ini, Mia memilih duduk kembali menunggu dokter selesai merawat kakaknya yang masih berada di ruang UGD.
bersambung..
aduhh/Facepalm//Grimace/