Lusiana harus mengorbankan dirinya sendiri, gadis 19 tahun itu harus menjadi penebus hutang bagi kakaknya yang terlilit investasi bodong. Virgo Domanik, seorang CEO yang terobsesi dengan wajah Lusiana yang mirip dengan almarhum istrinya.
Obsesi yang berlebihan, membuat Virgo menciptakan neraka bagi gadis bernama Lusiana. Apa itu benar-benar cinta atau hanya sekedar obsesi gila sang CEO?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu
KLEK!
Roy membuka pintu apartemennya, tapi hanya sedikit. Karena dia tidak mau para pria di luar kamarnya masuk ke dalam unitnya. Mereka sepertinya mau mendobrak pintu tersebut. Makanya Roy cepat-cepat membuka pintu. Roy merasa terganggu karena keberadaan dua pria asing tak dikenal tersebut.
"Siapa kalian? Kenapa mengganggu waktu istirahat orang!" ujar Roy marah. Roy berkacak pinggang, memasang muka tak kalah garang. Dia tak takut. Kalau keduanya adu fisik, bisa dipenjara langsung. Karena ada cctv di sana. Paling juga wajahnya nanti yang memar kalau jadi berkelahi.
Sementara dua orang tadi, mereka saling menatap. Bak seperti memberikan kode.
"Mau apa kalian?" tantang Roy lagi. Padahal dia agak ragu, pakai nantangin segala. Tapi demi terlihat berani, maka ia pun pura-pura galak. Biar lawan juga merasa takut. Meksipun Roy sendiri yang takut, kalau dipikir-pikir, ini dua lawan satu. Sepertinya kecil kemungkinannya dia akan menang.
Tanpa disangka, dua orang itu berbicara cukup sopan.
"Maaf sebelumnya, tapi saya melihat seorang gadis masuk ke dalam apartemen anda," ucap salah satu dari kawanan yang mencurigakan tersebut. Dia melirik ke pintu, tapi langsung ditahan oleh Roy. Pemilik apartemen itu langsung merapat, menutupi pandangan dua lelaki asing itu.
"Gadis? Gadis apa maksud kalian? Apa maksud kalian wanita yang bersama saya? Itu pacar saya! Kalian ada masalah apa dengan pacar saya? Hem?" Roy memasang muka lebih galak. Ini karena wajah-wajah kriminal orang di depannya itu sangat kentara. Dia juga pura-pura Lusi itu pacarnya, agar tidak diganggu oleh mereka berdua.
Apalagi saat Roy mengamati penampilan dua orang itu. Dilihat dari tato yang tergambar di leher keduanya, kemudian telinga yang ditindik. Untuk sekilas, Roy menilainya sangat buruk. Seperti bukan orang-orang baik. Aura kriminal kelihatan sangat jelas.
"Tapi rekan saya melihat gadis itu masuk ke sini!" Yang satu memaksa mengintip lagi. Karena yakin Lusi masuk ke dalam unit tersebut.
"Anda jangan keterlaluan, saya tidak suka privasi saya diganggu! Sekarang tolong tinggalkan tempat ini, atau saya akan menghubungi pihak keamanan!" ancam Roy.
Salah atau satu mereka mendesis, seperti dendam. Kalau tidak ada cctv, sudah pasti Roy akan dihajar dan habis di tangan mereka. Dengan terpaksa, mereka pun menahan diri.
"Kita pergi sekarang," bisik yang satunya. Tidak mau berurusan dengan pihak keamanan. Mereka mungkin malas berurusan dengan polisi lagi.
Dua orang itu kemudian pergi, tapi setengah jalan, mereka kompak menoleh ke belakang. Menatap Roy dengan tatapan tajam penuh ancaman.
"Jika ketemu di luar, mati kau!" desis si preman.
"Sudah, jangan buat masalah. Kita baru bebas dari penjara. Aku masih ingin menghirup udara bebas. Kita tunggu saja besok, pasti wanita muda itu akan keluar."
"Hem, hanya saja ... Tanganku rasanya gatal ingin mengajar orang," celetuknya.
"Tahan dirimu, jangan sampai kita masuk jeruji besi lagi. Ini hanya masalah kecil, kita tunggu saja."
Di sisi lain, Roy pun sudah berbalik. Tak memperhatikan orang-orang yang mencurigakan tersebut. Meksipun masih penasaran, sebenernya siapa gadis di apartemennya, lalu apa hubungannya dengan sang atasan. Lalu apa hubungannya juga dengan para preman-preman itu? Tambah pusing Roy dibuatnya.
"Siapa mereka?" gumam Roy. Ia pun kembali masuk unit apartemen miliknya. Menguncinya dengan kunci ganda, takut para preman itu datang lagi dan menganggu. Untuk sesaat semuanya bisa dia kendalikan. Jika mereka kembali, Roy lebih baik menelpon pihak keamanan apartemen. Karena takut sampai ada tindakan kekerasan. Melihat tato mereka semua, sebenarnya Roy juga ngeri.
Di sisi lain, Virgo jalan dengan cepat. Hingga menabrak salah satu dari dua tamu tak diundang di unit apartemen Roy beberapa waktu yang lalu. Virgo tak peduli sudah menabrak orang tadi, dia sedang buru-buru sekali.
"Di mana matamu!" seru komplotan preman elit itu sambil menatap kesal pada Virgo, karena lengannya terhentak akibat Virgo jalan tak lihat-lihat.
Tanpa mengatakan apapun, Virgo justru terus saja berjalan cepat. Dia sedang buru-buru, tak ada waktu untuk melayani curut-curut itu. Waktunya lebih mahal dan berharga.
"Sialannn orang-orang di sini!" desis pereman tersebut.
Virgo mendengar, sempat ingin berhenti, tapi kemudian memilih fokus dengan tujuan awal. Pergi ke unit apartemen Roy untuk menemukan seseorang.
Trok tok tok tok!!
"ROIII!" teriak Virgo begitu berdiri di depan pintu.
"ROI! Buka pintunya!" Pria itu tidak sabaran sekali.
Virgo langsung memangil-manggil Roy, assisten, sekretaris, kaki tangan, orang paling dipercaya oleh Virgo di perusahaan.
Roy sedang sibuk mengintrogasi Lusi, ia pun menoleh ke sumber suara yang terdengar lirih dari dalam. Pintunya kembali digedor.
"Astaga, mereka datang lagi?" gumam Roy.
Lusiana langsung panik, ia reflek lari mencari tempat aman. Kebetulan melihat kamar mandi, karena kamar tamu terkunci, ia pun masuk kamar mandi dekat dapur. Lalu mengunci diri di dalam sana.
"ROIII!!" teriak Virgo lebih kencang, tidak sabar menunggu pintunya dibuka.
Roy sudah siap-siap membawa stik golf, takutnya para pereman yang datang ternyata pak Virgo. Roy membuang stik golf miliknya, kemudian mempersilahkan pak Virgo masuk.
"Di mana dia?" tanya Virgo sambil menyerbu masuk.
Pandangan kemana-mana, mencari sosok perempuan yang tadi sempat dia lihat saat mereka video call. Namun, di sana tidak ada wanita satupun. Unit apartemen Roy kelihatan sepi.
"Kau sembunyikan di mana wanita itu?" bentak Virgo yang tidak sabaran. Tempramen dan belum apa-apa sudah emosi.
"Tadi duduk si sini," ucap Roy tertegun. Kenapa bosnya sangat emosional sekali. Ini hanya seorang Lusi, mahasiswi yang biasa saja di mata Roy.
"Di mana?" sentak Virgo.
Roy langsung mencari ke dapur, sebab kamar masih dikunci semuanya. Tidak mungkin Lusi masuk ke kamar, karena kuncinya ada padanya. Lalu ke mana manusia itu? Bikin repot saja.
KLEK!!!
Roy memutar kenop pintu kamar mandi, tapi dikunci.
"Buka pintunya!"
Lusiana duduk di atas closet duduk, enggan membuka pintu, dia menutup mulutnya sendiri, agar tak bersuara. Takut dijual dan diserahkan pada Edo atau om-om hidung belang yang gendut dan Bauk.
"Buka pintunya sekarang!" perintah Roy sekali lagi.
Trok tok took tokk thok!!! "BUKA!!"
Suara berat Virgo teriak di depan pintu. Hal itu tambah membuat Lusi panik dan ketakutan.
"Maaf, Pak ... Anda sangat menakutinya," gumam Roy memberikan saran. Karena Virgo pasti membuat Lusiana malah tak membuka pintunya.
Pak Virgo langsung melirik, lirikan tajam yang mampu membuat lawannya langsung menciut dan Roy langsung melempem diam.
"Buka dengan kunci cadangan!" ujar Virgo kemudian.
"Tidak bisa, ini sepertinya tidak hanya dikunci dari dalam, tapi ada pengaitnya," ucap Roy sangat hati-hati agar bosnya tak meledak-ledak.
"Kau pikir aku peduli! Buka pintunya sekarang!" Pak Virgo sudah emosional, darahnya sudah mendidih di ubun-ubun. Kesal karena pintunya tak dibuka.
"Ba ... Baik, sebentar."
Roy menarik napas panjang, kemudian berbicara dan membujuk Lusiana.
"Lusi ... Kau aman sekarang, tolong buka pintunya. Percuma kamu di sana, kami bisa dengan mudah mendobraknya. Tapi, kau tak kau menanggung kerusakan apartemen ku, bukan? Jadi keluarlah dengan baik-baik." Roy memang pintar bernegosiasi.
"Lusi ... Kau dengar aku? Aku hitung sampai tiga ... Jika kau tak membukanya, lebih baik kau menjauh dari pintu, kami akan mendobraknya di hitungan ke tiga ... Satu ... Dua ... Ti ...." Roy menahan napas, tidak langsung menyebut angkanya dengan cepat.
"Bagaimana ini? Apa aku harus membukanya? Apa lebih baik aku diam saja?" Lusi panik di dalam sana. Isi kepalanya cuma dipenuhi dengan kata sembunyi dan lari.
"Aku hitung sekali lagi ... Satu ... Dua ... T ..i ..."
KLEK!
Pintu terbuka dan bersambung.
terimakasih juga kak sept 😇