NovelToon NovelToon
Menaklukan Hati Ceo

Menaklukan Hati Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: tanier alfaruq

seorang CEO cantik, seksi, dan galak, yang terjebak dalam dinamika dunia kerja dan cinta. Dia harus menghadapi tantangan dari mantan suaminya, mantan pacar Tanier, dan berbagai karakter wanita seksi lainnya yang muncul dalam hidupnya. Tanier, karyawan Lieka yang tampan, sabar, dan kocak, berjuang untuk memenangkan hati Lieka dan membantu perusahaan mereka bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanier alfaruq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17: Menghadapi Sundari

Setelah malam yang penuh kehangatan dan ketegangan, Lieka tidak bisa mengabaikan satu nama yang terus muncul dalam pikirannya: Sundari. Mantan pacar Tanier yang selama ini mengganggu hubungan mereka, ia merasa perlu untuk menghadapi Sundari sebelum masalah semakin rumit.

Hari itu, setelah rapat, Lieka memutuskan untuk berbicara langsung dengan Sundari. Dia tahu bahwa berhadapan dengan wanita itu tidak akan mudah, tetapi dia merasa sudah saatnya untuk menetapkan batasan. Tanier mendukung keputusannya dan bersedia menemaninya.

“Mungkin lebih baik kalau kita pergi berdua,” saran Tanier saat mereka bersiap untuk berangkat. “Ini akan lebih mudah jika kita berdua tidak ada di sana.”

“Tapi aku merasa lebih kuat denganmu di sisiku. Aku tidak mau Sundari berpikir bahwa aku takut padanya,” balas Lieka, mantap dalam keputusannya.

Tanier mengangguk, memahami perasaannya. “Baiklah, kita akan melakukannya bersama-sama.”

Mereka menuju kafe tempat Sundari biasa hangout. Begitu mereka tiba, Tanier menarik napas dalam-dalam, bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk. Lieka merasakan ketegangan di dalam dirinya, tetapi dia tahu ini adalah langkah penting untuk menyelesaikan masalah yang mengganggu.

Ketika mereka memasuki kafe, Sundari langsung terlihat duduk di sudut, dikelilingi teman-temannya. Dengan gaya yang anggun dan percaya diri, Sundari tampak tidak terpengaruh oleh kedatangan mereka. Dia mengenakan gaun hitam yang menonjolkan sosoknya yang ramping, membuatnya terlihat sangat menawan.

Tanier dan Lieka saling berpandangan sejenak sebelum berjalan menuju meja Sundari. Dengan sikap tenang, Lieka membentangkan senyumnya. “Sundari, bisa kita bicara sebentar?” tanyanya, berusaha menjaga nada suaranya tetap ramah.

Sundari mengangkat alisnya, sedikit terkejut. “Oh, jadi kamu akhirnya berani menghampiriku, Lieka? Tentu saja, ayo bicara,” jawabnya dengan nada menyindir.

Setelah meminta izin untuk duduk, Tanier dan Lieka mengambil tempat di hadapan Sundari. Teman-teman Sundari terlihat penasaran, tetapi Sundari hanya tersenyum sinis, jelas dia tidak mau kehilangan momen ini.

Lieka mulai berbicara, berusaha terdengar tegas. “Aku ingin kita berbicara tentang hubunganmu dengan Tanier. Aku tidak ingin ada kesalahpahaman di antara kita.”

“Oh, jadi kamu merasa berhak untuk berbicara tentang hubungan orang lain? Menarik,” Sundari membalas, memutar bola matanya. “Tapi apa yang kamu harapkan dariku? Aku dan Tanier punya sejarah, dan itu tidak bisa dihapus begitu saja.”

“Sejarah itu tidak berarti apa-apa jika kamu terus mencoba mengganggu hubungan kami,” Tanier menyela, tidak ingin Lieka berbicara sendirian. “Sundari, aku menghargai masa lalu kami, tetapi masa depan yang aku inginkan adalah dengan Lieka.”

Sundari tersenyum, tetapi ada keangkuhan di balik senyumnya. “Kau pikir hanya karena kamu menyatakan keinginanmu, aku akan mundur begitu saja? Kamu harus mengerti, aku tidak akan pergi tanpa berjuang untukmu.”

Lieka merasa marah, tetapi dia mencoba untuk tetap tenang. “Sundari, aku tidak ingin bersaing denganmu. Aku hanya ingin kita semua jelas tentang di mana kita berdiri. Tanier dan aku memiliki hubungan yang kuat dan kami tidak ingin kamu terlibat di dalamnya.”

“Aku tidak akan mundur hanya karena kamu meminta,” jawab Sundari, menantang.

Ketegangan meningkat di antara mereka. Lieka tahu bahwa dia harus mengambil langkah lebih lanjut untuk menunjukkan bahwa dia tidak takut. “Jika kamu tidak berhenti mengganggu hubungan kami, aku akan terpaksa mengambil tindakan lebih lanjut,” ucapnya, berusaha terdengar meyakinkan.

“Sepertinya kamu tidak mengerti, Lieka. Dalam dunia ini, semua hal bisa diperoleh dengan sedikit tekanan,” Sundari menjawab sambil tertawa sinis.

Tanier merasakan bahwa situasi semakin memburuk. “Sundari, kita semua telah mengalami banyak hal. Ini saatnya untuk membiarkan masa lalu pergi dan memberi Lieka kesempatan.”

“Kesempatan? Apakah kamu serius, Tan? Kamu lebih memilih dia daripada aku?” Sundari membalas dengan nada terkejut. “Kamu hanya terjebak dalam permainan. Berharap dia tidak akan merusakmu.”

“Jangan merendahkan hubungan kami, Sundari,” Tanier menegaskan, suaranya penuh keyakinan. “Lieka adalah orang yang hebat, dan aku tidak akan membiarkannya goyah oleh siapa pun, termasuk kamu.”

Sundari tidak suka dengan pernyataan tersebut. “Kamu benar-benar berani, Tan. Tapi ingat, permainan ini belum berakhir. Aku akan menemukan cara untuk mendapatkan kembali posisiku di hidupmu.”

Lieka tidak bisa menahan amarahnya lebih lama. “Cukup, Sundari! Kami tidak ingin ada drama di sini. Jika kamu tidak berhenti mengganggu kami, aku tidak akan ragu untuk melaporkan semua tindakanmu yang tidak pantas.”

“Laporkan saja. Itu hanya akan membuatku lebih berkuasa. Kami tahu semua orang di industri ini, dan kamu tidak memiliki cukup kekuatan untuk menghentikanku,” jawab Sundari, mencoba menakut-nakuti.

Tanier menggeram dalam hati, tetapi Lieka menahannya. “Ini bukan tentang kekuatan, Sundari. Ini tentang keputusan yang kami buat untuk masa depan kami. Kami ingin menjalani hidup kami tanpa gangguan dari masa lalu.”

“Baiklah, mari kita lihat siapa yang lebih kuat di akhir. Aku tidak takut,” Sundari balas, lalu menambahkan dengan nada meremehkan, “Terlebih lagi, aku tidak akan pergi begitu saja.”

Setelah pertemuan itu, Lieka dan Tanier keluar dari kafe dengan perasaan campur aduk. Meskipun mereka telah mencoba untuk menyelesaikan masalah, ketegangan antara mereka dan Sundari masih menggantung di udara. Tanier menghela napas dalam-dalam, merasa bahwa pertemuan itu tidak mencapai hasil yang diinginkan.

“Lieka, aku tahu ini berat. Sundari memang perempuan yang keras kepala,” Tanier mencoba menghibur. “Tapi kita tidak bisa membiarkan dia mengganggu kita terus-menerus.”

Lieka mengangguk, meskipun hatinya berat. “Aku tahu, tetapi dia sangat terobsesi. Kita harus menemukan cara untuk menghentikannya sebelum semuanya menjadi lebih rumit.”

Mereka berdua berusaha untuk kembali fokus pada pekerjaan mereka, tetapi pikiran tentang Sundari tetap mengganggu. Keesokan harinya, Lieka menghadapi rapat penting yang sudah direncanakan untuk mengatasi tantangan bisnis yang mereka hadapi. Dalam rapat tersebut, Tanier duduk di sampingnya, berusaha memberikan dukungan.

“Selamat pagi, semua,” sapanya dengan percaya diri, lalu melanjutkan dengan presentasi tentang proyek baru mereka. “Kami memiliki banyak rencana yang bisa membawa perusahaan ini ke level berikutnya.”

Ketika rapat berlangsung, Lieka merasa semangatnya mulai pulih. Ia berusaha memfokuskan pikirannya pada tujuan perusahaan. Namun, perhatiannya terganggu ketika melihat Sundari memasuki ruang rapat dengan sikap percaya diri yang berlebihan. Sundari melangkah dengan anggun, menarik perhatian semua orang di ruangan itu.

“Maaf, aku terlambat,” ucap Sundari dengan nada manis, menatap Tanier dengan lekat. “Aku harap kalian tidak keberatan jika aku ikut bergabung.”

Lieka merasa hatinya bergetar. Ia tahu kehadiran Sundari tidak membawa hal baik. “Kami sedang membahas proyek yang sangat penting. Kami butuh fokus, bukan gangguan,” ujar Lieka, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang.

“Tenang saja, aku hanya ingin mendengarkan,” jawab Sundari sambil tersenyum, tetapi ada nada sinis di balik senyumnya.

Rapat terus berlanjut, tetapi kehadiran Sundari membuat suasana menjadi tegang. Ia terus menerus berusaha menggoda Tanier, mencuri perhatian dan menciptakan keraguan di dalam hati Lieka. Saat Tanier berusaha menjelaskan bagian dari proyek, Sundari tiba-tiba memotong, “Oh, Tan, apakah kamu yakin itu keputusan yang tepat? Aku rasa ada cara yang lebih baik.”

Lieka merasakan api kemarahan membara di dalam dirinya. “Sundari, kami sudah cukup mendengar pendapatmu. Jika kamu tidak bisa menghormati keputusan tim, sebaiknya kamu pergi,” tegasnya, berusaha untuk tidak terlihat tergoyahkan.

Sundari hanya tertawa sinis. “Oh, Lieka, jangan khawatir. Aku di sini hanya untuk membantu. Kita semua ingin yang terbaik untuk perusahaan, kan?”

Tanier merasakan ketegangan ini. “Kami semua ingin yang terbaik, dan saat ini, keputusan kami adalah prioritas. Sundari, jika kamu tidak memiliki saran yang konstruktif, kami lebih baik melanjutkan tanpa gangguan.”

Lieka bisa melihat betapa kesal Tanier, dan itu membuatnya merasa lebih baik. Meskipun dia tidak ingin terlibat dalam drama, dia tahu bahwa mereka harus tegas. Sundari, bagaimanapun, tampak tidak peduli. Dia terus berusaha menarik perhatian Tanier, menciptakan ketidaknyamanan di dalam rapat.

Setelah rapat berakhir, Lieka merasa stres dan kelelahan. “Aku tidak tahu berapa lama aku bisa menghadapi semua ini,” keluhnya kepada Tanier saat mereka berjalan keluar.

“Aku akan ada di sini bersamamu. Kita akan mencari cara untuk mengatasi Sundari dan menyelesaikan semua ini,” jawab Tanier dengan tulus.

Mereka kembali ke kantor dan menghabiskan sisa hari dengan fokus pada proyek. Namun, ketika sore menjelang, perasaan cemas Lieka tidak bisa hilang. Dia tidak bisa membiarkan Sundari terus-menerus mengganggu kehidupan mereka.

“Tanier, kita harus melakukan sesuatu. Aku tidak bisa hanya duduk dan menunggu Sundari menyerah,” ujar Lieka, rasa tekadnya membara.

Tanier mengangguk. “Apa yang kamu pikirkan?”

“Bagaimana jika kita menghadapi Sundari lagi, tetapi kali ini dengan rencana? Kita harus memberi tahu dia bahwa kita tidak takut dan siap menghadapi apapun yang dia coba lakukan,” jawab Lieka, mata berkilau dengan semangat baru.

“Bagus, aku setuju. Mari kita buat rencana,” jawab Tanier, merasa optimis.

Malam itu, setelah selesai bekerja, mereka duduk bersama untuk merencanakan langkah-langkah selanjutnya. Lieka merasa lebih percaya diri mengetahui bahwa dia tidak sendirian menghadapi masalah ini.

Di tengah diskusi mereka, Tanier tiba-tiba meraih tangan Lieka dan menatap matanya. “Kamu tahu, apapun yang terjadi, aku akan selalu di sini untukmu. Kita akan menghadapi Sundari bersama-sama.”

Lieka merasakan jantungnya berdegup kencang. “Terima kasih, Tan. Itu sangat berarti bagiku.”

Mereka saling menatap, dan dalam momen itu, semuanya terasa sempurna. Tanpa berpikir panjang, Tanier menarik Lieka ke dalam pelukannya, merasakan kedekatan yang telah mereka bangun.

“Aku merasa kuat bersamamu,” bisik Tanier, mendekatkan wajahnya.

“Begitu juga aku,” jawab Lieka, merasakan kehangatan yang menyebar di seluruh tubuhnya.

Ketegangan dan kecemasan perlahan-lahan menghilang, dan mereka terjebak dalam momen intim yang penuh perasaan. Tanpa disadari, keduanya mulai mendekat, membiarkan semua masalah dan ketegangan sejenak terlupakan.

Kehangatan tubuh Tanier terasa begitu nyata, membuat Lieka tidak ingin melepaskan momen ini. Mereka berdua akhirnya berada di antara ketegangan dan keinginan yang saling menyatu.

Setelah beberapa saat dalam pelukan, Tanier melepaskan pelukannya dan menatap Lieka dengan penuh perasaan. “Mari kita hadapi apapun yang datang. Kita lebih kuat bersama.”

Lieka tersenyum, hatinya penuh semangat. “Ya, bersama kita bisa melakukan segalanya.”

1
Leviathan
4 like mendarat, semangat, jgn lupa mampir juga saling bantu di chatt story ane
Tanier Alfaruq: ok siap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!