"Pokoknya bulan depan harus cerai!”
Ben Derrick menghela nafas berat mendengar permintaan istrinya yang selalu labil dalam membuat keputusan, permintaan yang ujungnya selalu dibatalkan oleh wanita itu sendiri.
"Saya tidak pernah memaksa kamu dari dulu, asal jangan buat saya kena marah kakakmu itu"
"Ya ya ya... Ingetin aja, aku suka lupa soalnya"
Tapi meski kekeuh ingin berpisah, Keymira tak pernah bisa menolak sentuhan suaminya.
"Malem ini aku ada gaya baru, mas mau aku pakai baju dinas apa?" tanya Key usai membahas perceraian beberapa detik yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Pemilik Jari Manis
Kehadiran Keymira membuat penghuni rumah lainnya kian bermunculan, salah satunya kakak ipar Ben Derrick dan para putra-putrinya. Mereka memang tinggal di mansion utama tak seperti Keymira dan Ben Derrick yang memutuskan untuk pisah rumah.
Keponakan mereka yang sangat lucu membuat Keymira betah berada disana, apalagi anak-anak itu sudah bisa diajak mengobrol dengan lancar.
"Kenapa aunty baru kesini lagi?" Tanya Kamelia sembari mengelus-elus rambut panjang Key yang bergelombang, sesuatu yang menjadi pusat perhatian anak perempuan itu.
"Iya, aunty! Kenapa yang dateng selalu uncle aja? Aunty gak pernah keliatan, tuh" timpal Glen menyetujui ucapan sepupunya.
"Kalian kangen sama aunty?" Balas Keymira tak langsung menjawab, melainkan mengajukan pertanyaan pula.
Dua bocah itu mengangguk cepat, walaupun jarang bertemu tapi berada di dekat Keymira membuat mereka nyaman.
"Kalau gitu nanti aunty bakal sering dateng buat ketemu kalian, atau kalau aunty berhalangan kalian boleh datang ke rumah aunty dan uncle Ben"
"Disana ada adik bayi juga?" Tanya Kamelia, bocah berusia tiga tahun itu berpikir jika bibinya ini tak punya waktu keluar karena sibuk mengurus anak seusia dengan adiknya yang sekarang.
"Kamel, kenapa nanyanya kayak gitu?" Rosalia mencoba menegur putrinya dengan lembut, dia tak ingin pertanyaan polos Kamelia menyakiti hati orang yang ditanya.
"Gak apa-apa, kak. Dia pasti penasaran karena belum pernah dateng ke rumah kami" Keymira mencoba meyakinkan Kakak iparnya bahwa dia baik-baik saja, tak tersinggung dengan ucapan Kamelia barusan.
"Disana cuma ada aunty dan uncle, Kamel belum pernah kesana ya? Nanti kalau Kakak Glen libur sekolah Kamel boleh dateng sama adik Elio. Disana aunty punya baaaaanyak banget kucing yang lucu-lucu"
"Kucing?? Kamel suka Kamel suka!! Kamel mau liat" ujarnya berjingkrak ria, membayangkan segemas apa hewan peliharaan bibinya membuat Kamelia tak sabar ingin berkunjung, kalau di mansion dia tidak diperbolehkan memelihara hewan karena Eyang kakung alergi bulu kucing.
"Haha... Boleh! Makanya sering-sering dateng ke rumah aunty" balas Key mencubit gemas ujung hidung keponakannya.
"Kamu masih suka melihara binatang, Mira?" tanya Nessie, ibu dari Glen sekaligus istri dari kakak pertama Ben Derrick.
"Iya, kak. Kebetulan temen Mira juga ngasih hadiah anak kucing kemarin, jadi sekarang totalnya udah ada lima di rumah"
"Nanti kalau kamu hamil jangan terlalu sering pegang bulunya, bisa bahaya buat calon bayi" Nessie memperingati.
"Hehe... Iya kak"
Cukup keluarkan tawa kecil sebagai tanggapan, Keymira tak mau memperpanjang pembahasan mengenai anak, dia sudah bosan mendengar hal itu, meski nasehat baik sekalipun.
"Kamu cuti, Ben?" kini beralih pada adik sang suami yang juga duduk tak jauh dari mereka.
"Izin setengah hari, kak. Sengaja supaya bisa antar Keymira kesini. Mas Damish kerja?"
"Iya, dia lembur terus akhir-akhir ini" jawab Nessie jujur.
Ben Derrick manggut-manggut mengerti, kakak pertamanya memang super sibuk dari dulu, bahkan sanak saudaranya menjuluki pria itu 'si gila kerja'.
"Mas Arkanza?"
"Ngantor juga, tapi sekarang mulai sering kerja di rumah karena gak mau jauh dari si bungsu ini" kata Rosalia menatap Elio yang tertidur di pangkuannya.
"Berapa umurnya?"
"Bentar lagi lima bulan"
"Apa aku juga harus nambah lagi ya? Mungkin dengan kayak gitu mas Damish bakal sering inget pulang"
"Eyang setuju kalau itu, coba kalian honeymoon lagi. Untuk tiket biar Eyang yang atur"
Itu sih maunya Eyang buat tambah cucu, cita-citanya punya cucu lebih dari sepuluh tidak bisa tercapai, makanya dia ingin mewujudkan itu lewat cicit-cicitnya, dan ia sangat menantikan Ben Derrick untuk segera memiliki momongan.
"Nanti Nessie suruh mas Damish buat atur jadwal kerja"
"Mira dan Ben juga apa mau sekalian ikut? Kita double honeymoon, Rosalia dan Arkanza enggak mungkin bisa karena ada Elio sekarang"
Sontak Ben Derrick dan Keymira saling beradu tatap. Honeymoon katanya? Bagaimana rasanya? Mereka belum pernah melakukan honeymoon. Bukankah berhubungan badan sama saja rasanya dimana pun itu? Kenapa mesti jauh-jauh hanya untuk bersetubuh?
"Kalian berdua saja, kami biasanya honeymoon secara tiba-tiba, tergantung mood Keymira seperti apa" ujar Ben berdusta, bahkan memfitnah istrinya yang tak tahu apa-apa.
Key nampak mencubit kaki Ben secara sembunyi-sembunyi, tak terima dituduh hal-hal yang tidak pernah dia lakukan.
Lirikan mata Keymira menandakan jika dia siap mengangkat bendera perang, kalau begini lebih baik Key jujur saja sejak tadi, tapi nasi sudah menjadi bubur, Key hanya bisa menambah toping untuk mempercantik alasan Ben yang tidak dimasak secara sempurna.
Rosalia dan Nessie tak bisa membendung tawanya, Ben Derrick yang terkenal sangat pendiam dan dingin ini dengan blak-blakan mengungkapkan rahasia yang membuat wajah Keymira memerah.
"Hahaha... Sepertinya kalian enggak perlu yang namanya honeymoon lagi. Pasti setiap hari serasa bulan madu ya"
"Duh pantesan belum di kasih momongan, masih pingin pacaran dulu toh rupanya"
Keymira berusaha menyembunyikan malu akibat godaan para kakak iparnya ini, tapi kalau dia mengelak alasan apa yang harus Keymira pakai.
"Udah Udah... Kalian ini, kasian Mira jadi malu begitu. Namanya juga pengantin baru, apalagi baru setahun mereka kenal, wajar kalau masih pingin berduaan" Eyang Putri menengahi candaan Nessie dan Rosalia sebab tak tega melihat reaksi Keymira yang sudah tak punya muka lagi untuk menanggapi.
"Mira, seperti yang sudah dijanjikan kemarin, Eyang mau kasih kamu cincin kepunyaan Eyang. Eyang gak tau apa akan pas di kamu tapi kamu bisa simpan sebagai kenang-kenangan, nanti kalau kamu punya anak kasih cincin itu ke anakmu"
Eyang Putri mengeluarkan kotak kecil dari sakunya kemudian menyerahkan benda tersebut kepada Keymira.
Key mengambilnya dan membuka kotak yang berisikan cincin di dalamnya.
Ketika Key melihat isinya dia langsung terpesona dengan perhiasan yang didominasi oleh diamond itu, sangat indah dan menawan!
Matanya berbinar saat jari manis Key dilingkari oleh benda berkelas itu, sudut bibirnya ikut mengembang dengan sempurna, sangat-sangat indah. Key menyukainya!
"Makasih Eyang!" Keymira pun memeluk Eyang Putri dengan perasaan bahagia, dia dibuat terharu oleh wanita tua ini, Key merasa sangat diterima di keluarga ini tanpa adanya pilih kasih diantara mereka.
"Sama-sama, syukurlah kalau kamu suka. Tapi sebaiknya disimpan aja"
"Kenapa Eyang?"
"Biar cincin pernikahan kalian yang tersemat di jari manis kamu, itu lebih penting dari yang lainnya" ucapnya dengan bijak.
Key menatap cincin yang sudah setahun melingkari jari manisnya, dia tidak pernah melepas benda tersebut sedetik pun, begitupula dengan Ben Derrick, bagaimana pun situasinya.
"Iya, Eyang. Sekali lagi makasih"
Salahmu sendiri 'melepas' Ben saat itu. Jangan nyesal dong, too late
Ben sudah punya istri ingat itu